Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Husein Mutahar: Habib Perumus Paskibraka, Pencipta Lagu Himne Syukur dan Hari Merdeka

Kiprah Habib Muhammad Bin Husein Al-Mutahar atau Husein Mutahar sebagai pengagas paskibraka dan pencipta lagu himne Syukur dan Hari Merdeka.

23 Agustus 2022 | 08.07 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Husein Mutahar yang bernama asli Habib Muhammad bin Husein al-Mutahar merupakan seorang pejuang kemerdekaan. Prajurit angkatan laut ini dikenal pula sebagai bapak pendiri Paskibraka (Pasukan Pengibar Bendera Pusaka). Selain itu, ia pun merupakan komponis lagu-lagu nasional.

Sosok yang akrab dikenal sebagai Kak Mut ini lahir di Semarang pada 5 Agustus 1916. Ayahnya bernama Sayyid Salim bin Ahmad bin Salim al-Mutahar. Meski tidak pernah menikah semasa hidup, ia punya delapan anak angkat (enam laki-laki dan dua perempuan).

Tokoh keturunan Arab ini mengenyam pendidikan dasar di Europeesche Lagere School sembari mempelajari Al-Quran kepada Encik Nur. Ia melanjutkan sekolahnya ke Meer Uitgebreid Lager Ondereijws (MULO). Selain itu, ia melanjutkan pendidikan agamanya dengan berguru kepada Kyai Saleh. Pada tingkat atas, ia mengambil fokus bahasa Melayu, jurusan Sastra Timur, Algemene Middelbare School, Yogyakarta. Selanjutnya, ia  kuliah di Fakultas Hukum, Universitas Gadjah Mada meskipun tidak menamatkannya.

Ia memilih untuk drop out dari bangku kuliah sebab ikut dalam gerakan revolusi nasional. Ia merupakan Mayor TNI AL dan menjasi ajudan Presiden Soekarno. Selain itu, sosok yang juga merupakan bapak Pramuka Indonesia ini pernah menjabat sebagai Direktur Jenderal Urusan Pemuda dan Pramuka, Departemen P&K. Selepas itu, ia ditunjuk sebagai duta besar negara untuk tahta suci Vatikan. Ia mengakhiri karirnya sebagai PNS.

Sosok peraih penghargaan Bintang Gerilya dan Bintang Mahaputra Pratama ini meninggal pada 9 Juni 2004. Ia dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Jeruk Purut. Sesuai dengan wasiatnya, prosesi pemakamannya berlangsung sederhana dan tanpa upacara kenegaraan.

Penggagas Paskibraka

Mayor Mutahar adalah bagian dari 6 orang pengibar bendera pada tanggal 17 Agustus 1946. Tepat ketika Revolusi Nasional Indonesia sedang berkecamuk, mereka melakukan upacara pengibaran bendera nasional pertama di Yogyakarta dalam rangka memperingati 1 tahun kemerdekaan, yang dipimpin oleh Presiden Sukarno di Istana Gedung Agung. Bersama lima pemuda, dua putri dan tiga putra, ia mengibarkan Bendera Pusaka.

Syaiful Azam, dalam artikel Mutahar Bapak Paskibraka, menuliskan bahwa lima pemuda itu merupakan perwujudan simbol pancasila. Lima pemuda itu pun berasal dari berbagai daerah. Salah satunya ialah Titik Dewi Atmono, pelajar asal Sumatera Barat.

Pada tahun 1967, Husein Mutahar mengajukan ide untuk membentuk pasukan pengerek bendera pusaka pada Presiden Soeharto. Begitu usulannya diterima, ia pun membentuk formasi peleton pengibaran yang terdiri dari 17 pengiring, 8 pembawa bendera, serta 45 pengawal. Formasi ini melambangkan tanggal proklamasi kemerdekaan Indonesia (17-8-45).

Kecintaanya terhadap sang saka pun diakui oleh Peesiden Soekarno. Sewaktu ibu kota jatuh ke tangan Belanda, Soekarno memasrahkan Bendera Pusaka kepada Husein Mutahar. Di tangannya, bendera itu dijaga dari penjajah dengan cara memisahkan dua kain merah dan putih. Sesaat sebelum pengembalian kepada Soekarno, ia pun menjahit ulang bendera itu dengan mengikuti pola jahitan yang dilakukan oleh Fatmawati, istri Soekarno. 

Pencipta Lagu Hari Merdeka dan Himne Syukur

Bondan Winarno, dalam artikel Pemakaman Sederhana Untuk Seorang Luar Biasa, menyatakan bahwa Husein Mutahar merupakan seorang spesialis himne. Karya puncak Husein Muntahar, menurutnya, adalah lagu Himne Syukur yang diputar saban malam untuk menutup siaran TVRI. Lagu-lagu himne ciptaannya pun hampir mencapai seratus buah dengan salah satu karya terakhirnya yaitu Dirgahayu Indonesia (Lagu Resmi Lima Puluh Tahun Kemerdekaan).

Uniknya, lagu Himne Syukur, menurut pengakuannya, diciptakan di toilet hotel Garuda Yogyakarta. Hoegeng, kawan sekamarnya, yang sama-sama sedang mengawal Presiden Soekarno, pun berjasa memberikan kertas dan pulpen bagi Husein Mutahar yang kebelet menuangkan gagasannya. Lagu ini pun masyhur diperdengarkan di berbagai kegiatan kenegaraan.

PRAMODANA

Baca: Husein Mutahar Penyelamat Sang Saka Merah Putih Saat Agresi Militer Belanda

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus