Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bogor--Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan sistem pendidikan di Indonesia terlalu monoton karena anak-anak lebih banyak berada di dalam kelas. Seharusnya, kata dia, para siswa diajak lebih banyak ke luar kelas, seperti bank, pabrik, bahkan ke hutan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Tadi saya hanya memberikan contoh ke perbankan, ke pabrik, hanya saya belum menyebutkan dimasukan saja anak-anak ke hutan juga tidak apa-apa juga. Masukkan saja anak-anak kita ke sawah juga tidak apa-apa, ya, yang penting di luar ruangan," kata Jokowi dalam dialog memperingati Sumpah Pemuda di Istana Bogor, Sabtu, 28 Oktober 2017.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jokowi mengatakan ini merespon pertanyaan Sandra, seorang petani perempuan yang menggarap kebun belajar di Tangerang Selatan. Dia mengatakan kesedihannya bahwa banyak anak-anak muda yang tidak ingin menjadi petani maupun nelayan, padahal Indonesia adalah negara agraris dan maritim.
Dari pengalamannya mengelola kebun belajar, kata Sandra, dia mengetahui anak-anak banyak yang tidak pernah menginjak tanah dan rumput. Mereka merasa gembira karena bisa merasakan menginjak sawah pertama kalinya. Ini terjadi karena banyak anak-anak di rumah dilarang bermain di tanah oleh orang tua mereka.
Saat menjawab pertanyaan sebelumnya, Jokowi memang mengungkapkan pendidikan di Indonesia terlalu terjebak pada rutinitas. Ini terlihat dimana anak lebih banyak belajar di dalam ruangan. "Saya paling senang kalau anak-anak kita tidak belajar di ruangan saja. Anak-anak SD kenapa tidak dibawa ke kantor bank untuk belajar sistem keuangan, ke pabrik untuk tahu pabtrik itu apa," kata Jokowi.
Menurut dia, anak-anak sudah terlalu lama belajar di dalam ruangan. Padahal, Jokowi mengungkapkan, dia lebih senang persentase belajar di dalam ruangan dan luar ruangan adalah 40:60. Artinya, 40 persen belajar di dalam ruangan, 60 persen di luar ruangan.
Di luar ruangan, anak-anak bisa dihadapkan langsung dengan masalah dan persoalan. Dari situ, mereka bisa belajar menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. "Kalau kita berani berubah, tantangan seperti ini akan bisa kita hadapi," kata Jokowi.