IA satu-satunya harian berbahasa Inggris di Republik Rakyat Cina
(RRC). Padahal ada 43 koran terkemuka terbit di sana. Terbit
dengan 8 halaman, China Daily yang terbit pertama kali pada 1
Juni 1981, selama setahun pertama peredarannya hanya muncul 5
kali semingu. Baru pada tahun kedua bisa beredar 6 kali dalam
seminggu. Lompatan berikutnya dilakukan begitu ia memasuki tahun
ketiga: sejak 1 Juni lalu dicetak di New York, AS, dan beredar
di kota-kota utama AS, Kanada, dan Eropa.
Dicetak mula-mula 5.000 eksemplar, edisi AS itu lembar-lembar
filmnya diterbangkan pesawat udara komersial ke New York dari
ibu kota RRC, Beijing. Kantor redaksinya memang di Beijing,
menumpang di kantor kakak kandungnya yang berbahasa asli, Renmin
Ribao (Harian Rakyat) yang beroplah 5 juta eksemplar. Di AS,
tentu saja, diatur perwakilannya yang memang sudah ada sejak
koran itu terbit. Resepsi peresmian nomor pertamanya diadakan
minggu lalu, di New York, oleh salah seorang pendiri dan
redaktur terkemukanya, Liu Zunqi.
Kini China Daily beropah 70.000-an. Guan Zaihan, 59 tahun,
pemimpin redaksinya, yakin edisi luar-RRC korannya itu mampu
mempertinggi oplah. "Kami akan mencapainya dengan meraih pembaca
dari kalangan mahasiswa, diplomat, bisnis, dan pelancong," kata
Zaihan. Harga langganannya hampir Rp 100.000 setahun dan eceran
25 sen dollar Amerika.
Liu Zunqi, 72 tahun, berharap dapat membangun sirkulasi dari
5.000 tahun ini sampai akhirnya pada suatu waktu mencapai
50.000-an. Tapi Feng Xiliang, redaktur pelaksana dan juga salah
seorang pendirinya yang lain memperkirakan, "kami harus menunggu
50 tahun" untuk mencapai angka itu.
Di RRC sendiri, meski maksud semula koran itu ditujukan terutama
kepada kalangan turis dan kalangan asing, ternyata 2/3 dari
jumlah pembacanya adalah warga Cina. Ini tentu merupakan
kelanjutan dari semangat berbahasa Inggris yang melanda RRC
sejak 5 tahun lalu. Namun Zaihan agak meleset dalam
memperkirakan target oplah korannya. Waktu itu, dalam tahun
pertama penerbitannya, Zaihan optimistis korannya akan mencapai
oplah 100.000 setelah terbit setahun (TEMPO, 27 Juni 1981).
Tak jelas apa penyebab China Daily tak mencapai oplah seperti
diperkirakan Zaihan -- bahkan setelah melewati tahun keduanya.
"Kehati-hatian" para pengelola diduga sebagai penyebabnya.
Harian itu kelihatan melangkah antara keinginan mengusahakan
surat kabar model Barat dan mengambil sikap "rendah" dalam
masalah-masalah politik. Hal itu terlihat dari Guan Zaihan yang
bersikeras mengatakan: "Koran kami paling terbuka di Cina, tapi
tak mau mencampuri masalah politik."
Dalam hal merangkul tenaga ahli asing untuk urusan bukan isi,
Zaihan tampaknya tak menganggap tabu. Untuk memperbaiki
kemampuan berbahasa Inggris para wartawannya, misalnya, ia
membetot bekas redaktur Boston Globe, Charles Whipple, sejak
masa-masa persiapan penerbitannya. Para ahli Thomson Foundation
dari Inggris diminta ikut menangani masalah produksi dan
pemasaran. Sementara David Syme & Co, penerbit The Age di
Melboume, Australia, selain dimintai advis masalah teknis dan
manajemen juga menularkan keahlian redaksional.
"Kalangan persuratkabaran di seluruh dunia mengakui, tahun
pertama penerbitan surat kabar merupakan masa-masa sulit bagi
kehidupannya," kata Ranald Macdonald, direktur pelaksana David
Syme & Co, sewaktu menyambut HUT pertama China Daily. Ia lalu
memuji para pengelola koran itu, yang berkat disiplin dan
dedikasi mereka, katanya, mampu menjadikan harian itu, "alat
penting yang memperluas pengertian antara bangsa Cina dan
bangsa-bangsa lain." Sedang James Collart dari Thomson
Foundation mengingatkan tugas koran itu di masa depan: "Jadi
surat kabar kebanggaan Cina."
"Kecap dapur" tersebut memang ada buktinya. Oplahnya terus
meningkat. Dalam waktu-waktu tertentu, misalnya, pada saat-saat
ada kegiatan konperensi atau pameran produksi asing di Beijing,
China Daily menerbitkan halaman tambahan atau supplement. Sedang
halaman iklannya, biasanya sekitar 25% dari seluruh halaman,
sering memampangkan iklan setengah halaman minuman para
kapitalis, Hennessy Cognac.
"Tapi halaman iklan nomor-nomor pertama edisi luar-RRC-nya itu,
ternyata diserbu para pengusaha Cina sendiri, yang ingin
mempromosikan barang dagangan mereka di Amerika. Karena itulah
edisi AS harian itu terpaksa menolak para pemasang iklan di
kawasan peredarannya yang baru itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini