Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tragedi Gerakan 30 September 1965 atau G30S sudah 56 tahun berlalu. Dalam tragedi itu, tujuh perwira TNI AD yang kemudian disebut sebagai Pahlawan Revolusi gugur menjadi korban.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mereka adalah Jenderal Ahmad Yani, Mayjen R. Soeprapto, Mayjen M.T. Haryono, Mayjen S. Parman, Brigjen D.I Panjaitan, Brigjen Sutoyo, dan Lettu Pierre A. Tendean. Berdasarkan beberapa sumber, ketujuh orang ini dijemput paksa oleh pasukan Cakrabirawa dari kediaman masing-masing pada tengah malam dan pagi buta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mereka semua dibawa ke daerah Lubang Buaya, Jakarta Timur. Kemudian jasadnya dibuang ke sebuah lubang sumur kecil, yang disebut sebagai sumur Lubang Buaya.
Dalam catatan yang dibuat Cornell University Press (1966), jenazah tujuh pahlawan revolusi tersebut dapat ditemukan seluruhnya pada 4 Oktober 1965. Lokasi jenazah ditemukan oleh satuan Resimen Para Anggota Komando Angkatan Darat (RPKAD) di kawasan hutan karet Lubang Buaya. Tujuh jenazah itu ditemukan di sumur tua dengan kedalaman sekitar 15 meter.
Pada 4 Oktober 1965, pengangkatan jenazah pahlawan revolusi dari Lubang Buaya dilakukan. Pembantu Letnan Dua Marinir (Purnawirawan) Sugimin, merupakan satu dari 12 orang yang melakukan pengangkatan jenazah. Selain Sugimin, ada Winanto, Sutarto, Saparimin, J. Kandouw, A. Sudardjo, Hartono, Samuri, I. Subekti, Baharudin Sumarno (dokter gigi), dan Kho Tjioe Liong (dokter tentara).
Menurut Sugimin, jenazah pertama yang diangkat ialah Pierre Tendean dan yang terakhir adalah DI Panjaitan. “Semua jenazah dalam keadaan utuh, tidak ada yang matanya dicungkil atau kemaluannya dipotong seperti cerita yang beredar,” kata Sugimin kepada Tempo pada 2017.
Menurut Sugimin, proses evakuasi jenazah tujuh Pahlawan Revolusi, dimulai pukul 11.00 dan berakhir sekitar pukul 15.00. Pangkostrad Letnan Jenderal Soeharto, Komandan Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD) Kolonel Sarwo Edhie Wibowo serta Letnan Dua Sinton Panjaitan memantau jalannya evakuasi.
“Jenazah dimasukkan peti dan langsung dibawa ke Rumah Sakit Gatot Subroto menggunakan Panser. Setelah semua mayat terangkat, lokasi disterilkan, tidak boleh ada yang mendekat. Dijaga pasukan baret merah,” kata Sugimin.
Keesokan harinya, bertepatan dengan HUT ke-20 Angkatan Bersenjata Republik Indonesia pada 5 Oktober 1965, ketujuh jenazah korban G30S itu dimakamkan di Taman Makam Pahlawan atau TMP Kalibata.
M. RIZQI AKBAR