Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Bawang Datang, Virus Tertendang

Berbagai “obat alternatif” penyembuh corona Wuhan beredar di masyarakat. Perlu waktu bertahun-tahun mencari antivirus.

8 Februari 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Berbagai kabar bohong soal virus corona menimbulkan ketakutan di masyarakat.

  • Jika daya tahan tubuh kuat, potensi diserang corona Wuhan berkurang drastis.

  • Langkah pencegahan corona pun sebenarnya sangat sederhana.

DOKTER spesialis paru Erlina Burhan kebanjiran pasien sejak virus corona jenis baru menyerbu Negeri Cina pada Desember dan Januari lalu. Banyak pasiennya mengeluh demam, batuk, dan sakit tenggorokan. Menurut Erlina, mereka yang datang itu dilanda ketakutan telah terpapar corona Wuhan—kota di Provinsi Hubei, Cina, yang menjadi lokasi awal penemuan virus. Apalagi kondisinya mirip dengan gejala terjangkit corona.

Kepada mereka, Erlina selalu bertanya apakah baru pulang dari luar negeri. “Mereka bilang tidak,” kata Erlina saat ditemui Tempo pada Kamis, 6 Februari lalu. Erlina sampai menggeleng-gelengkan kepala. Dari pemeriksaannya, mereka hanya menderita flu biasa. “Pasien nambah, tapi malah bikin pusing.”

Ada pula pasien yang datang dalam kondisi sehat. Mereka meminta dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan, Jakarta Timur, itu memberikan vaksin agar kebal terhadap virus Wuhan. Jangankan Indonesia, Cina saja belum memiliki penawar virus tersebut. Untuk membuat vaksin suatu virus, dibutuhkan waktu penelitian bertahun-tahun. “Lah, ini virusnya baru saja ditemukan,” kata Ketua Kelompok Kerja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia itu. Pemerintah Cina baru mengumumkan penemuan virus tersebut pada akhir 2019.

Sebagian pasien bahkan meminta Erlina membuat surat pernyataan bebas corona. Umumnya, mereka baru pulang dari luar negeri. Mereka meminta surat itu supaya tidak dianggap sebagai pembawa wabah. Erlina menolak. Ia cuma menyanggupi memeriksa kondisi fisik mereka. Kalau memang memiliki gejala seperti terjangkit virus tersebut, dahak mereka akan diperiksa di laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan. Dari situ, baru terungkap adakah virus corona hinggap di tubuh mereka.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Erlina Burhan, Dokter spesialis paru. Dok. RSUP Persahabatan

Tapi, jika kelelawarnya direbus sampai matang, virus akan mati. Virus itu pun tak bisa hidup lama di atas benda mati, seperti buah dan telepon seluler. “Paling hanya satu hari.” Corona baru bisa berumur panjang kalau menumpang pada binatang atau orang.

— Erlina Burhan

DOKTER spesialis paru

 


 

Erlina menduga kekhawatiran sebagian besar pasiennya disebabkan oleh hoaks alias kabar kibul yang beredar di media sosial. Kementerian Komunikasi dan Informatika mencatat ada 60 kabar bohong soal corona Wuhan yang menyebar hingga awal Februari lalu. Salah satunya menyebutkan virus itu sudah muncul di negeri ini. Hoaks lain menyebutkan cara penularan corona. Misalnya melalui sup kelelawar, telepon seluler merek Xiaomi, bahkan lewat tatapan mata. Kabar lain berbicara tentang cara menangkal corona, seperti dengan makan bawang putih, minum alkohol, atau mengurapkan air wudu ke tubuh.

Menanggapi kabar kibul itu, Erlina tertawa. Menurut dia, “cara alternatif” itu belum terbukti bisa membunuh corona Wuhan. Memang, virus bisa mati dengan alkohol berkadar 70 persen. Tapi alkohol dengan kadar setinggi itu biasanya digunakan untuk membersihkan tangan atau benda-benda. Coba-coba meminumnya sama saja dengan merusak organ tubuh.

Erlina membenarkan info bahwa kelelawar menjadi salah satu pembawa corona. Tapi, jika kelelawarnya direbus sampai matang, virus akan mati. Virus itu pun tak bisa hidup lama di atas benda mati, seperti buah dan telepon seluler. “Paling hanya satu hari,” katanya. Corona baru bisa berumur panjang kalau menumpang pada binatang atau orang.

Kepala Lembaga Eijkman, Amin Soebandrio, mengatakan tak semua organ tubuh bisa dihinggapi virus tersebut. Corona Wuhan hanya bisa masuk ke badan kalau menempel pada bagian yang memiliki reseptor yang pas dengannya. Contohnya kelopak mata, hidung, dan mulut. Penularan bisa terjadi melalui percikan ludah orang yang sudah terinfeksi. “Bisa lewat bersin atau batuk,” kata guru besar ilmu mikrobiologi klinik Universitas Indonesia itu.

Dokter spesialis paru Agus Dwi Susanto mengatakan bukan hanya organ di kepala manusia yang harus diwaspadai. Justru media penularan paling sering adalah tangan. Organ tubuh yang satu ini paling sering menyentuh benda yang juga dipegang orang lain, seperti gagang pintu, meja, dan pegangan tangga. Semua bakteri dan virus yang menempel di benda itu bisa ngikut di tangan kita. Jika tangan tak dicuci, potensi corona masuk ke tubuh menjadi besar. “Kalau tak cuci tangan, lalu kucek-kucek mata, bisa ketularan,” ujar Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia itu. Jadi tatapan mata saja tak bisa menularkan virus.

Sesungguhnya, kata Amin Soebandrio, kita tak perlu khawatir virus itu masuk ke tubuh selama kondisi badan sehat. Pasukan daya tubuh bakal menyerang virus yang menyelusup. Kemenangan sudah pasti diperoleh jika badan bugar. Namun, kalau daya tahan tubuh sedang memble, misalnya karena penyakit kronis seperti diabetes dan penyakit ginjal, karpet merah tergelar untuk virus itu. Virus bahkan bisa langsung masuk ke sel dan melipatgandakan diri terus-menerus.

Menurut Amin, virus corona Wuhan akan masuk ke saluran pernapasan atas. Sinyal perlawanan akan dikirimkan satu pasukan imun kepada teman-temannya dengan cara membuat tubuh demam. Prajurit lain pun akan datang membantu. Jika corona Wuhan sudah menembus sel-sel di saluran pernapasan atas tersebut, muncullah gejala batuk, yang berarti virus sudah memperbanyak diri. Perang akan terus terjadi. Jika tentara imun kalah, virus bakal menyerang wilayah lain, yaitu saluran pernapasan bagian bawah, seperti paru-paru.

Di dalam paru yang sudah diinvasi, sel-sel akan meradang dan mengakibatkan pneumonia, yaitu infeksi pada jaringan dan kantong udara di paru-paru. Infeksi ini bakal membuat pasokan oksigen ke seluruh tubuh berkurang dan kebutuhan O2 bisa tak terpenuhi. Padahal sel-sel di seluruh tubuh sangat bergantung pada oksigen untuk hidup. “Pneumonia ini yang menyebabkan angka kematian tinggi,” ujar Agus Dwi Susanto.

Dengan ketiadaan antivirus corona Wuhan, tiga dokter yang ditemui Tempo itu mengatakan cara terbaik mencegahnya masuk ke tubuh adalah cuci tangan. Di antaranya menggunakan air yang mengalir dengan sabun antiseptik atau cairan antiseptik. Ketika berada di tempat umum, lebih baik menggunakan masker bedah. Mereka yang merawat orang yang dicurigai terinfeksi corona Wuhan juga harus memakai kacamata pelindung untuk menghindari percikan ludah. "Yang terpenting, jagalah daya tahan tubuh," kata Amin.

NUR ALFIYAH

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Nur Alfiyah

Nur Alfiyah

Bergabung dengan Tempo sejak Desember 2011. Kini menjadi redaktur untuk Desk Gaya Hidup dan Tokoh majalah Tempo. Lulusan terbaik Health and Nutrition Academy 2018 dan juara kompetisi jurnalistik Kementerian Kesehatan 2019. Alumnus Universitas Jenderal Soedirman.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus