SEMUANYA berjalan seperti rencana. Tak ada aral yang melintang. Senin pagi pekan ini, Menteri Dalam Negeri Rudini melantik Profesor Ida Bagus Oka menjadi Gubernur Bali. Memang penjagaan cukup ketat. Di depan Gedung DPRD, di kawasan Renon, Denpasar, tempat acara berlangsung, terlihat nongkrong beberapa mobil pemadam kebakaran. Mobil itu tentu tidak disiapkan untuk menghadapi kemungkinan kebakaran, sebab Gedung DPRD itu masih baru dan diresmikan sesaat sebelum pelantikan gubernur. Ada hadirin yang menyebut bahwa mobil itu untuk berjaga-jaga menghadapi kemungkinan terjadinya demonstrasi ini tentu disebabkan banyaknya reaksi tak setuju atas pengangkatan Oka, sebelumnya. Ada yang menuduh Oka terlibat korupsi, penjudi, bahkan anak pengkhianat (TEMPO, 18 Juni 1988). "Saya tak perlu menjawab atau membalas. 'Kan sudah ada Menpan BAKN, dan sebagainya, yang lebih akurat untuk menilai saya, kok. Dan hasilnya?" ujar Oka dua hari sebelum dilantik. Ada yang lebih penting. Profesor Ida Bagus Mantra, gubernur yang digantikan Oka, menyebutkan bahwa selama empat tahun Pelita IV ini perekonomian Bali tumbuh 8,2% per tahun. Sementara itu, pertambahan penduduk cuma 1,4% per tahun, jauh di bawah pertambahan penduduk secara nasional yang 2,1%. Sektor-sektor yang membuat angka itu mencuat ialah yang berkaitan dengan turis, seperti sektor perdagangan, hotel, restoran, pengangkutan, komunikasi, dan jasa-jasa, yang bertumbuh 10% per tahun. Maka, Mantra, yang sudah dua periode menjabat gubernur Bali, dalam pertemuan dengan pers menjelang akhir masa tugasnya Kamis pekan lalu, menyebutkan bila Bali diumpamakan sebuah mobil, maka dalam dua tahun mendatang sudah harus siap pindah ke persneling tiga. Artinya, lari mobil ini akan bertambah kencang. Nah, bagaimana Oka menyetir Bali? Pariwisata membuat pulau berpenduduk 2,6 juta itu melejit dalam pertumbuhan ekonomi daerah. Tapi masih tetap jadi pertanyaan, sejauh mana rakyat Pulau Dewata yang sebagian besar tinggal di desa bisa menikmati kunjungan wisatawan? Hotel-hotel, misalnya, memang berkembang pesat di Sanur, Kuta, Nusa Dua, atau kawasan lainnya di seputar Denpasar. Tapi daging, telur, sayuran, atau buah-buahan yang dikonsumsi hotel-hotel itu didatangkan dari luar Bali. Mestinya bila pertanian berkembang, manfaat itu akan diperoleh oleh para petani Bali di desa-desa yang miskin. Data yang ada menunjukkan bahwa sektor pertanian di sana tumbuh cuma 3% setahun, sehingga bisa disebut sebagai sektor yang paling tercecer. Pulau ini memang sudah swasembada beras, dengan produksi 520.000 ton/tahun. Tapi sayur-sayuran, sekalipun sudah mulai diproduksi sendiri di Bedugul, ternyata menurut Ir. I Gusti Bagus Tenaya, kepala subdit Tanaman Pangan di Kan wil Pertanian Bali, "Mutunya belum layak dipakai di hotel-hotel." Begitu pula daging produksi peternak. Karena pemberian makanannya tak betul dan teknik pemotongan belum memenuhi standar, hotel-hotel di Bali masih mengimpor daging. Selain itu, pariwisata hanya tumbuh pesat di bagian selatan, sementara belahan utara pulau itu tetap merana. Ida Bagus Mantra mengakui bahwa sampai masa tugasnya berakhir soal tertinggalnya kawasan utara memang belum bisa dipecahkan. "Tapi jangan katakan terjadi kesenjangan, uong baru dikembangkan," katanya, seusai serah terima jabatan. Maka, Oka berencana menyiapkan kawasan utara itu untuk menerima turis. "Saya mau ke desa-desa, juga Bali bagian utara, untuk menginventarisasikan masalah pariwisata dari masyarakat langsung," kata Oka. Beberapa hari sebelum dilantik, diam-diam Oka mengelilingi pulaunya memasuki semua daerah kabupaten. Ia melihat beberapa daerah mengalami kemajuan, tapi Singaraja di Kabupaten Buleleng, belahan utara Bali, seakan mandek. "Toko-toko yang saya lihat masih tetap sepertl dulu, ketika saya masih SMA," katanya. Sebelum menjadi gubernur Bali, Oka bertugas di Bangkok selama 20 bulan, sebagai direktur SEAMEO (South East Asian Ministers of Education Organisation), lembaga ASEAN untuk mengembangkan pendidikan, ilmu, dan kebudayaan. Ia melihat bagaimana Muangthai bisa meyedot sampai 3,5 juta turis tiap tahun. Sepanjang tahun lalu, misalnya, Negeri Gajah itu menjadi tuan rumah 567 kali konperensi tingkat internasional. Konperensi itu diadakan di daerah wisata seperti Chiang Mai, Pattaya, dan Bangkok, diikuti 200 sampai 3.000 peserta untuk tiap konperensi, Muangthai berhasil mempromosikan turismenya dengan galak, selain daerah-daerah kunjungan wisata memang dipersiapkan dengan baik. "Padahal, Bali lebih bagus dari daerah-daerah turis di Muangthai," ujarnya. Sekarang ahli farmakologi yang pernah menjadi rektor Universitas Udayana Denpasar itu belum bisa bicara banyak. Tapi semua pengalamannya di Bangkok akan disiapkannya dalam bentuk konsep yang sudah selesai dalam tempo tiga bulan ini. Selain Oka, Soelarso, bekas Dirjen Imigrasi, Jumat pagi pekan lalu dilantik menjadi gubernur Jawa Timur. Tapi selama kepemimpman gubernur sebelumnya, Wahono, kata Menteri Dalam Negeri Rudini, "Pembangunan berhasil menyentuh semua aspek kehidupan masyarakat, sampai ke pelosok desa yang paling terpencil sekalipun." Wahono diganti -- baru jadi gubernur untuk satu kali masa jabatan -- menurut Rudini karena penggantian pejabat merupakan peristiwa rutin. Konon, Wahono akan segera pindah ke Jakarta, menjabat salah satu Inspektur Jenderal Pembangunan. Namun, gubernur baru Soelarso punya rencana untuk menyoroti sektor pariwisata daerah itu, yang masih ketinggalan. Yang ia maksudkan, kawasan wisata di Malang, Blitar, atau Pasuruan. "Bukankah daerah itu punya potensi untuk turis asing maupun domestik?" katanya. Di Jawa Tengah, Ismail tentulah cuma meneruskan apa yang telah dia lakukan selama ini. Ia sudah menjabat gubernur di daerah itu selama lima tahun ini, dan Rabu pekan lalu ia kembali dilantik untuk masa jabatan kedua. Ia dikenal berhasil mengangkat potensi budaya daerahnya, seperti wayang dan pencak silat, serta mengampanyekan identitas Jawa Tengah dengan arsitektur khas daerah: rumah joglo dan gebyok Kudus. Amran Nasution, Wahyu Muryadi, Bandelan Amarudin
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini