Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Warga Desa Pimping, Kalimantan Utara, menyiapkan makan untuk penderita Covid-19.
Warga Bonelemo, Sulawesi Selatan, mengumpulkan hasil pertanian sejak awal pandemi.
Di Yogyakarta, solidaritas juga ditunjukkan dengan mengurus jenazah dan menyiapkan oksigen.
MENGISOLASI diri bersama istrinya di gubuk sawah karena terjangkit Covid-19, Jalung Udau mulai terbiasa mendengar teriakan dari tetangganya. Teriakan itu berarti makanan telah diantar oleh tetangganya di Desa Pimping, Kecamatan Tanjung Palas Utara, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara. Jalung pun segera mengambil makanan yang diletakkan belasan meter dari gubuk. “Tetangga saya bergantian memasak makanan untuk saya dan istri,” kata laki-laki 67 tahun itu saat dihubungi pada Jumat, 6 Agustus lalu.
Sejak Ahad, 1 Agustus lalu, istri Jalung, Sulau Irang mengucilkan diri ke gubuk yang berjarak setengah kilometer dari rumah mereka setelah dinyatakan positif terjangkit virus corona. Perempuan 62 tahun itu tak mau menulari kerabat dan tetangganya. Namun Jalung ogah menuruti permintaan istrinya agar dia tetap di rumah. Empat hari tinggal di gubuk kayu berukuran 4 x 4 meter yang dipenuhi gabah itu, Jalu pun dinyatakan positif terjangkit Covid-19 oleh petugas Pusat Kesehatan Masyarakat Tanjung Palas berdasarkan tes usap antigen.
Menurut Jalung, tetangganya biasa mengirimkan makanan jadi seperti nasi, sayur, dan lauk telur. Dalam sehari, mereka bisa mengantarkan makanan hingga dua kali. Terkadang, tetangganya membawakan beras dan sayur agar bisa dimasak langsung dengan kayu bakar oleh Jalung dan istrinya. Keduanya masih bisa beraktivitas karena hanya bergejala batuk dan tidak mengalami demam atau sesak napas.
Baca: Arisan Obat Covid di Ruang Rawat
Kepala Desa Pimping, Yancer Mariton, mengatakan mayoritas dari 2.230 penduduk di wilayahnya saling membantu ketika ada yang terkena Covid-19. “Ada yang kasih hasil kebunnya langsung,” ujarnya ketika dihubungi, Kamis, 5 Agustus lalu. Yancer juga mengubah penggunaan dana desa dan mengalokasikan sekitar Rp 134 juta untuk dibelikan sejumlah barang guna dibagikan kepada warga di Desa Pimping yang positif Covid-19.
Pada Juli lalu, ada 248 orang di Desa Pimping yang dinyatakan positif. Yancer diminta oleh pemerintah Kabupaten Bulungan untuk membawa mereka yang terjangkit Covid ke balai pendidikan dan pelatihan yang menjadi tempat isolasi mandiri. Bersama tokoh desa, dia membawa 12 orang ke tempat isolasi yang berjarak tempuh satu jam dari Desa Pimping pada tengah malam. “Kami seperti menculik mereka,” katanya, kemudian tertawa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di Kecamatan Bajo Barat, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, warga Desa Bonelemo juga bersolidaritas di tengah pandemi Covid-19. Kepala Desa Bonelemo, Baso Ubas Gandangsura, menuturkan penduduk dan tokoh adat Bonelemo menanam 10 hektare jagung untuk stok makanan sejak awal masa pandemi. Hasilnya, ada sekitar 20 ton jagung yang disimpan dan dibagikan kepada yang membutuhkan. Warga Bonelemo juga merapikan 20 hektare lahan yang saluran irigasinya rusak agar bisa ditanami padi. Saat masa panen kedua, Maret lalu, didapat hasil 500 ton beras.
Warga Bonelemo pun bahu-membahu membenahi beberapa rumah yang rusak. Pengurus desa, kata Baso, memberikan atap seng, sedangkan masyarakat menyiapkan kayu dan patungan untuk membeli semen. Mereka menganggap rumah yang tak layak huni berpotensi mengganggu kesehatan penghuninya. “Solidaritas melawan Covid-19 warga Bonelemo makin kuat sejak pandemi,” tutur Baso.
Baca: Apa Penyebab Utama Kelangkaan Obat Terapi Covid-19?
Solidaritas masyarakat desa juga muncul seiring dengan meningkatnya jumlah kematian akibat Covid-19. Salah satunya Karmini, warga Dusun Balong Kidul, Desa Potorono, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sejak Januari lalu, perempuan 46 tahun itu rutin memandikan dan memakamkan jenazah penderita Covid-19 bersama tiga temannya. Pada Juli lalu, mereka membantu memandikan sepuluh mayat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Relawan Fatayat Nahdlatul Ulama Daerah Istimewa Yogyakarta membantu pemandian hingga pemakaman jenazah di Kabupaten Bantul. Dok. Fatayat DIY
Karmini, yang juga sopir ambulans di Tim Respon Cepat Kecamatan Banguntapan, mengatakan anggota keluarga pasien yang meninggal biasanya meminta jenazah dimandikan dengan air seperti biasanya. Meskipun demikian, ada cara lain, yaitu tayamum dengan menggunakan debu. Setiap jenazah lalu dibalut dengan tiga lapis kain kafan dan dibungkus plastik. Peti mati pun disemprot dengan disinfektan sebelum dibawa ke kuburan.
Rukmini dan teman-temannya tak mendapat bayaran untuk pekerjaan ini. “Panggilan hati saja,” ujarnya. Camat Banguntapan Fauzan Mu’arifin mengatakan relawan seperti Rukmini sangat dibutuhkan karena banyak penderita Covid-19 meninggal saat isolasi mandiri. Sejak Juli hingga awal Agustus lalu, kata Fauzan, ada 48 warga Banguntapan yang meninggal saat mengucilkan diri.
Pun di Desa Sriharjo, Imogiri, Bantul, Sarmiyatun, 45 tahun, bersama tiga rekannya kerap memandikan jenazah. Mengenakan alat pelindung diri, anggota Fatayat Nahdlatul Ulama Bantul ini selalu masuk ke pelosok desa untuk membantu memandikan jenazah yang tak tertangani oleh rumah sakit. “Kami mendapat pelatihan dari Fatayat,” katanya.
Warga Padukuhan Moyudan VII menggelar salat jenazah untuk pasien Covid-19 yang akan dibawa oleh relawan di Moyudan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, 6 Agustus 2021. Benediktus Rinto Danarto
Kepala Dusun Kaliduren III, Kelurahan Sumber Agung, Moyudan, Sleman, Benediktus Rinto Danarto juga menjadi relawan yang menguburkan jenazah penderita Covid-19. Sejak Juni hingga Juli lalu, saat angka kasus Covid-19 meledak di Yogyakarta, laki-laki 39 tahun itu telah memakamkan lebih dari 40 jenazah. Membantu Badan Penanggulangan Bencana Daerah Yogyakarta, Rinto dan teman-temannya di Kecamatan Moyudan hanya mendapat alat pelindung diri. Adapun mobil yang digunakan merupakan pinjaman dari Lazismu Muhammadiyah, yaitu Toyota Kijang yang biasa mereka sebut “gajah putih”.
Baca: Malaikat Pengantar Obat Covid
Terkadang, Rinto dan kawannya juga ikut memandikan jenazah. Dalam kesempatan lain, mereka menjemput penderita Covid-19 yang tak bisa pergi ke rumah sakit. Mereka tidak menerima honor dari tugas dadakan tersebut. Untuk makan dan menyediakan peralatan seperti disinfektan dan lakban, mereka kerap merogoh kantong sendiri. Terkadang keluarga pasien membelikan bensin atau memberi nasi bungkus. “Buat saya, didoakan supaya tetap sehat saja sudah cukup,” tutur Rinto.
Gerakan untuk membantu penderita Covid-19 juga dilakukan pengurus Gereja Reformed Injili Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta. Mereka membentuk tim Aksi Kasih untuk pengisian tabung oksigen media gratis mulai Agustus hingga September mendatang di parkiran Grand Pacific, Jalan Magelang Kilometer 4,5. Setiap hari, mereka menyediakan pengisian 75 tabung oksigen ukuran 1 meter kubik untuk perorangan, rumah sakit, ataupun lembaga. Bantuan ini berasal dari dana jemaat gereja.
Baca: Dusta Angka Corona
Koordinator tim Aksi Kasih, pendeta Dawis Waiman, mengatakan setiap orang bisa mengisi oksigen sebanyak empat kali dalam sehari. “Karena kita berada dalam kondisi darurat,” ucap Dawis. Seorang warga Yogyakarta, Cahyo Purnomo, mengatakan sangat terbantu oleh bantuan dalam solidaritas melawan Covid-19 itu. Ia kesulitan mencari oksigen karena di sejumlah tempat stoknya telah habis.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo