Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Haul Pesantren Langitan, Gus Ipul: Santri Harus Cinta Indonesia

Seorang santri mondok, tutur Saifullah Yusuf, dipengaruhi pendiri sekaligus pengasuhnya.

3 November 2017 | 14.34 WIB

Calon Gubernur Jawa Timur, Saifullah Yusuf.  ANTARA/Reno Esnir
Perbesar
Calon Gubernur Jawa Timur, Saifullah Yusuf. ANTARA/Reno Esnir

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Tuban - Puluhan ribu santri dan alumnus menghadiri Haul Akbar Pondok Pesantren Langitan di Dusun Mandungan, Desa/Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban, Kamis, 11 Oktober 2017. Haul tersebut untuk memperingati wafatnya tiga pengasuh Pondok Pesantren Langitan, yakni KH Abdul Hadi Zaid, yang tahun ini haul ke-47; KH Ahmad Marzuki Zahid (18); dan KH Abdullah Faqih (6). 

Para ulama dan kiai hadir dalam acara itu, di antaranya KH Sholeh Qosim dari Sepanjang, Sidoarjo; KH Agoes Ali Masyhuri, pengasuh Pondok Pesantren Progresif Bumi Shalawat, Sidoarjo; Habib Umar Al Muthohar, Semarang; dan Habib Zain Al-Baharun, Pasuruan. Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf, Bupati, Wakil Bupati, Kepala Kepolisian Resor, dan Komandan Distrik Militer Tuban juga hadir.

Baca: Hari Santri Nasional, Menteri Agama: Maknanya Kini Luas

Gus Ipul—panggilan akrab Saifullah Yusuf—dalam sambutannya mengatakan hadir di majelis haul tidak sekadar sebagai ajang silaturahmi, melainkan juga upaya untuk memastikan jemaah yang hadir masih sejalan dengan akidah dan ajaran para guru atau para ulama.

"Ini adalah tempat di mana kiai dan santri memupuk ukhuwah kebersamaan serta memelihara semangat gotong-royong saling peduli. Santri harus selalu takzim pada para kiai, karena keberkahan hanya bisa didapatkan jika kita nurut pada perintah kiai dan ulama," ujar Saifullah.

Hadir di majelis haul, ucap dia, diharapkan juga mampu menumbuhkan kecintaan pada Indonesia serta menjaga kebinekaan. Majelis seperti ini, menurut Saifullah, tidak ubahnya pendidikan karakter dan amar maruf nahi munkar untuk menjaga akidah. "Para santri dirancang oleh kiai dan ulama untuk menciptakan hubungan dunia sampai akhirat. Itulah yang perlu dicatat, supaya hidup tidak kehilangan arah," tuturnya.

Simak: Jokowi Janjikan Beasiswa Perguruan Tinggi Bagi Santri Madura

Seorang santri mondok, tutur Saifullah, dipengaruhi pendiri sekaligus pengasuhnya. Hal itu semata ingin mengambil keberkahan dari pendiri dan pengasuh yang menjadi panutan masyarakat setempat. Dengan demikian, pondok pesantren tetap dikenal dengan baik. 

"Salah satu kiai dan ulama yang kita hormati adalah KH Abdullah Faqih. Meskipun beliau telah wafat, puluhan ribu santri merasa beliau dekat dengan kita," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus