Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur penggalangan milenial dan kepemudaan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo atau Jokowi - Ma'ruf Amin, Bahlil Lahadalia, mengatakan gaya ofensif Jokowi saat berpidato belakangan ini merupakan bagian dari strategi. Dari penilaian timnya, Bahlil mengatakan publik tak hanya melihat ketegasan seorang pemimpin dari konteks pengambilan keputusannya.
Baca: Jokowi Serang Balik Lawan, JK: Itu Bisa Naikkan Elektabilitas
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Tapi juga harus ada sikap yang betul-betul mencerminkan sebuah ketegasan dan mungkin apa yang dilakukan Pak Jokowi sebagai bentuk ekspresi ketegasan," kata Bahlil kepada Tempo di kedai Bakoel Koffie, Cikini, Jakarta Pusat, Minggu, 10 Februari 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bahlil lalu menyinggung strategi kampanye kubu Prabowo Subianto - Sandiaga Uno dalam masa kampanye kali ini. "Mungkin apa yang dilakukan pak Jokowi itu (gaya ofensif) sebagai ekspresi ketegasan untuk menolak isu-isu yang dikembangkan pihak sana," tutur dia.
Selain itu, Bahlil menilai gaya ofensif dapat memikat hati para milenial agar memilih pasangan calon nomor urut 01 di pilpres 2019 nanti. "Bagi kami bagus kok. Ibarat orang berkelahi, masa digebukin diem terus sih?" ujar Bahlil.
Baca: Pengamat: Gaya Ofensif Jokowi Respons terhadap Tuduhan Prabowo
Hari ini, Jokowi angkat bicara soal tudingan Prabowo tentang anggaran bocor yang mencapai 25 persen atau Rp 500 triliun. Ia mempertanyakan dari mana calon presiden nomor urut 02 itu mendapatkan angka tersebut.
"Saya tanya hitung-hitungannya dari mana? Jangan buat pernyataan yang membuat masyarakat menjadi resah," katanya saat berbicara di hadapan ribuan alumni SMA se-Jakarta yang mendukungnya di Istora Senayan, Jakarta, Ahad, 10 Februari 2019.
Jokowi menuturkan, di Indonesia, urusan anggaran dan realisasinya dibahas bersama-sama antara pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Pemerintah baru bisa menggunakan anggaran jika sudah mendapat persetujuan dari seluruh fraksi di DPR.
"Jangan sampai semua sudah tanda tangan kemudian baru ngomong Rp 500 triliun bocor... bocor... bocor," ucap Jokowi dengan mengulang kata 'bocor' sebanyak 12 kali. "Bocor dari mana?"
Ucapan Jokowi itu merespons Prabowo yang sebelumnya mengatakan sebanyak 25 persen anggaran pemerintah Indonesia bocor. Salah satunya akibat dari maraknya penggelembungan harga yang dilakukan segelintir orang. Anggaran Indonesia, kata Prabowo, berpotensi hilang Rp 500 triliun. Dasar perhitungannya, 25 persen dari anggaran negara sekitar Rp 2.000 triliun.
Baca: Keunggulan dan Kelemahan Gaya Kampanye Jokowi Versi Pengamat
Prabowo pun berjanji, ia akan memimpin pemerintahan yang bersih dari korupsi bila terpilih. Selain itu, calon presiden penantang Jokowi itu juga menjanjikan akan mengelola kekayaan negara dengan baik.
AHMAD FAIZ