Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Jalan buntu untuk pemersatu

Ketua umum pdi, sanusi hardjadinata mengundurkan diri dari jabatannya. padahal tokoh pdi itu dinyatakan sehat oleh dokter australia. ada yang beranggapan kepergiannya tak akan berpengaruh.

25 Oktober 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAK banyak yang tahu ketika orang No. 1 dalam Partai Demokrasi Indonesia (PDI) pada Kamis 26 Oktober mengumumkan pengunduran dirinya. Tidak pula para sahabat dekatnya. "Yang tahu cuma saya dan tukang tik," kata Sanusi Hardjadinata kepada TEMPO pekan lalu. "Usep yang disebut-sebut paling dekat dengan saya juga tak saya beritahu," tambah bekas Ketua Umum PDI itu. Sebelum kejadian yang penting itu, hari Selasa sore, tokoh partai yang biasa dipanggil Mang Uci itu menerangkan telah memanggil dan menyumpah tukang tiknya, agar dia menutup mulutnya barang dua hari. Malam itu juga datang beberapa tokoh PDI seperti Usep Ranuwidjaya, Aberson, Mustafa Supangat, Rusli Dahlan. "Tapi saya tetap tutup mulut, karena takut kalau bocor sebelum tiba waktunya," kata Sanusi. Niatnya berhasil. Putusan itu membuat banyak orang terkejut. Pangkopkamtib Laksamana Soedomo yang sejak setahun ini aktif membantu bersatunya PDI juga tidak tahu. "Saya bilang, tugas saya sudah selesai," kata Sanusi pada Pangkopkamtib Soedomo, dua jam sebelum pengumuman. "Sebenarnya, kalau Pak Domo menangkap, ia sudah tahu bahwa saya akan mundur," kata Sanusi sambil mengepulkan asap pipanya. Soedomo sendiri merasa tidak akan direpotkan oleh tindakan Sanusi itu. "Soalnya, tugas saya juga sudah selesai. Saya sudah berhasil mempersatukan pengurus PDI sehingga siap ke kongres," kata Soedomo di Bandung tanggal 17 Oktober pagi. Dan mundurnya Sanusi, tidak mengganggu jadwal kongres yang sudah disiapkan panitia ad hoc (14- 17 Desember). Pernyataan senada diucapkan pula oleh Mh. Isnaeni, Ketua DPP yang pernah dibebas-tugaskan oleh Sanusi. "Dengan atau tanpa dia, kongres harus terlaksana, katanya pada TEMPO selesai menemui Soedomo Sabtu lalu, bersama tiga anggota panitia ad hoc. Mereka menanyakan apa saja yang telah dibicarakan Sanusi dan Pangkopkamtib. "Disayangkan, ia mundur pada saat kita sedang giat mempersiapkan kongres," kata Isnaeni di kantornya, DPR. Ia juga menegaskan, kursi Sanusi tidak perlu diisi sampai kongres nanti. Kerikil Rencana untuk mengundurkan diri sudah lama disiapkan. "Sejak terjadi kemelut, dan terutama sejak adanya campur tangan pihak luar," kata Sanusi. Namun masuknya Soedomo, dinilai Sanusi, "telah memberi sumbangan banyak bagi rujuknya pimpinan PDI." Di lain pihak, ia mengaku telah berhasil merujukkan PDI. "Selama lebih dari enam tahun, berulangkali terputus tali silaturakhminya, kini rekan-rekan telah berlapang dada bertemu di meja perundingan dalam suasana persatuan dan kesatuan," kata Sanusi. Ia telah lama berusaha merujukkan pimpinan PDI seperti Hardjantho dan Abdulmadjid atau lainnya yang menjadi pangkal kemelut. "Kalau mereka mau datang dan masalahnya selesai, mungkin saya sudah dulu-dulu mundur," katanya. Prestasi Sanusi itu belum memuaskan anggota lainnya. "Tugas pokoknya, konsolidasi partai, sama sekali belum berhasil," ucap Isnaeni. "Persatuan dan kesatuan itu cuma sarana," tambahnya. Sanusi sendiri melihat "jalan buntu" untuk konsolidasi. Selama solidaritas unsur dihidupkan, fusi, menurut Sanusi, tidak akan tuntas. Ia tidak berniat mengganggu jalan pikiran yang berkembang nanti. "Paling tidak, saya telah membantu mengurangi kerikil dalam kongres," katanya. Ia kecewa, DPP tidak berhasil menyelenggarakan kongres PDI yang benar-benar sudah berfusi. "Karena itu, saya angkat tangan," kata Sanusi. Sumber kemacetan fusi, menurut dia, adalah kebijaksanaan politik yang salah."Fusi diinstruksikan dari atas," katanya. Secara pribadi, Sanusi merasa mempunyai alasan untuk mundur. "Kalau kesehatan saya, sekarang sangat baik. Setelah general check up di Australia, saya dinyatakan benar-benar sehat," katanya. Seminggu sekali ia kembali ke Bandung dengan mengendarai mobil. Tanggapan datang dari berbagai pihak. "Terlepas dari apa motifnya, saya menghargai sikap itu," kata Marsoesi, Ketua DPD PDI Jawa Timur. Ia tidak kaget mendengar keputusan itu. "Sayalah orang pertama yang tidak setuju dengan Sanusi karena ia tokoh yang tidak pernah jadi pimpinan partai," katanya. Itu dibiarkan lalu oleh Sanusi. "Saya berikan kesempatan pada teman-teman pimpinan PNI yang katanya pernah menjadi pemimpin nasional," kata bekas Menteri Negara Inbang, Pendidikan, dan Dubes itu. Mundurnya Sanusi, menurut beberapa pihak partai, memang tidak akan mengganggu perkembangan PDI. "PDI telah biasa tanpa pimpinan," kata Suryadi, anggota PDI di DPR. Maksudnya, dalam kenyataan para pimpinan itu tidak berfungsi. "Ada atau tidak ada pimpinan, PDI jalan terus," katanya. V.B. da Costa, juga anggota PDI, merasa rugi ditinggal Sanusi. "Ia punya andil besar mendamaikan kemelut selama ini. Kita harus cari orang yang minimal seperti dia," ujarnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus