Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu sarana umum yang sering ditemui di ruang publik adalah toilet khusus untuk penyandang disabilitas. Toilet ini biasanya terpisah dengan ruang toilet umum dan memiliki ruang yang lebih besar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca juga:
Sebab Menulis Kata Tuli Harus Diawali Huruf Kapital
Para Atletik, Jaenal Aripin Ukir Prestasi Meski Kehilangan Kaki
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ukuran ruang toilet untuk penyandang disabilitas yang lebih lapang membuat pengguna toilet umum salah memfungsikannya. "Ketika saya di bandara, toilet khusus disabilitas malah digunakan untuk menyimpan alat kebersihan," ujar Koordinator Jakarta Barrier Free Tourism atau JBFT, Triyan Erlangga, saat dihubungi, Rabu 4 Juli 2018.
Toilet yang ditujukan bagi penyandang disabilitas ini harus memenuhi beberapa kaidah aksesibilitas. Pertama, ukuran ruang toilet mesti lebih besar. "Bagi para pengguna kursi roda, ruang yang lebih luas membantu pengguna kursi roda bermanuver," ujar Ida Putri, Project Officer di Organisasi Handycap Nusantara atau OHANA.
Pintu untuk menutup toilet khusus disabilitas juga perlu diperhatikan. Pintu yang digunakan harus membuka ke arah luar agar dapat dilewati pengguna kursi roda. Lebar pintu juga mesti dibuat lebih luas dari pintu biasa, yaitu 1,5 meter. “Pakai pintu geser juga lebih baik agar tidak berpotensi mencelakakan orang lain yang melintas di depan toilet," ujar Triyan.
Pegangan berbentuk huruf L terbalik juga perlu dipasang di kiri dan kanan toilet duduk. Tinggi toilet duduk juga dibuat lebih tinggi dari ukuran toilet duduk biasa. "Demi mempermudah penyandang disabilitas paraplegi (tanpa kaki) untuk transfer dari kursi roda mereka ke toilet," ujar Ida.
Artikel lainnya:
Jenis Latihan Buat Teman Disabilitas agar Lebih Percaya Diri
Lantai toilet harus terbuat dari bahan yang tidak licin agar tidak membahayakan penyandang disabilitas netra dan disabilitas daksa pengguna tongkat. "Karena itu ada baiknya di dinding toilet juga disediakan pegangan yang mengarahkan penyandang disabilitas ke toilet duduk," kata Triyan.
Namun penyesuaian fungsi toilet disabilitas ini menjadi bermasalah bagi penyandang daksa bertubuh kecil atau stunting. Sebab, mereka tidak dapat mengakses tinggi toilet dan wastafel, baik ukuran biasa maupun yang sudah disesuaikan bagi penyandang disabilitas. "Ini semua menjadi complicated ketika toilet, wastafel, cermin, maupun tempat tissu tidak dapat diakses oleh penyandang daksa little people, karena letaknya terlalu tinggi," ujar Ida.
Meski begitu, dia berharap ruang publik yang dikelola swasta atupun pemerintah sebaiknya tetap berusaha menyediakan wastafel khusus untuk penyandang stunting. Salah satu contoh negara yang sudah mulai peduli dengan kepentingan penyandang disabilitas stunting adalah Malaysia. "Di beberapa toilet publik di sana, ada satu dari enam wastafel yang berukuran kecil dan tingginya sekitar 20 – 30 sentimeter," kata Ida yang juga penyandang stunting.