Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

FKUI: Ada Yang Bocor ? FKUI: Ada Yang Bocor ?

Surat kaleng di FKUI, berisi tuduhan membocorkan soal ujian. Novarina dituduh pembuatnya. dr. Gondo Gozali yang merasa dituduh membantah.

12 Februari 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BEBERAPA surat kaleng, Desember kemarin, sempat menghebohkan Fakultas Kedokteran UI. Beberapa Kepala Bagian dan dr. W.A.F.J. Tumbelaka, Pembantu Dekan Bidang Akademis (merangkap Pejabat Dekan), menerima surat yang berisi tuduhan adanya kebocoran ujian di fakultas itu. Kebocoran yang menurut surat kaleng tersebut terjadi di Bagian Anatomi dan Bagian Faal itu menyebut dr GG (nama singkatan dari seorang staf pengajar Bagian Anatomi) yang telah memberikan soal-soal ujian kepada beberapa mahasiswa. Bahkan surat yang diterima Tumbelaka, menyebutkan keterlibatan dua orang anaknya dalam peristiwa tersebut. Pengusutan terhadap pengirim surat kaleng segera dilakukan. Kabarnya seorang mahasiswa baru bernama Novarina dicurigai sebagai orang yang membikin surat itu. "Saya merasa terkejut dan sedih mendengar tuduhan itu", ujar yang bersangkutan. Dan bekas mahasiswa Trisakti (sempat ke Belgia sebelum masuk ke tingkat II FKUI) itupun sibuk menjelaskan ke beberapa staf pengajar yang disebut-sebut dalam surat kaleng itu. "Saya tidak membuat surat kaleng itu dan saya tidak tahu siapa yang membuatnya", ucap Novarina sayu. Oom Atau Ayahnya Sedangkan dr GG yang dituduh membocorkan ujian juga melakukan bantahan. "Apa yang disebut dr GG dalam surat kaleng itu siapa lagi kalau bukan saya", ujar dr Gondo Gozali "tapi saya tidak merasa membocorkan ujian". Dokter yang mengajar di Bagian Anatomi itu mengakui, memang sering mahasiswa datang ke rumahnya. Sebagaimana dosen lain yang mendapat tugas memberikan bimbingan (coaching) kepada para mahasiswa yang lemah, menurut Gondo, dia mendapat honor sebesar Rp 21 ribu. "Tentu saja dalam coaching itu saya selalu mengarahkan pelajaran yang diberikan kepada hal-hal yang akan diuji nanti", tambah Gondo lagi. Tidak jelas apakah penelitian yang dilakukan terhadap kasus itu sudah membawa hasil. Namun berdasarkan beberapa keterangan dari para dosen yang dihubungi, kebocoran ujian di tingkat II itu bukan tidak mungkin terjadi. "Hal serupa itu bisa terjadi di mana saja baik sengaja maupun tidak disengaja", komentar dr Tumbelaka, "namun saya ragu kebocoran yang terjadi itu dilakukan secara sengaja oleh staf pengajar FKUI". Pejabat Dekan tersebut memang mengakui bahwa secara tidak langsung, "staf pengajar yang kebetulan oomnya atau ayahnya bisa saja dengan tidak sengaja membantu si mahasiswa" - misalya. Lagi pula materi suatu mata pelajaran, bukan tidak mungkin setiap tahun akan berulang-ulang muncul kembali. Sehingga dalam ujian tidak bisa dihindarkan adanya materi yang mungkin kebetulan sama. Vonis Gagal Hanya tentu saja kasus yang terjadi itu diusahakan untuk tidak terulang lagi. Paling tidak kemungkinan kebocoran ditutup seminimal mungkin. Misalnya dengan memberi imbalan dari fakultas kepada dosen yang mendapat tugas membimbing. Sehingga tidak hanya mahasiswa yang bisa bayar saja yang memperoleh kesempatan coaching". ucap Tumbelaka. Namun tentu saja akan timbul soal, apakah imbalan uang dari fakultas akan dapat meminggirkan imbalan yang lebih menggairahkan, yang diberikan oleh mahasiswa? Maklumlah, siapa yang tidak mau jadi dokter. Tapi betulkah Denanda dan Toar (dua putera Tumbelaka) menikmati kebocoran di Bagian Anatomi itu? "Justru pada mata pelajaran itu kedua anak saya mendapat angka kurang. Dan karena itu kedua anak saya terpaksa gagal meneruskan pendidikan di FKUI", ujar Tumbelaka. Dalam mata pelajaran itu kedua anak Tumbelaka mendapat angka 4 dan tahun akademi itu mereka terpaksa dikeluarkan dari FKUI dan kini pindah ke FKG Trisakti. Menurut peraturan yang berlaku di fakultas itu mahasiswa yang pernah mengulang di tingkat I -- seperti kelua putera Tumbelaka - bila gagal lagi di tingkat II akan dikeluarkan. "Peraturan ini berat. Karena itu saya mengusulkan agar bisa ditinjau kembali", ucap Tumbelaka. Tingkat II sekarang merupakan gabungan dari tingkat II dan tingkat Ill dulu dan inilah yang menyebabkan FK UI memiliki masa pendidikan enam tahun, bukan tujuh tahun seperti yang kini masih berlaku di FK-FK negeri yang lain. Bagi mahasiswa yang duduk di tingkat ini, selain tentu saja mendapat jumlah mata pelajaran banyak, mereka juga mesti menghadapi mata pelajarau baru. Itulah sebabnya setiap tahun jumlah mahasiswa yang gagal di tingkat ini paling banyak. Sehingga bagi mereka yang pernah gagal di tingkat I, kegagalan di tingkat II berarti vonis gagal jadi dokter. Tumbelaka mengharapkan usulnya bisa diterima.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus