Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Ini Sejarah Asal-usul Pembentukan Satpam

Satpam dibentuk sebagai pembantu polisi untuk melakukan tugas-tugas keamanan di wilayah yang kecil, seperti perkampungan, perkantoran, dan pertokoan.

3 Februari 2022 | 18.18 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Personel Satuan Pengamanan (Satpam) dengan seragam barunya berbaris pada Upacara Hari Ulang Tahun ke-41 Satpam di Lapangan Bhayangkara, Mabes Polri, Jakarta, Rabu 2 Februari 2022. Polri menggelar perayaan HUT ke-41 Satpam dengan tema 'Bersama Polri, Satpam Siap Menjaga Kamtibmas dan Penanggulangan COVID-19', sekaligus memperkenalkan seragam Satpam yang baru. ANTARA FOTO/Galih Pradipta

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Satuan pengamanan (satpam) ramai diperbincangkan akhir-akhir ini karena warna seragamnya kembali mengalami perubahan. Selama 40 tahun, satpam dikenal sebagai satuan petugas pengaman yang berseragam putih biru. Namun, pada awal 2021, seragam satpam mengalami perubahan menjadi coklat seperti seragam polisi. Pilihan warna yang termaktub dalam Pasal 45 Peraturan Kapolri Nomor 4 Tahun 2020 tersebut menuai kontroversi karena dinilai terlalu mirip dengan polisi. Kini, seragam satpam kembali berubah menjadi coklat muda.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kemiripan seragam satpam dengan polisi sebenarnya bisa dilacak kembali ke asal-muasal pembentukannya. Dalam buku "Menguak Misteri Sejarah" karya Asvi Warman Adam, pada 30 Desember 1980, satpam dibentuk sebagai pembantu polisi untuk melakukan tugas-tugas keamanan di wilayah yang kecil, seperti perkampungan, perkantoran, dan pertokoan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jenderal Awaloedin Djamin, mantan Kapolri yang dikenal sebagai Bapak satpam Indonesia, membentuk satpam atas dasar fakta bahwa jumlah personel kepolisian pada waktu itu terlalu sedikit untuk melakukan pengamanan di wilayah-wilayah yang kini menjadi wilayah kerja satpam. Adapun kesadaran untuk membentuk satuan khusus guna mengamankan wilayah kampung, kantor, dan perkantoran berangkat dari maraknya kejahatan di wilayah tersebut.

Dalam buku "Politik Jatah Preman", Ian Wilson menyebutkan bahwa Awaloedin membentuk satpam untuk mengatasi kejahatan-kejahatan terorganisir, seperti preman, yang menjamur di wilayah-wilayah tersebut. Dengan membentuk satpam, polisi dapat mengamankan wilayah-wilayah tersebut tanpa harus turun dan mengerahkan personel secara langsung.

Keterkaitan antara satpam dan polisi tidak hanya perihal tugas dan seragam, tetapi juga cara dan teknik pengamanan. Dalam otobiografinya, "Awaloedin Djamin: Pengalaman Seorang Perwira Polri", Awaloedin mengungkapkan bahwa satpam harus menerima pendidikan dan materi pengamanan yang sama dengan polisi. Secara administratif, satpam juga harus didata dan terdaftar sebagai anggota kepolisian.

Sejak terbentuk, jumlah satpam terus mengalami peningkatan di berbagai tempat. Daniel Dhakidae dalam "Cendekiawan dan Kekuasaan dalam Negara Orde Baru" mengungkapkan bahwa pertumbuhan jumlah satpam tersebut sejalan dengan pesatnya perkembangan kapitalisme dan industrialisasi pada era Orde Baru. Kapitalisme dan industrialisasi pada era Orde Baru membuat kawasan industri semakin menjamur sehingga permintaan satpam pun meningkat.

BANGKIT ADHI WIGUNA

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus