Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bapak Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara wafat 74 tahun silam, tepatnya 26 April 1959. Sebagai pahlawan nasional, sosoknya tidak hanya dikenal sebagai salah satu penggerak utama kebangkitan nasional. Tokoh bernama kecil Soewardi Soerjaningrat ini masyhur pula disebut sebagai orang yang meletakkan pondasi pendidikan nasional.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Biarpun dikenal sebagai peletak dasar sistem pendidikan nasional, nyatanya tak seluruh ajaran Ki Hajar Dewantara diterapkan secara konsekuen dalam sistem pendidikan Indonesia. Orientasi pendidikan ala Ki Hajar Dewantara untuk mencetak manusia yang humanis dan memiliki visi kerakyatan serta kebangsaan perlahan digantikan pendidikan bercorak individualistis dan materialistis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dikutip dari buku Ki Hajar Dewantara: Pemikiran dan Perjuangannya, gagasan awal Ki Hajar Dewantara mendirikan sekolah berasal dari diskusi Ki Hajar Dewantara dan rekan-rekannya setiap Selasa Kliwon. Peserta diskusi sangat prihatin terhadap keadaan pendidikan kolonial yang dianggap materialistis, individualistis, dan intelektualistis. Mereka menilai diperlukan sistem pendidikan tandingan, yaitu sistem pendidikan yang humanis dan populis.
Ki Hajar Dewantara pun berusaha merealisasikan cita-cita tersebut. Dia berupaya mengubah sistem pendidikan yang bercorak “perintah dan hukuman” dengan pendidikan pamong. Pendidikan kolonial didasarkan pada diskriminasi rasial yang mengeksklusi anak-anak bumiputra yang dianggap inferior. Biarpun pemerintah kolonial menggunakan istilah santun “mengadabkan“, dalam praktiknya cara-cara kolonial yang tidak manusiawi tetap berjalan.
Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan yang mengena kepada bangsa Timur adalah pendidikan yang bervisi humanis, kerakyatan, dan kebangsaan. Tiga hal tersebut melandasi upaya mendidik bangsa dan mengarahkannya kepada politik pembebasan atau kemerdekaan.
Ki Hajar Dewantara berusaha menggabungkan menggabungkan model sekolah Maria Montessori di Italia dan Rabindranath Tagore di India. Menurut Ki Hajar Dewantara, dua sistem pendidikan yang dilakukan dua tokoh pendidik ini sangat cocok untuk sistem pendidikan bumiputra.
Melalui adaptasi kedua model pendidikan tersebut, Ki Hajar Dewantara merumuskan ajaran Patrap Guru atau tingkah laku guru. Patrap Guru terdiri dari tiga ajaran, yaitu "Ing ngarsa sung tulada" atau memberi contoh di depan, "Ing madya mangun karsa" atau membangun cita-cita di tengah, dan "Tut wuri handayani" atau mengikuti dan mendukung dari belakang.
Pilihan Editor: Mengenang Ki Hajar Dewantara, Peletak Dasar Pendidikan Nasional, Pendiri Taman Siswa
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.