Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Kita Agak "Teraganggu"

Normalisasi hubungan AS-RRC penting, khususnya dalam kaitan dengan perkembangan situasi Asia-Pasifik. Menurut Mochtar Kusumaatmaja indonesia ada keinginan normalisasi, tapi RRC tak membantu kearah itu.(nas)

30 Desember 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INDONESIA menyambut baik normalisasi hubungan diplomatik ASRRC dan menganggap itu membawa dimensi baru dalam pola keseimbangan kekuatan dunia yang penting untuk diikuti secara saksama terutama dalam kaitannya dengan perkembangan situasi kawasan Asia-Pasifik." Begitu pernyataan Departemen Luar Negeri pekan lalu. Untuk mengetahui latar belakang politik luar negeri kita khususnya setelah beberapa perubahan penting terjadi di kawasan Asia Pasifik, wartawan TEMPO Susanto Pudjomartono pekan lalu menemui Menlu Mochtar Kusumaatadja yang baru kembali dari Papua Nugini (PNG) dan Australia. Beberapa petikan dari wawancara itu. Apa maksud kunjungan anda ke Papua Nugini dan Australia? Kunjungan ke PNG bersifat muhibah dan kunjungan balasan yang dianggap penting untuk menunjukkan penghargaan kita atas sikap PNG pada Organisai Papua Merdeka (OPM) yang sudah diterjemahkan dalam tindakan nyata. Jeasnya: janji Menlu Olewale bulan Mei waktu berkunjung ke Indonesia) benar merupakan tekad pemerintah PNG. ita tahu kemudian mereka mengadaan patroli yang intensif di perbatasan dengan hasil tertangkapnya tokoh OPM Jacob Prai dan Ondowame. Apa maksud kunjungan anda ke Papua Nugini dan Australia? Kunjungan ke PNG bersifat muhibah dan kunjungan balasan yang dianggap penting untuk menunjukkan penghargaan kita atas sikap PNG pada Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang sudah diterjemahkan dalam tindakan nyata. Jelasnya: janji Menlu Olewale bulan Mei (waktu berkunjung ke Indonesia) benar merupakan tekad pemerintah PNG. Kita tahu kemudian mereka mengadakan patroli yang intensif di perbatasan dengan hasil tertangkapnya tokoh OPM Jacob Prai dan Ondowame. Kedua negara juga ingin mencapai persetujuan untuk menyelesaikan garis batas dasar laut sebelah utara. Dan kalau sama-sama diinginkan juga penegasan batas antara jalur perikanan 200 mil dan kerjasama di bidang perlindungan kekayaan ikan. Juga disampaikan pada PNG bahwa bantuan teknis yang dulu diminta seperti perikanan darat, pertukangan dan KB sekarang sudah siap. Lalu hasilnya apa? Hasil misi muhibah ini baik, terutama dalam mengurangi atau menghilangkan syak wasangka di sana bahwa Indonesia negara yang agresif dan ekspansionistis. Bagaimana tentang kunjungan ke Australia? Tujuannya terutama untuk mengetahui sikap pemerintah Australia yang sebenarnya dan mengukur pendapat umum Australia tentang Indonesia. Ini dianggap perlu berhubung rasa jengkel yang mulai timbul di beberapa kalangan di Indonesia terhadap kecaman pers Australia yang terus penerus. Dengan kata lain: apa sebenarnya yang dikehendaki Australia dan bagaimana mereka melihat hubungan dengan Indonesia? Hasilnya? Kesimpulannya: sikap sementara pers Australia samasekali tidak menggambarkan sikap dan tekad pemerintah Australia yang tegas ingin memelihara hubungan baik dengan Indonesia. Juga tidak menggambarkan pendapat umum Australia yang sebenarnya acuh tak acuh terhadap masalah luar negeri. Kesan saya, publik Australia sangat kurang tahu pada keadaan dunia sekelilingnya. Tapi dengan pengakuan de jure Australia bahwa Timor Timur adalah wilayah RI berarti kita sudah maju selangkah lagi ke arah penyelesaian masalah yang mengganggu hubungan kedua negara. Apa pengaruh normalisasi hubungan diplomatik AS-RRC pada Asia Tenggara khususnya pada Indonesia? Normalisasi itu sendiri belum berarti AS bersekutu dengan RRC. Normalisasi ini dapat berpengaruh baik apabila kesempatan ini dipakai AS untuk mengarahkannya pada arah yang baik. Yang mengkhawatirkan adalah pendirian RRC bahwa Perang Dunia III tidak dapat dihindarkan Sekarang harus diamat-amati apa yang dilakukan AS terhadap ocehan ini. Mungkin ocehan ini hanya untuk menarik perhatian karena tendensi umum di Cina sekarang justru adalah liberalisasi, pembangunan dan hubungan dagang. Normalisasi ini sebenarnya memberi kesempatan pada AS untuk memainkan peranan yang konstruktif. Pertanyaannya: Apakah kesempatan ini akan mereka gunakan Ini patut ditanyakan karena belakangan ini di bagian dunia lain AS seiring kehilangan inisiatif dan peluang. Kalau yang menentukan permainannya RRC, bisa berkembang ke arah yang tidak baik bila mereka tetap pada garis yang agresif dan ekspansionistis. Maka kita harus mengamati perkembangan dengan cermat. Apa ucapan Teng Hsiao-ping bahwa RRC akan terus membantu gerilyawan komunis Asia Tenggara juga ocehan? Ocehan atau tidak, bagi kita yang langsung terkena harus menganggapnya secara serius. Normalisasi hubungan ASRRC tidak dengan sendirinya berakibat kita juga akan menormalisasikan hubungan dengan RRC. Politik luar negeri Indonesia ditentukan di Jakarta dan tidak di ibukota negara lain manapun. Kita mempunyai pertimbangan dan perhitungan sendiri. Maksudnya? Kita sebenarnya sudah lama menginginkan normalisasi hubungan dengan RRC dan sudah mengadakan persiapan. Tapi akhir-akhir ini kita agak terganggu oleh sikap RRC yang kita anggap tidak membantu pelaksanaan maksud itu. Yang saya maksud pertama: pernyataan berkali-kali bahwa mereka akan terus membantu subversi komunis di Asia Tenggara. Kedua: sikap RRC terhadap masalah Hoakiau sebagaimana ditunjukkannya dalam masalah Hoakiau Vietnam. Dua hal ini membuat kita berpikir-pikir. Bagaimanapun Indonesia sebagai negara merdeka dan berdaulat mempunyai harga diri. Belum lagi soal-soal kecil seperti pemunculan tokoh-tokoh PKI seperti Adjitorop pada saat kunjungan rombongan KADIN ke RRC. Buat apa hal itu dilakukan kalau benar ada maksud untuk membina hubungan baik? Apa sikap keras sementara kalangan ABRI dan golongan Islam yang menolak normalisasi juga diperhitungkan? Ya, turut mempengaruhi juga. Suara-suara itu juga harus dipertimbangkan karena politik luar negeri suatu pemerintah mencerminkan konsensus dalam negeri. Apa sikap Indonesia dalam konflik Kamboja-Vietnam? Kita berusaha dalam batas kemampuan kita untuk mencegah eskalasi konflik ini. Antara lain dengan menunjukkan suatu politik yang tidak memihak yang kita perlihatkan pada waktu kunjungan pimpinan kedua negara itu ke sini. Kita juga menyerukan pada kedua pihak untuk menyelesaikan persoalan ini secara damai dan kita minta kepada negara-negara besar untuk tidak menambah besar konflik ini. Tampaknya sikap ASEAN berbeda dalam menanggapi konflik ini. Tidak demikian. Memang ada variasi kecil. Misalnya ada yang mengatakan Indonesia lebih condong ke Vietnam. Itu tidak benar. Kalau benar mengapa kita kirim misi ke Pnompenh? Bahwa Indonesia dan Muangthai mempunyai sikap yang agak berbeda, itu disebabkan letak geografis yang berbeda. Masing-masing juga punya perhitungan jangka sedang dan panjang yang berlainan. Tapi keduanya bertemu dalam kesimpulan Bagaimanapun juga Kamboja harus kita bantu, sesuai dengan politik luar negeri ASEAN mengenai Indocina yaitu the preservation of the separate identities of the Indocina states (memelihara identitas masing-masing negara Indocina). Apa ini yang antara lain bakal dibicarakan dalam pertemuan konsultasi ASEAN yang sedang direncanakan? Kira-kira begitulah. Tentu akan kita bicarakan langkah-langkah yang harus diambil.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus