LIBUR panjang bagi siswa Jakarta yang orangtuanya kaya, mungkin amat menyenangkan. Mereka bisa merencanakan wisata ke mana saja. Lain halnya bagi mereka yang tak punya. Paling, mereka kongko di mulut gang. Bahkan, bisa terjadi, ada yang berulah membikin keributan. Yang terakhir inilah yang dikhawatirkan Gubernur DKI Wiyogo Atmodarminto. "Nah, daripada ngumpul tidak keruan cari perkara dan berkelah melulu, kan mending diberi kegiatan yang bermanfaat," ujar Gubernur. Atas dasar itu, Pemda DKI kemudian mengajak Kanwil Departemen P dan K untuk merancang berbagai kegiatan. Antara lain program latihan kerja, pesantren kilat, lomba karya ilmiah, dan bakti sosial seperti membersihkan kampung kumuh. Pemda juga mengajak 17 instansi pemerintah, 11 pasar swalayan, Bank Bumi Daya dan Lippobank, serta dua instansi swasta lain untuk terlibat. Gayung pun bersambut. Selasa pekan lalu, sekitar 1.200 siswa SMTA -- lengkap dengan seragamnya berbaris rapi di halaman Balai Kota Jakarta. Inilah saat pelepasan kelompok pertama para siswa peserta program "isi liburan" itu. Hadir Kepala Kanwil Departemen P dan K Sugijo dan para kepala sekolah. Siswa yang dilibatkan semuanya 10.248 orang dari 541 SMTA umum dan kejuruan. Tak peduli negeri atau swasta. Sebagian besar berasal dari SMTA umum yang baru naik ke kelas II dan III. "Tahap pertama ini baru segitu yang bisa kita rekrut. Dan kita pilih yang memang tidak punya program liburan sendiri," ujar Sugijo. Mereka dibagi dalam beberapa kelompok. Masing-masing memperoleh jatah 10 hari. Pada prinsipnya, setiap siswa bisa memilih. Misalnya, siswa STM bisa ikut latihan kerja di Dinas Pekerjaan Umum (DPU) DKI. Kalau suka ikan dan hewan piaraan, mereka boleh mengikuti training di Dinas Perikanan dan Peternakan. Kendati kegiatan ini tak ada kaitannya dengan tugas sekolah, toh ada nilai plusnya. Yakni membuka cakrawala siswa mengenai lapangan pekerjaan yang bisa dimasuki. "Kerja itu kan bukan cuma di kantor atau jadi pegawai negeri. Jadi pramuniaga di pasar swalayan pun, asal sungguh-sungguh, kita bisa hidup," kata Sugijo. Sebenarnya, gagasan ini bukan yang pertama. Akhir tahun lalu, Wakil Gubernur DKI Bidang Pemerintahan, Basofi Sudirman, mengajak Bambang Suharto, Direktur Hero Supermarket, memikirkan program mengisi liburan bagi para siswa SMTA. Hasilnya, sekitar 150 siswa diizinkan melakukan praktek kerja di Hero Supermarket dan Golden Truly. Tahun ini, agaknya persiapan lebih matang. Peserta dan tempat praktek jauh lebih banyak. Hero, misalnya, tiap angkatan bisa menampung 360 siswa. Pasar swalayan Golden Truly sanggup menerima 90 orang, dan Sogo cuma 16 orang. Perusahaan lain rata-rata bisa menyerap 10 orang. Honor selama "isi liburan" rata-rata Rp 3.000 per hari. "Supaya tidak memberatkan orangtuanya," kata Sugijo. Sementara itu, tempat para siswa itu berpraktek kebanyakan tak punya masalah. "Soalnya, di masa liburan seperti ini, banyak juga pegawai yang cuti karena anaknya libur sekolah," tutur Bambang Suharto. Bagi para siswa, bekerja mengisi liburan semacam itu ada untungnya. Uang bukan satu-satunya yang diharapkan. Mereka bisa mendapatkan pengalaman. "Di sini saya bisa mempraktekkan pengetahuan saya di bidang perdagangan," kata Endang Suseini, siswi kelas II Jurusan Tata Niaga SMEA 16 Jakarta, yang magang di Hero Supermarket. Sementara itu, Lisdawati juga siswa SMEA 16 -- yang bercita-cita jadi pengusaha, tak segan-segan berdekatan dengan ikan basah. Seperti Endang, Lisda pun belum berpikir tentang uang. "Tujuan saya cari pengalaman. Dari sini, mungkin saya bisa belajar berdikari." Pokoknya, tidak menganggur. Priyono B. Sumbogo dan Linda Djalil (Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini