Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Marginalia

Merasa Tidak Bersalah

Tuhan menciptakan manusia lengkap dengan rasa cinta & keadilan, meskipun manusia bisa berbuat keji. Oscar Wilde dipenjara, dinyatakan berbuat sodomi, seorang homoseksual, walau merasa tak bersalah.

30 Desember 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERNAH dengarkah anda tentang seseorang yang mencuri sebuah cerita kecil dari Oscar Wilde? Mungkin tidak. Tapi cerita itu jatuh di sebuah sungai. Ia hanyut ke mari. Bunyinya seperti sebuah dongeng Natal, tapi ia bukan sebuah cerita Natal bunyinya seperti kisah lain tentang Yesus, tapi yang disebut hanya satu tokoh yang dipanggil "Ia". Yaitu ketika hari malam, dan Ia sendirian. Dan Ia melihat di kejauhan tembok sebuah kota yang bundar. Dan Ia ke sana. Ketika Ia datang mendekat Ia dengar dari dalam kota itu suara hentakan kaki yang riang, suara gelak mulut yang girang, dan bunyi bising puluhan seruling. Maka Ia pun mengetuk, sampai para penjaga membukakan gerbang bagi-Nya. Maka Ia pun melihat sebuah rumah pualam, yang ditopang pilar-pilar cerah dari marmar. Pada tiang besar itu bergantungan untaian kembang, dan di dalam, seperti halnya di luar, nampak suluh-suluh kayu cedar. Ia pun masuk. Ketika Ia melintasi beranda kwarsa biru abu-abu dan ruangan berwarna jingga, ketika Ia sampai ke balairung panjang tempat berpesta, Ia pun melihat di atas ranjang ungu terbaring seseorang dengan rambut bermahkota mawar, dengan bibir yang jadi merah karena anggur. Maka Ia pun mendatangi lelaki itu serta menyentuh bahunya, lalu Ia menegurnya: "Kenapa kau hidup seperti ini?" Maka lelaki remaja itu pun berpaling serta mengenaliNya, dan ia pun memberi jawab serta berkata: "Tapi dulu aku menderita kusta, dan kau sembuhkan. Bagaimana lagi aku harus hidup?" Maka Ia pun keluar dari pintu itu lalu melangkah kembali ke jalan. Tak lama kemudian Ia lihat seorang perempuan dengan wajah serta dandanan yang dipulas, yang kakinya dirias dengan permata. Di belakang wanita itu, bergerak pelan bagai pemburu, melangkah seorang lelaki muda yang bermantel dua warna. Wajah perempuan itu mirip wajah cerah sebuah golek, sedang mata lelaki muda itu memijarkan nyala nafsu berahi. Ia pun mengikuti mereka dengan cepat, lalu menyentuh tangan si lelaki, serta bertanya kepadanya: "Kenapa kau pandangi wanita ini dengan cara seperti itu?" Lelaki muda itu pun menoleh dan mengenaliNya, lalu katanya "Tapi dulu aku buta, dan kau beriku penglihatan. Apa lagi yang aku harus lihat?" Maka Ia pun berlari menyusul dan menyentuh pakaian si perempuan, serta bertanya kepadanya: "Tak adakah jalan lain untuk ditempuh selain jalan dosa?" Wanita itu pun menoleh dan mengenaliNya, dan ketawa, dan berkata: "Tapi kau ampuni dosaku, dan jalan ini jalan yang enak." Maka Ia pun pergi meninggalkan kota itu. Dan ketika Ia melintasi jalan ke luar kota itu, dilihatNya seorang muda menangis di tepi jalan. Maka Ia pun mendatanginya dan menyentuh rambutnya yang lebat panjang, seraya bertanya: "Kenapa kau menangis? " Maka lelaki muda itu pun menengadah lalu mengenaliNya, dan menjawab kepadanya "Tapi dulu aku pernah mati, dan kau bangkitkan aku dari kematian. Apa lagi yang akan kulakukan selain menangis?" *** PERNAH dengarkah anda tentang seseorang yang di akhir tahun membuat jailangkung dan bertanya kepada arwah Oscar Wilde yang mati di Paris di awal abad ini? Mungkin tidak. Tapi ke jailangkung itu disodorkan pertanyaan: "Tuan Oscar Wilde, dapatkah manusia ditolong?" "Dapat, tapi saya tak tahu buat apa," jawab sang arwah. "Saya dipenjara karena saya dinyatakan berbuat sodomi, seorang homoseksuil, tapi saya tak pernah merasa saya bersalah. Saya melihat anak-anak di dalam bui menderita tapi seorang sipir dipecat hanya karena memberi mereka biskuit. Tuhan menciptakan kita lengkap dengan rasa cinta dan keadilan, tapi coba lihat apa yang terjadi." "Tuan Oscar Wilde, tuan pesimis dan bisa bikin kacau kebahagiaan tahun baru. Manusia bisa keji tapi rasa cinta dan keadilan itu tak lenyap karenanya, bukan?" "Tuan penanya, saya ini hanya jailangkung."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus