TUBUHNYA dilapis cat warna hijau Tosca. Pada kedua lambungnya ada tiga garis lebar berjajar rapat warna kuning. Di tengahnya terdapat tulisan besar Patas AC. Sepuluh buah bis sejuk bermesin Mercedes ini, sejak awal pekan lalu, mulai merayapi jalan-jalan Jakarta. Interior bis ini terkesan mewah. Kursi penumpang berlapis beledu warna biru. Sandaran duduk dibungkus dengan sarung jok warna biru, dan di atasnya terdapat keran yang menyemburkan hawa sejuk. Ada tirai warna biru langit di balik jendela. "Setiap penumpang, jauh dekat, ditarik karcis Rp 750,00," kata Sudaryanto, Dirut Perum PPD, yang mengoperasikan bis-bis itu. Jauh lebih mahal, memang, dibanding bis kota biasa yang Rp 200,00, atau Rp 350,00 dengan Patas konvensional. Namun, selain tak perlu berkeringat, penumpang Patas AC tak usah berjejalan. Patas AC ini 43 kursi penumpang, lebih longgar dibanding Patas biasa yang punya 50 kursi. Dalam bis mewah ini penumpang tak dicolek-colek atau didorong-dorong seperti biasa terjadi di bis umum. Kondektur yang berseragam krem-cokelat tua, dengan dasi kupu di leher, tampak lebih simpatik dan ramah. "Di sini, saya tak perlu tereak-tereak, tak perlu berantem dengan penumpang, dengan sopir, atau polisi," kata seorang kondektur bis mewah itu, yang mengaku mendapatkan gaji lebih besar dibanding ketika menjadi awak bis biasa. Kehadiran bis ber-AC ini terutama untuk menggoda para pemakai mobil pribadi. "Untuk mengurangi kemacetan lalu lintas," ujar Sudaryanto. Sebagai langkah perintisan, PPD - yang memiliki 1.350 buah bis mengoperasikan bis ber-AC itu hanya pada trayek khusus Kebayoran Baru--Kota. Bis khusus ini hanya berhenti di beberapa halte. Rute ini memang lintasan sibuk, kemacetan bisa terjadi setiap saat. Bis kota ber-AC di Jakarta bukan hanya monopoli PPD. Perusahaan swasta Mayasari Bakti, yang kini memiliki armada 700 buah bis, dalam waktu dekat ini juga akan mengoperasikan 10 buah Patas AC. Investasinya hampir Rp 1 milyar. Untuk sementara, "Akan melayani trayek Cililitan--Bekasi," kata Direktur Mayasari, H. Mahfud. Sebuah bis ber-AC dengan interior apik harganya hampir dua kali bis biasa. Sebuah bis biasa bermesin Mercedes. menurut Mahfud, harganya sekitar Rp 40 juta. Untuk menjadikannya berinterior mewah diperlukan ongkos perombakan Rp 28 juta, plus harga AC yang Rp 30 juta. Soal untung rugi mengoperasikan bs mewah itu, Mahfud belum berani membuat taksiran. "Ya, mudah-mudahan bisa seperti bis lainnya, dalam 2-3 tahun sudah pulang modal," ujar H. Mahfud. Barangkali, agar cepat "pulang modal", Mahfud punya rencana memberikan pelayanan khusus untuk memikat penumpang. Kursi penumpang hanya 36 buah untuk setiap bis. Kondektur pun akan diseleksi ketat. "Hanya mereka yang bisa berlaku sopan, simpatik, yang akan ditempatkan pada bis ber-AC itu. Kalau perlu, kami akan mengambil kondektur wamta," tambah Mahfud. Memindahkan pemakai mobil pribadi ke bis ber-AC memang bisa jadi pilihan untuk meringankan beban jalan raya. Saat ini menurut Ir. Budihardja Sukmadi, Kepala DLLAJR DKI Jaya, ada sekitar 400 ribu mobil pribadi di DKI, di samping 40 ribu kendaraan umum dan 700 ribu sepeda motor. Belum lagi bajaj, bemo, dan becak. Akibatnya, jalan-jalan protokol menerima beban sangat tinggi. Pada siang hari, setiap satu jam, menurut survei DLLAJR DKI, 3.161 kendaraan bermotor lewat Jalan Sisingamangaraja, Kebayoran Baru. Di Jalan Sudirman, lebih gila, 11.582 buah. Sedangkan di Jalan Gajah Mada, yang hampir sepanjang waktu sibuk, setiap jam lewat 7.425 kendaraan. Bis berpenyejuk hawa ditawarkan, tapi boleh jadi, orang akan tetap mengendarai mobil pribadi sebagai lambang status dan kebanggaan. "Kalau masih begitu, itu sih di luar kemampuan kami untuk mengubahnya," ujar H. Mahfud.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini