Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Komite Nobel memberikan anugerah Nobel Sastra 2024 kepada penulis asal Korea Selatan, Han Kang, pada Kamis, 10 Oktober 2024. Penghargaan ini membuat Han menjadi perempuan Asia pertama yang memenangkan hadiah Nobel Sastra. Selain Han, berikut ini para pemenang Nobel Sastra dalam 10 tahun terakhir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
2015
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penghargaan Nobel Sastra 2015 dianugerahkan kepada Svetlana Alexievich. Menurut Komite Nobel, ia layak diberikan Nobel atas tulisan-tulisan polifoniknya, sebuah monumen penderitaan dan keberanian di masa kini. Dalam buku-bukunya, ia menggunakan wawancara untuk menciptakan kolase dari berbagai suara.
Dengan novel-novel dokumenternya, Alexievich, yang merupakan seorang jurnalis, bergerak di batas antara pelaporan dan fiksi. Karya-karya utamanya adalah siklus besar Voices of Utopia, yang terdiri dari lima bagian. Buku-buku Alexievich mengkritik rezim politik di Uni Soviet dan Belarusia.
2016
Selanjutnya, penghargaan Nobel Sastra 2016 dianugerahkan kepada Robert Zimmerman atau yang dikenal sebagai Bob Dylan karena menurut Komite Nobel telah menciptakan ekspresi puitis baru dalam tradisi lagu Amerika yang luar biasa. Dylan sendiri adalah seorang musisi, sejak debutnya pada 1962, ia telah berulang kali menciptakan kembali lagu dan musiknya. Dia juga menulis prosa, termasuk memoarnya Chronicles.
2017
Pada 2017, giliran novelis Inggris keturunan Jepang, Kazuo Ishiguro, yang berhasil meraih Nobel Kesusatraan lewat karya-karyanya yang mampu mentransformasi memori dan delusi jadi dunia nyata. Salah satunya novel Remains of the Day yang sudah difilmkan.
2018
Olga Tokarczuk menerima hadiah Nobel Sastra pada 2018 untuk imajinasi naratif yang dengan semangat ensiklopedis mewakili penyeberangan batas-batas sebagai bentuk kehidupan. Olga Tokarczuk membangun novel-novelnya dalam ketegangan antara budaya yang berlawanan antara alam versus budaya, akal budi versus kegilaan, pria versus wanita, rumah versus keterasingan.
Salah satu karya besarnya sejauh ini adalah novel sejarah Ksiegi Jakubowe (2014) (The Books of Jacob), yang menggambarkan mistikus dan pemimpin sekte abad ke-18, Jacob Frank.
2019
Penghargaan Nobel Sastra 2019 dianugerahkan kepada Peter Handke untuk sebuah karya berpengaruh yang dengan kecerdikan linguistiknya telah menjelajahi pinggiran dan kekhususan pengalaman manusia.
Peter Handke adalah salah satu penulis paling berpengaruh di Eropa setelah Perang Dunia Kedua. Karya-karyanya dipenuhi dengan keinginan yang kuat untuk menghidupkan penemuannya dengan menemukan ekspresi sastra yang baru. Salah satu bukunya adalah A Sorrow Beyond Dreams, yang ditulis setelah ibunya bunuh diri.
2020
Hadiah Nobel Kesusastraan 2020 dianugerahkan kepada penyair Amerika Serikat, Loiuse Glück. Komite Nobel menyebutkan, dengan suara puitisnya yang jernih dan indah membuat eksistensi individual menjadi universal.
Louise sendiri adalah profesor sastra Inggris di Yale University. Karya perdananya Firstborn yang dirilis 1968 meroketkan namanya sebagai salah satu penyair paling kenamaan dalam tatanan kesusastraan kontemporer di Amerika Serikat.
2021
Hadiah Nobel Sastra 2021 diberikan kepada novelis asal Tanzania, Abdulrazak Gurnah. Menurut Komite Nobel, ia layak diberikan penghargaan atas penetrasinya yang tanpa kompromi dan penuh kasih terhadap efek kolonialisme dan nasib pengungsi.
Novel berjudul Paradise (1994) menjadi novel yang mengantarkan namanya dikenal secara internasional. Gurnah juga mengeksplorasi pengalaman pengungsi dalam novelnya yang berjudul Admiring Silence (1996) dan By the Sea (2001), di mana fokusnya adalah pada identitas dan citra diri.
2022
Penghargaan Nobel atau Nobel Prize pada bidang sastra 2022 jatuh kepada Annie Arnaux. Penulis asal Perancis tu telah dikenal berkat novel-novel sederhananya yang menggambarkan berbagai pengalaman pribadinya untuk beragam kelas masyarakat dan gender.
2023
Nobel Sastra 2023 dianugerahkan kepada penulis Norwegia Jon Fosse atas drama dan prosa-prosanya yang menyuarakan sesuatu yang tidak dapat diungkapkan, kata Akademi Swedia di Stockholm, yang menganugerahkan penghargaan itu. Fosse terkenal dengan gaya khasnya yang dikenal sebagai Fosse minimalisme.
Gaya khas ini secara jelas ditampilkan dalam novel keduanya Stengd Gitar (1985), di mana Fosse menyajikan variasi mengerikan pada salah satu tema utama Fosse tentang ketidakberesan.
2024
Tahun ini penghargaan Nobel Sastra dianugerahkan kepada Han Kang, penulis asal Korea Selatan. Dalam perjalanan karier menulisnya, Han Kang dikenal dengan fiksi eksperimental dan karya-karyanya yang membahas kapasitas manusia untuk melakukan kekerasan.
Adapun peristiwa politik di Gwangju pada masa kecil Han Kang dan permulaannya sebagai penyair menginspirasi penulisan fiksinya. Prosa Han sering digambarkan sebagai karya eksperimental dan penuh dengan metafora. Han dalam karyanya banyak mengangkat tema-tema seperti kekerasan, kesedihan, dan patriarki.
DANAR TRIVASYA FIKRI | NOBEL
Pilihan Editor: Raih Nobel Sastra 2024, Ini Sederet Karya Sastra Han Kang