Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Hama, Pestapora Dan Dosa

Ribuan hektar sawah & tanaman kelapa di Minahasa & Sangir Talaud, Sul-ut, rusak diserang hama. Para warga menghubungkan bencana tersebut sebagai kutukan tuhan. Petugas pemberantas hama tidak mendapat sambutan. (dh)

30 September 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

WAJAH petani Sulawesi Utara sedang muram sejak 2 bulan belakangan ini. Berbagai hama menyerang. Di Sangir Talaud sekitar 20.000 hektar tanaman kelapa diserang hama sexava. Di Minahasa juga kena gasak. Lalu di beberapa tempat ribuan hektar sawah sedang digerayangi wereng coklat. Di Kecamatan Langowan7 Minahasa, 90%, dari 1.400 hektar areal persawahannya habis disikat hama. Pasukan pemberantas hama dari Dinas Pertanian Sulawesi Utara segera turun ke lapangan. Tapi rupanya usaha melawan penyakit tanaman ini tidak selancar yang diharapkan. Ir. Sihombing dari Kanwil Pertanian Rakyat Sulawesi Utara agak marah karena pemerintahan tingkat desa maupun kecamatan kurang memberi bantuan untuk bekerjasama. Dua pihak terakhir ini rupanya secara bulat-bulat menyerahkan pemberantasan itu kepada pihak Dinas Pertanian. Malahan kalangan petani dinilai enggan melaporkan adanya wereng di sawahnya. Ketika masalah wereng makin menghangat, dari berbagai kecamatan penghasil kopra di Minahasa masuk laporan adanya serangan hama siput di kebun-kebun kelapa petani. Siput ini terdiri dari jenis-jenis Cocosella digittata, Cetora Sp dan Derna Cattonatus. Sasarannya adalah daun kelapa dan bercokol di bawah pelepah sehingga sulit untuk menyemprotnya dari udara. Semacam pengobatan dengan cara menyuntikkan obat dimikron 100 ke pohon kelapa sedang dicoba. Tapi Camat Wori, E. Sumampouw yang sekitar 20.000 pohon kelapa di wilayahnya terserang siput, mengeluh karena sulir mendapatkan dimikron 100. "Di samping sulit juga mahal," kata Sumampouw. Mabuk-Mabukan Melihat serangan berbagai jenis hama itu agaknya cukup mengejutkan warga daerah ini. Mereka seakan menyadarl bahwa sekali ini semacam kutukan Tuhan telah jatuh bagi mereka. Ada yang mencoba menduga barangkali karena selama ini mereka telah melupakanNya melalui pesta-pesta mewah. Sebagai diketahui, terutama penduduk Minahasa, seliap tengah tahun mengadakan pesta syukur atas hasil panen mereka. Entah cengkeh, padi, kopra maupun pala. Pada mulanya pesta rakyat ini bersifat gerejani, pernyataan syukur kepada Tuhan atas karuniaNya. Tapi kemudian pesta-pesta semacam itu terbawa oleh arus mutakhir. Yang terlihat rak lebih dari pesta pora belaka, makan minum secara mewah, mabuk-mabukan, dansa dan keramaian lah yang menjurus kepada kemaksiatan. Gereja tak disangkut-pautkan lagi. Nama Tuhan tak disebut. Nah, penyimpangan ini tiba-tiba saja disadari mereka, begitu berbagai hama tadi mulai memunahkan tanaman. Maka akhir-akhir ini dalam kebaktian-kebaktian gereja mulai terdengar sisipana agar musibah hama itu terhindar dari daerah ini. Dan semoga Tuhan mengampuni segala dosa. Malahan di Kecamatan Tenga, Camat F. Palar, buru-buru mengeluarkan larangan mengadakan pesta dan memerintahkan agar rumah-rumah bilyar yang sudah memasuki desa-desa di Minahasa segera ditutup. "Mungkin kita sudah terlalu banyak berbuat bosa," kata Palar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus