Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Kisah Editha, Lulusan Unpad yang Terlibat di Ajang Bergengsi Kepresidenan Prancis Dewan Uni Eropa

Editha Nurida merupakan lulusan Universitas Padjadjaran atau Unpad yang pernah terlibat dalam acara bergengsi PFUE pada 2022.

9 Juli 2023 | 06.33 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Editha Nurida merupakan lulusan Universitas Padjadjaran atau Unpad yang pernah terlibat dalam acara bergengsi French Presidency of the Council of the European Union (PFUE) 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perhelatan tersebut merupakan ajang yang dihadiri oleh para menteri negara anggota UE untuk membahas berbagai persoalan dan solusi di berbagai sektor seperti ekonomi, pendidikan, pemuda, budaya, dan budaya. Digelar pada 2022, saat itu, untuk pertama kalinya dalam 14 tahun, Prancis mengambil alih Kepresidenan Dewan Uni Eropa. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Editha dipercaya sebagai project officer untuk proyek pemuda Eropa dalam Kepresidenan Prancis Dewan Uni Eropa (PFUE) 2022 yang berada dalam naungan Kementerian Pendidikan Nasional, Pemuda, dan Olahraga Prancis. Dia bergabung di sana selama kurang lebih satu tahun sejak Maret 2021.

"Ketika itu, saya merupakan orang Indonesia pertama dalam proyek tersebut," ujar Editha kepada Tempo

Bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Hubungan Internasional, Editha bertugas mengelola proyek atau inovasi pemuda EU tentang pembangunan berkelanjutan yang inklusif, penganggaran dan proposal aplikasi hibah Erasmus+, serta berpartisipasi dan menindaklanjuti inisiatif pemuda dalam Konferensi Pemuda Eropa atau The 9th cycle of EU Youth Dialogue yang merupakan konferensi dari trio Presidensi Prancis, Republik Ceko, dan Swedia.

Berkarier di kancah internasional bidang pendidikan memang menjadi impian Editha. Saat ini, dia bekerja sebagai program officer di ESCP Business School di Paris sejak Agustus 2022. Kampus tersebut merupakan sekolah bisnis tertua di dunia yang menempati peringkat ke-3 dalam pemeringkatan Financial Times European Business School 2022. 

Editha yang berstatus karyawan permanen ini bertanggung jawab mengurus sejumlah hal akademik untuk program master. Misalnya, memantau dan mengidentifikasi status akademik mahasiswa di tahun terakhir, menangani administrasi pendidikan dan pemeriksaan verifikasi akademik, hingga mengkoordinasikan departemen pengajaran untuk kursus serta komite pedagogis.

Sebelum akhirnya bekerja di Paris, Editha juga pernah bekerja di Institut Prancis di Indonesia (IFI) yang merupakan departemen pendidikan dan kebudayaan Kedutaan Besar Prancis di Indonesia. Selama kurang lebih empat tahun sejak 2014 hingga 2018, Editha berkarier di sana.

Di IFI, perempuan yang punya hobi maraton ini didapuk sebagai koordinator nasional kampus. Editha mengkoordinasikan kerja sama akademik dan promosi pendidikan tinggi Prancis hingga memberikan informasi kepada siswa yang ingin melanjutkan studi di Prancis.

Sempat Gap Year dan Kuliah S2 Dua Kali

Meski akhirnya dapat meraih mimpi bekerja di sektor dambaannya, pencapaian Editha saat ini penuh perjuangan. Perjalanan studinya sempat tak mulus. Dia bahkan pernah gagal meraih kampus impian sehingga terpaksa harus gap year

“Ketika ujian masuk PTN 2007 enggak lolos, saya memutuskan untuk gap year agar bisa belajar lebih giat. Orang tua saya sangat memacu saya untuk bisa lolos ke PTN,” ujarnya.

Selama setahun, Editha tekun belajar. Dia mengambil bimbingan belajar mengikuti kelas intensif untuk masuk perguruan tinggi negeri.

Kali ini, dia berstrategi untuk tidak mengambil jurusan yang tinggi peminatnya. Ketika ujian masuk PTN 2007, Editha memilih Universitas Indonesia dan Universitas Gadjah Mada jurusan Hubungan Internasional, namun gagal.

Pada 2008, dia memutuskan untuk mengambil jurusan Sastra Prancis di Unpad dan berhasil diterima lewat jalur tes nasional. “Akhirnya saya berstrategi untuk ambil Sastra Prancis yang passing grade-nya tak setinggi Hubungan Internasional,” katanya.

Editha cukup aktif dalam berbagai kegiatan akademik maupun non-akademik. Pada 2011 misalnya, dia meraih beasiswa dari Kementerian Pendidikan untuk menjajal kuliah di University of La Rochelle Prancis selama kurang lebih satu tahun. Dia juga pernah menjadi team leader dalam International Women’s Day Run pada 2018 dan koordinator Bahasa Prancis Polyglot Indonesia pada Mei 2013.

Berselang lima tahun setelah lulus S1, pada September 2018, Editha memutuskan untuk melanjutkan S2 di University of Paris-Saclay  jurusan International Strategic Management dengan beasiswa dari Pemerintah Prancis. Untuk memvalidasi program S2-nya, ketika itu Editha sempat magang di UNESCO selama empat bulan.

Begitu lulus S2 pada Agustus 2020, Editha dihadapi dilema. Dunia kala itu tengah diterjang pandemi Covid-19. Sejumlah sektor pekerjaan sempat terpuruk sehingga Editha kesulitan untuk mencari pekerjaan. 

“Saat itu, saya lagi mencari kerja di Paris dan kondisinya cukup challenging karena pandemi. Setelah berdiskusi dengan tutor di tempat magang, dia menyarankan saya untuk sekolah lagi. S2 atau lanjut S3,” ujarnya.

Editha akhirnya memutuskan untuk mengambil program master lagi pada September 2020. Dia S2 di Sorbonne atau Universitas Paris Cité, kampus riset publik di Prancis yang merupakan penggabungan dari Universitas Paris Descartes dan Diderot. 

Lewat beasiswa dari Pemerintah Prancis, Editha mengambil jurusan Education Sciences. Alasan Editha mengambil S2 kembali supaya bisa memperdalam bidang pendidikan yang dia sukai. 

“Kalau S3, saya belum melihat diri saya ke arah akademisi atau peneliti. Jadi saya memutuskan untuk mengambil S2 di jurusan yang memang saya minati,” katanya.

Editha akhirnya berhasil lulus pada September 2021 dan bekerja di Paris. “Dengan berkontribusi di internasional level setidaknya saya bisa melihat, observe, and furthering knowledge. Paling penting lagi, bisa membantu mahasiswa mempersiapkan masa depan mereka dengan proper,” kata perempuan berusia 34 tahun ini.

Devy Ernis

Devy Ernis

Bergabung dengan Tempo sejak April 2014, kini staf redaksi di Desk Nasional majalah Tempo. Memimpin proyek edisi khusus perempuan berjudul "Momen Eureka! Perempuan Penemu" yang meraih penghargaan Piala Presiden 2019 dan bagian dari tim penulis artikel "Hanya Api Semata Api" yang memenangi Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2020. Alumni Sastra Indonesia Universitas Padjajaran.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus