WAJAH petani Sulawesi Utara sedang muram sejak 2 bulan
belakangan ini. Berbagai hama menyerang. Di Sangir Talaud
sekitar 20.000 hektar tanaman kelapa diserang hama sexava. Di
Minahasa juga kena gasak. Lalu di beberapa tempat ribuan hektar
sawah sedang digerayangi wereng coklat. Di Kecamatan Langowan7
Minahasa, 90%, dari 1.400 hektar areal persawahannya habis
disikat hama.
Pasukan pemberantas hama dari Dinas Pertanian Sulawesi Utara
segera turun ke lapangan. Tapi rupanya usaha melawan penyakit
tanaman ini tidak selancar yang diharapkan. Ir. Sihombing dari
Kanwil Pertanian Rakyat Sulawesi Utara agak marah karena
pemerintahan tingkat desa maupun kecamatan kurang memberi
bantuan untuk bekerjasama. Dua pihak terakhir ini rupanya secara
bulat-bulat menyerahkan pemberantasan itu kepada pihak Dinas
Pertanian. Malahan kalangan petani dinilai enggan melaporkan
adanya wereng di sawahnya.
Ketika masalah wereng makin menghangat, dari berbagai kecamatan
penghasil kopra di Minahasa masuk laporan adanya serangan hama
siput di kebun-kebun kelapa petani. Siput ini terdiri dari
jenis-jenis Cocosella digittata, Cetora Sp dan Derna Cattonatus.
Sasarannya adalah daun kelapa dan bercokol di bawah pelepah
sehingga sulit untuk menyemprotnya dari udara. Semacam
pengobatan dengan cara menyuntikkan obat dimikron 100 ke pohon
kelapa sedang dicoba. Tapi Camat Wori, E. Sumampouw yang sekitar
20.000 pohon kelapa di wilayahnya terserang siput, mengeluh
karena sulir mendapatkan dimikron 100. "Di samping sulit juga
mahal," kata Sumampouw.
Mabuk-Mabukan
Melihat serangan berbagai jenis hama itu agaknya cukup
mengejutkan warga daerah ini. Mereka seakan menyadarl bahwa
sekali ini semacam kutukan Tuhan telah jatuh bagi mereka. Ada
yang mencoba menduga barangkali karena selama ini mereka telah
melupakanNya melalui pesta-pesta mewah. Sebagai diketahui,
terutama penduduk Minahasa, seliap tengah tahun mengadakan pesta
syukur atas hasil panen mereka. Entah cengkeh, padi, kopra
maupun pala. Pada mulanya pesta rakyat ini bersifat gerejani,
pernyataan syukur kepada Tuhan atas karuniaNya.
Tapi kemudian pesta-pesta semacam itu terbawa oleh arus
mutakhir. Yang terlihat rak lebih dari pesta pora belaka, makan
minum secara mewah, mabuk-mabukan, dansa dan keramaian lah yang
menjurus kepada kemaksiatan. Gereja tak disangkut-pautkan lagi.
Nama Tuhan tak disebut.
Nah, penyimpangan ini tiba-tiba saja disadari mereka, begitu
berbagai hama tadi mulai memunahkan tanaman. Maka akhir-akhir
ini dalam kebaktian-kebaktian gereja mulai terdengar sisipana
agar musibah hama itu terhindar dari daerah ini. Dan semoga
Tuhan mengampuni segala dosa. Malahan di Kecamatan Tenga, Camat
F. Palar, buru-buru mengeluarkan larangan mengadakan pesta dan
memerintahkan agar rumah-rumah bilyar yang sudah memasuki
desa-desa di Minahasa segera ditutup. "Mungkin kita sudah
terlalu banyak berbuat bosa," kata Palar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini