TAK banyak yang tahu ketika orang No. 1 dalam Partai Demokrasi
Indonesia (PDI) pada Kamis 26 Oktober mengumumkan pengunduran
dirinya. Tidak pula para sahabat dekatnya. "Yang tahu cuma saya
dan tukang tik," kata Sanusi Hardjadinata kepada TEMPO pekan
lalu. "Usep yang disebut-sebut paling dekat dengan saya juga tak
saya beritahu," tambah bekas Ketua Umum PDI itu.
Sebelum kejadian yang penting itu, hari Selasa sore, tokoh
partai yang biasa dipanggil Mang Uci itu menerangkan telah
memanggil dan menyumpah tukang tiknya, agar dia menutup mulutnya
barang dua hari. Malam itu juga datang beberapa tokoh PDI
seperti Usep Ranuwidjaya, Aberson, Mustafa Supangat, Rusli
Dahlan. "Tapi saya tetap tutup mulut, karena takut kalau bocor
sebelum tiba waktunya," kata Sanusi. Niatnya berhasil.
Putusan itu membuat banyak orang terkejut. Pangkopkamtib
Laksamana Soedomo yang sejak setahun ini aktif membantu
bersatunya PDI juga tidak tahu. "Saya bilang, tugas saya sudah
selesai," kata Sanusi pada Pangkopkamtib Soedomo, dua jam
sebelum pengumuman. "Sebenarnya, kalau Pak Domo menangkap, ia
sudah tahu bahwa saya akan mundur," kata Sanusi sambil
mengepulkan asap pipanya.
Soedomo sendiri merasa tidak akan direpotkan oleh tindakan
Sanusi itu. "Soalnya, tugas saya juga sudah selesai. Saya sudah
berhasil mempersatukan pengurus PDI sehingga siap ke kongres,"
kata Soedomo di Bandung tanggal 17 Oktober pagi. Dan mundurnya
Sanusi, tidak mengganggu jadwal kongres yang sudah disiapkan
panitia ad hoc (14- 17 Desember).
Pernyataan senada diucapkan pula oleh Mh. Isnaeni, Ketua DPP
yang pernah dibebas-tugaskan oleh Sanusi. "Dengan atau tanpa
dia, kongres harus terlaksana, katanya pada TEMPO selesai
menemui Soedomo Sabtu lalu, bersama tiga anggota panitia ad hoc.
Mereka menanyakan apa saja yang telah dibicarakan Sanusi dan
Pangkopkamtib. "Disayangkan, ia mundur pada saat kita sedang
giat mempersiapkan kongres," kata Isnaeni di kantornya, DPR. Ia
juga menegaskan, kursi Sanusi tidak perlu diisi sampai kongres
nanti.
Kerikil
Rencana untuk mengundurkan diri sudah lama disiapkan. "Sejak
terjadi kemelut, dan terutama sejak adanya campur tangan pihak
luar," kata Sanusi. Namun masuknya Soedomo, dinilai Sanusi,
"telah memberi sumbangan banyak bagi rujuknya pimpinan PDI."
Di lain pihak, ia mengaku telah berhasil merujukkan PDI. "Selama
lebih dari enam tahun, berulangkali terputus tali
silaturakhminya, kini rekan-rekan telah berlapang dada bertemu
di meja perundingan dalam suasana persatuan dan kesatuan," kata
Sanusi. Ia telah lama berusaha merujukkan pimpinan PDI seperti
Hardjantho dan Abdulmadjid atau lainnya yang menjadi pangkal
kemelut. "Kalau mereka mau datang dan masalahnya selesai,
mungkin saya sudah dulu-dulu mundur," katanya.
Prestasi Sanusi itu belum memuaskan anggota lainnya. "Tugas
pokoknya, konsolidasi partai, sama sekali belum berhasil," ucap
Isnaeni. "Persatuan dan kesatuan itu cuma sarana," tambahnya.
Sanusi sendiri melihat "jalan buntu" untuk konsolidasi. Selama
solidaritas unsur dihidupkan, fusi, menurut Sanusi, tidak akan
tuntas.
Ia tidak berniat mengganggu jalan pikiran yang berkembang nanti.
"Paling tidak, saya telah membantu mengurangi kerikil dalam
kongres," katanya. Ia kecewa, DPP tidak berhasil
menyelenggarakan kongres PDI yang benar-benar sudah berfusi.
"Karena itu, saya angkat tangan," kata Sanusi. Sumber kemacetan
fusi, menurut dia, adalah kebijaksanaan politik yang salah."Fusi
diinstruksikan dari atas," katanya.
Secara pribadi, Sanusi merasa mempunyai alasan untuk mundur.
"Kalau kesehatan saya, sekarang sangat baik. Setelah general
check up di Australia, saya dinyatakan benar-benar sehat,"
katanya. Seminggu sekali ia kembali ke Bandung dengan
mengendarai mobil.
Tanggapan datang dari berbagai pihak. "Terlepas dari apa
motifnya, saya menghargai sikap itu," kata Marsoesi, Ketua DPD
PDI Jawa Timur. Ia tidak kaget mendengar keputusan itu. "Sayalah
orang pertama yang tidak setuju dengan Sanusi karena ia tokoh
yang tidak pernah jadi pimpinan partai," katanya. Itu dibiarkan
lalu oleh Sanusi. "Saya berikan kesempatan pada teman-teman
pimpinan PNI yang katanya pernah menjadi pemimpin nasional,"
kata bekas Menteri Negara Inbang, Pendidikan, dan Dubes itu.
Mundurnya Sanusi, menurut beberapa pihak partai, memang tidak
akan mengganggu perkembangan PDI. "PDI telah biasa tanpa
pimpinan," kata Suryadi, anggota PDI di DPR. Maksudnya, dalam
kenyataan para pimpinan itu tidak berfungsi. "Ada atau tidak ada
pimpinan, PDI jalan terus," katanya. V.B. da Costa, juga anggota
PDI, merasa rugi ditinggal Sanusi. "Ia punya andil besar
mendamaikan kemelut selama ini. Kita harus cari orang yang
minimal seperti dia," ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini