Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Kisah Buku Anak Lupini

B.n. nainggolan menulis plagiat atas namanya, padahal yang punya karya alm. dr g.f.j lupini. kasus serupa di unair tapi tak sama di usu, medan. hanya yang ini agak lain.

19 Juli 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

CERITANYA, di akhir Maret lalu dr. S. Harnopidjati, 60 tahun, membaca tanggapan Menteri P&K yang hendak menindak setiap kasus plagiat. Bagaikan mendapat dukungan moral, Rektor Universitas Sumatera Utara (USU) Medan 1966-1970 itu lantas mengririm surat kepada Menteri. Isinya ada kasus plagiat di USU, sepuluh tahun lalu, yang belum jelas kesudahannya. Pekan lalu, kepada Kompas, Menteri P&K menyatakan heran. Sebab kasus itu telah dianggap selesai. Selesai? Bermula dari sebuah nama Dr G F.J Lupini, Dosen Mikrobiologi di Fakultas Kedokteran USU, 1955-1965, yang punya beberapa diktat untuk mata kuliahnya. Diktat itu dalam bahasa Jerman -- dia memang orang sana. Tentu saja mahasiswanya kesulitan memahami. Dan tampillah. Baginda Natigor Nainggolan, mahasiswa fakultas tersebut yang kemudian ditunjuk sebagai asisten Lupini --membantu mengindonesiakan diktat. Antaranya: diktat Bakteriologi Umum dan Sumber Bahan Makanan Kuman. 1965, kontrak Lupini habis. Tapi tetap sebagai losen luar biasa di Fakultas Pertanian USU, di samping bekerja di Rumah Sakit Kodam II Medan Tahun itu pula B N. Nainggolan lulus. Dan langsung menggantikan Lupini di Fakultas Kedokteran, sebagai Kepala Bagian Mikrobiologi. Lima tahun kemudian Harry Suwonlo SH, Rektor USU waktu itu, tertarik oleh buku Ilmu Bakteriologi Umum karangan dr. B.N. Nainggolan--yang digunakan para mahasiswa Fakultas Kedokteran USU. Soalnya, isi buku itu mirip diktat Bakteriologi Umum Lupini yang sudah disebut. Dan kelanjutannya, oleh Dekan Fakultas Kedokteran, Dr. Marwali Harahap, dibentuk satu tim peneliti --yang antara lain beranggotakan dr. Harnopidjati tadi, yang waktu itu baru saja turun dari jabatan rektor dan menjadi Kepala Bagian Ilmu Penyakit Paru-paru. Walhasil: buku 112 halaman itu dinyatakan plagiat dari diktat setebal 150 halaman. Laporan pun disampaikan kepada rektor, November 1970. Tapi tak ada kelanjutan. Diduga keras karena pengarang buku, dr. B.N. Nainggolan, ternyata punya secarik kertas dari Dr Lupini - bertangl 28 April 1971. Isinya menyetujui buku itu terbit atas nama bekas asistennya itu. Syaratnya memang ada asal "untuk keperluan mahasiswa" dan "tidak diperdagangkan." Dan memang ulah yang terjadi. Rektor USU kim, Dr. A.P. Parlindungan, menganggap buku itu sangat membantu mahasiswa, karena diktat aslinya berbahasa Jerman. Sahrim Sira. mahasiswa, Fakultas Kedokteran tingkat VI, membenarkan. "Kecuali itu juga harganya murah--cuma Rp 750," sambungnya. Mahrim heran mengapa hal itu diributkan. Apalagi menurut dia, hubungan Lupini dan Nainggolan sangat akrab. Mahrim memang tak peduli itu etika ilmiah. Dari Nainggolan bahkan ada satu diktat lagi atas namanya, berjudul Sumbel Bahan Makanan Kuan. Diktat ini tak dikuliahkan --hanya bahan bacaan mahasiswa. Menurut dr. Harnopidjati, toh diktat itu juga persis diktat susunan Lupini berjudul Dikta Penuntun Praktikum Sumber Bahan akanan Kuman. Yang menarik komentar dr. B.N. Nainggolan sendiri dengan Dr. Lupini, yang dikenal rekan-rekannya sebagai pekerja keras, pendiam, pemaaf dan berhobi berburu itu, ia "sudah dianggap anaknya sendiri". Dr Lupini sendiri sudah meninggal di Medan--1978, dalamusia 60 tahun, meninggalkan kedua anak di Jerman. Istri barunya, orang Medan keturunan Cina, tak memberi anak. Tapi mengapa Nainggolan tak menggunakan saja istilah terjemahan atau saduran? "Dia malah menyuruh saya menerbitkan diktatnya atas nama saya," jawab Nainggolan. Nainggolan, 50 tahun, di USU dikenal sebagai orang yang punya "banyak kebijaksanaan." Tahun 1970 namanya pernah dihebohkan ia pergi ke Jakarta, pulang lewat Singapura, dan berurusan dengan Bea Cukai karena sejumlah barang. Ia pun pernah dipulangkan dari Universits Mahidol, Bangkok, karena dianggap tak memenuhi syarat menerima beasiswa dari WHO (waktu itu ia memang tak sendiri, ada dua dosen lain lagi dari UI dan Unair--meskipun yang terakhir memang mengundurkan diri). Lain dari itu Nainggolan, bapak dua orang anak, rupanya suka menyusun diktat Misalnya tentang Mieologi dan soal-soal Bakteriologi. Ada jug beberapa buku terjemahannya. "Orang ribut karena kini saya punya jabatan," katanya menyimpulkan. Ia kini memang Pembantu Rektor II USU. Tapi dr. Harnopidjati tetap berkeras. "Walau tak mengejar keuntungan, d-ngan iin Dr Lupini sekalipun," katanya kepada wartawan TEMPO di Sum-Ut, Amran Nasution, "itu tidak etis."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus