PRESIDEN Soeharto memukul kentongan bertalu-talu. Ibu Tien
Soeharto menekan tombol. Dan Kontes dan Yameran Ternak Nasional
III yang berlangsung di Desa Ngabeyan, Kecamatan Singopuran,
Kartasura (Jawa Tengah) 15 September itu secara resmi dimulai.
Menyusul kemudian 173 ternak sapi dari 13 propinsi yang ikut
dalam kontes dan pameran itu berdefile di hadapan para tamu dan
undangan.
Seribu pelajar sekolah lanjutan memakai caping dan pecut di
tangan meliuk-liuk di lapangan menarikan Tari Gembala. Arena
kontes dan pameran seluas 10 hektar pada areal tanaman tebu --
disewa dari pemiliknya antara Rp 17.500 hingga Rp 200.000 per
hektar -- di desa yang pernah meraih gelar juara lomba desa
tingkat nasional itu, dipadati manusia dan hewan.
Persiapan untuk mensukseskan peristiwa nasional ini berlangsung
sejak Mei 1978 lalu. Menelan biaya Rp 15 juta yang dibebankan
pada APBD Kabupaten Sukohardjo -- Kartasura termasuk Kabupaten
Sukoharjo. Kemudian para peserta selain membawa surat dari
Pemerintah Daerah masing-masing juga dikenakan biaya Rp 33 ribu.
Apa yang terjadi di Kartasura itu mencakup tiga kegiatan pokok.
Antara lain kontes yang terdiri dari 8 jenis untuk memperebutkan
48 kejuaraan kelompok sapi sali, sapi Ongole dan sapi Madura,
sapi Kreman, sapi hasil kawin suntik, sapi perah, Karkas, simas
ayam, sapi teladan dari daerah, keadaan dan kegiatan staf.
Tiket Haji
Untuk kontes ini, dari 48 kejuaraan tiga kejuaraan pertama
memperoleh piala bergilir dari Presiden. Yaitu juara umum 1,
juara I jenis pejantan kelompok sapi sali dan juara I jenis
pejantan sapi Ongole. Juara umum adalah Jawa Timur. Lalu juara I
jenis pejantan sapi Bali Wismaruskasi (25 tahun) dari Desa
Camplong I, Batuleo, Kupang (NTT), dan juara I jenis pejantan
kelompok sapi Ongole Hadisuyitno (45 tahun) dari Desa Mranggen,
Klaten (Jawa Tengah. Para juara selain mendapat piala, juga
Tabanas Rp 250 ribu dan tiket untuk keluar negeri. Seperti
pernah dijanjikan Presiden Soeharto akan memberikan tiket naik
haji kepada beberapa pemenang. Kepala Negara memenuhi janji itu.
Ternyata Soeparno dari Desa Ngetuk (Pati) mendapat tiket itu
karena ia telah berhasil memenangkan untuk jenis kawin suntik.
Tapi bukan Soeparno saja yang beruntung dapat tiket naik haji,
juga juara I jenis sapi Ongole dan juara pertama jenis sapi
Bali.
Menurut Presiden, bagi yang belum ingin naik haji tiket itu bisa
diminta "mentahan"nya saja. Nilai tiket itu sesuai dengan ONH
tahun ini yaitu Rp 760 ribu. Menurut Kepala Negara dengan Rp 760
ribu (kalau belum berniat naik haji) bisa dibeli 3 bibit sapi
dan mungkin 10 tahun mendatang dari 3 bibit itu bisa menjadi 10
atau lebih. Khusus untuk juara umum I, Propinsi Jawa Timur,
Presiden memberi pompa air yang masing-masing bisa mengocori
sawah 50 sampai 100 hektar.
Dalam menilai kontes ternak, berkata Syahlan dari Humas/Bagian
Umum Propinsi Jawa Tengah, "serumit menilai ratu kecantikan.
Yang dinilai tinggi badan, berat badan, sifat kejantanannya,
sex, kwalitas air maninya dan juga jumlah dagingnya. Untuk yang
betina: tubuhnya, keserasian tubuh, susu, sifat keibuan dan
lain-lainnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini