CUKUP berbekal setangki air, orang kini bisa berjualan es sirop atau teh botol dingin di tengah Gurun Sahara. Harus bawa es batu banyak-banyak? O, tidak perlu. Telah tersedia kini lemari es dengan tenaga surya. Gerard Paeye, peneliti dari perusahaan besar Prancis, Jeumont Scheider, belum lama ini memperkenalkan sebuah lemari es yang digerakkan dengan tenaga matahari. Lemari Prancis yang disebut GASPARD (Generateur a Absorption Solaire pour la Production Autonome de Refrigeration Douce) ini bisa bekerja sebagai pendingin, baik siang maupun malam. Lemari itu dilengkapi dengan panel-panel penangkap energi surya. Setiap meter persegi panel itu bisa menghasilkan 5 kg es, bersuhu minus 4 sampai minus 7 derajat Celsius, setiap-24 jam. Tentu, perusahaan Prancis itu tak merekomendasikan GASPARD untuk berjualan minuman, tapi untuk menyimpan vaksin atau obat-obatan. GASPARD ini bentuknya mirip lemari es biasa. Namun, di atasnya terdapat panel-panel penangkap sinar surya. Di bawah lembaran panel itu terdapat sebuah kondensor, terbuat dari karbon aktif berpori-pori yang hampa udara. Kondensor itu dihubungkan dengan sebuah ruang penguapan yang ada dalam lemari tersebut. Sebagai bahan pendingin adalah cairan metanol (CH30H). Pada siang hari, panas surya yang tertangkap panel-panel itu dialirkan ke kondensor. Akibatnya, metanol menguap, dan uapnya bergerak melalui pipa kecil berkelak-kelok - menuju ruang penguapan. Sudah diperhitungkan bahwa pada sore hari metanol telah berpindah dari kondensor ke ruang penguapan. Setelah melalui pipa berkelok itu, metanol sempat memberikan efek pendinginan pada ruang GASPARD. Malam hari, karbon berpori itu bersifat sangat higroskopis. Sedikit demi sedikit metanol dalam ruang penguapan terisap oleh kondensor, sambil memberikan efeh pendinginan. GASPARD kini kabarnya banyak dipesan oleh negara-negara yang kaya cahaya matahari, seperti India, Senegal, Guyana, dan negara-negara Polinesia. Namun, harganya masih mahal, yakni 31/2-4 juta rupiah per unit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini