Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Giliran Bocor Di PP

Ujian proyek perintis III di Universitas Sebelas Maret bocor.(pdk)

18 Juni 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DENGAN mengendap-endap, beberapa hari menjelang gerhana matahari, di beberapa hotel di Sala terjadi bisnis "miring". Jangan salah: yang disasar bukan wisatawan, tapi lulusan SLA. Yang dijual bukan suvenir, melainkan materi ujian masuk Proyek Perintis (PP) III di Universitas Sebelas Maret (UNS), termasuk kunci jawabannya. Persaingan yang ketat dan keras masuk perguruan tinggi negeri, rupanya telah mendorong sebagian orang berpikir 'maju' dan menempuh jalan mencong. Ratusan ribu lulusan SLA bisa dipastikan terjungkal oleh tes PP itu. Daya tampung perguruan tinggi negeri beringsut kayak siput, sementara lulusan SLA membludak terus. Di PP I saja, misalnya, tahun ini diikuti lebih 230.000 peserta padahal hanya tersedia 16.000 kursi. Akibatnya, "Banyak orang yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan," ujar Wiwiet Widiantono, sekretaris PP I. Beralasan jika bimbingan tes laku keras. Tapi toh tak ada jaminan. Upaya serong mengelabui komputer dengan menghitamkan semua jawaban atau memolesnya dengan lilin, seperti ada yang mencoba tahun-tahun silam, juga tak mempan. Kini muncul bocoran ujian, yang selama ini sering muncul di tingkat sekolah lanjutan sampai SD. Kabar bocor ini mulai menetes pada ujian PP I di Jakarta awal Juni. Beberapa peserta kedapatan membawa kunci jawaban. Setelah diperiksa, "ternyata berbeda dengan jawaban yang asli," kata Wiwiet. Jumlah jawabanyang asli hanya 90, yang palsu 100. Di luar rupanya juga beredar naskah soal IPA terpadu, yang mirip, tapi berbeda dengan naskah asli yang diujian. "Kalau sampai bocor, ada dua sumber yang membocorkannya. Saya sendiri, atau percetakan," katanya tegas. Di Sala, hal ujian bocor itu lebih santer. Bahkan itu baru diketahui sehari menjelang ujian masuk IPS berakhir. Padahal menurut sebuah sumber, sebelum ujian IPS berlangsung 8 Juni, bocoran telah sampai di tangan sejumlah peserta. Khususnya, peserta tes yang berasal dari luar Sala. Peserta dari luar ini memang sangat banyak yang mengikuti tes di UNS, yakni sekitar 20.000 dari 60.000 peserta. "Jumlahnya terus meningkat sejak tahun 1979," ujar Rektor UNS dr. Prakosa, "karena UNS merupakan kesempatan terakhir." Maksudnya, kesempatan terakhir bagi calon mahasiswa untuk bisa ikut tes di perguruan tinggi negeri setelah sebelumnya berlangsung tes di PP IV dan PP I. Penjual bocoran itu beroperasi di hotel-hotel tempat peserta dari luar Sala itu menginap. Yang dijajakan, terutama untuk IPS, macam-macam. Ada soal ujian untuk semua materi tes beserta jawaban yang sudah dilingkari. Ada yang hanya menjual lembar jawaban saa tapi sudah disi. Semuanya hasil fotokopi. "Ternyata, huruf maupun cetakan, serta isinya sama persis dengan yang asli," kata sumber itu, yang juga mendapat bocoran ujian untuk adiknya. Selain itu beredar pula soal ujian yang ternyata memang berbeda dengan yang tiujikan. "Hanya sebagian saja yang benar," tambah sumber itu. Bocoran yang hanya sebagian benar itu, agaknya dipakai sebagai alibi mengaburkan adanya kebocoran yang sesungguhnya. Harga bocoran itu juga beragam. Ada yang berharga nilai Rp 200.000 sampai paling tinggi Rp 500.000. Boleh dibayar "gotong royong" oleh beberapa peserta tes secara patungan. Uniknya: boleh dibayar belakangan setelah terbukti bocoran itu sama dengan yang diujikan. Lalu lintas bocoran itu masih pula diramaikan dengan adanya lembar jawaban yang ditulis dengan tangan. Semuanya juga fotokopi. Ada yang mengatakan, fotokopi yang sesuai dengan hasil cetakan mungkin sudah kabur akibat seringnya difotokopi, sehingga beberapa peserta tes lantas menurunnya dengan tulisan tangan yang kemudian difotokopi kembali. "Bocoran itu sudah beranting," kata sumber lain, "juga sampai ke tangan peserta ujian yang dari Sala." Kenapa ujian PP III di UNS bisa bocor? "Itu sedang diusut oleh polisi," kata Sidharto Pramutadi, direktur Pembinaan Sarana Akademis P & K yang juga ketua Proyek Perintis. Bahkan Menteri P & K sendiri telah menelepon pihak kepolisian Sala untuk melacaknya. "Hasilnya belum ketahuan," kata Nugroho Notosusanto. "Mudah-mudahan tidak serius." Serius atau tidak, pihak UNS merasa telah melakukan pengawasan yang ketat. "Satu lokal hanya 20 peserta dan diawasi 3 pengawas," kata Prakosa. Sondang Tiurna Simbolon, lulusan SMA Tarakanita Jakarta juga mengakui hal ini. "Di PP I nyontek itu masih bisa. Tapi di PP III itu tidak mungkin, sebab jarak tempat duduk berjauhan," kata gadis yang ikut tes di UNS dan ingin jadi dokter ini. Kendati demikian, Prakosa mengakui kemungkinan bocor tetap ada. "Seketat-ketat menjaga, maling lebih pintar dari yang punya rumah," kata Prakosa yang ketika ujian berlangsung berada di Jakarta menghadiri raker rektor. Jika kemungkinan itu terjadi, ia sendiri baru akan mengambil sikap setelah meneliti berapa luas kebocoran itu. "Kalau hanya parsial, ujian tidak perlu diulangi," katanya melalui telepon. "Pengumuman hasil tes tidak akan ditunda," tambah Soepono Hadikusumo, pembantu rektor II UNS. Sementara itu kepolisian Sala terus mengusutnya. "Sudah ada titik terang," kata Kolonel Judo, Danwil 95 Surakarta. Dan kalau ujian PP III di UNS itu bocor, "kita sedih sekali," ucap Doddy Tisnaamijaya. "Orang yang membocorkannya," lanjut Dirjen yang berambut putih ini, "betul-betul tidak punya kesadaran sosial."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus