SEBUAH upacara wisuda diselenggarakan Sabtu malam dua pekan lalu di Hotel Ambarrukmo Yogya. Wisuda di hotel berbintang ini menyiratkan bahwa yang diwisuda punya gengsi yang lebih, tak sama dengan wisuda siang harinya di kampus Universitas Gadjah Mada (UGM). Mereka adalah 37 orang lulusan program Magister Manajemen (MM) UGM. Dan mereka termasuk golongan pertama lulusan program sejenis dari sebuah perguruan tinggi negeri Progam MM di Universitas Indonesia baru mewisuda lulusannya Oktober mendatang. Tujuan program yang setaraf dengan M.B.A. (Master of Business Administration) ini, kata Ketua Program MM -- UGM Dr. Gunawan Adisaputro, M.B.A., adalah mendidik dan melatih tenaga-tenaga profesional dalam praktek manajemen di tingkat pascasarjana. "Hasilnya adalah tenaga manajerial yang memiliki kejelian memanfaatkan dan menciptakan kesempatan bisnis, berwawasan ekonomi makro nasional maupun internasional, memiliki keahlian teoretis konseptual dan keterampilan praktis operasional." Untuk menopang gagasan itu, selama 13 bulan dalarn pendidikan, setiap peserta terikat dengan jadwal yang sangat padat. "Hampir tidak ada waktu senggang." kata Rudy Surya, salah seorang yang baru diwisuda. Kendati melelahkan, Rudy mengaku banyak memperoleh kemajuan. "Saya merasa tambah pintar dan tambah kritis dalam menghadapi masalah khususnya yang menyangkut bisnis," lanjutnya. Menurut Gunawan, ini dimungkinkan karena teori dan studi kasus disuguhkan secara berimbang. Selain kuliah yang memiliki bobot 50 SKT (Satuan Kredit Triwulan), setiap peserta harus mengikuti diskusi serta ceramah yang diberikan para pakar dan praktisi terkemuka. Pada triwulan terakhir, mereka menjalani widyakarya di perusahaan serta lembaga keuangan dan perbankan yang nantinya dituangkan dalam makalah. Pendidikan manajemen di UGM maupun UI sebenarnya tak hanya lewat Program MM, tapi juga program S-2 (Magister) dengan penekanan pada perbaikan mutu pendidikan manajemen. "Sedangkan yang ditanamkan di MM yakni cara berpikir dalam menghadapi setiap masalah serta bagaimana menyelesaikannya," kata Gunawan lagi. Di sinilah kelebihannya. "Mereka unggul dalam hal penggunaan sistem informasi dan sarana informatika secara andal untuk berbagai keperluan manajerial," tambahnya. Seperti halnya Program S-2, lulusan MM juga diizinkan melanjutkan ke Program S-3 (doktor). Apalagi, menurut Ketua Program MM-UI Dr. Wahjudi Prakarsa, "Kemampuan lulusan MM lebih baik daripada lulusan pascasarjana." Coba tengok perbedaan fasilitas dan intensitas belajarnya. Pengajar di MM, sekali datang dibayar Rp 125 ribu. Sedangkan di Program S-2 hanya Rp 7.500. Biaya kuliah pun, perbandingannya sangat jauh. Setiap peserta Program MM-UI ditarik Rp 14 juta di (di UGM Rp 10 juta). Sedangkan untuk jalur S-2 cuma Rp 1,2 juta per tahun. "Wajar saja kalau mutu dan fasilitas pendidikan Program MM jauh lebih baik," sambungnya. Sejauh ini, program mencetak manajer piawai sudah lama dilaksanakan pihak swasta. Di Jakarta, ada Institut Manajemen Prasetiya Mulya, Institut Pendidikan dan Pembinaan Manajemen, dan beberapa lagi. Peserta harus sarjana yang sudah dua tahun menjadi manajer. Di Universitas Dr. Soetomo (Unitomo) Surabaya, yang menyelenggarakan Program M.B.A. sejak 1987, syarat peserta agak ringan. "Sarjana muda boleh ambil bagian," kata M. Saleh, Direktur Utama Program M.B.A. Unitomo. Namun, untuk sarjana muda ada syarat tambahan. "Harus mengikuti beberapa modul persiapan selama 1,5 bulan," tambahnya. Unitomo sudah menghasilkan 16 M.B.A.. Memang, pasaran M.B.A. tetap saja ramai. Kabarnya, lulusan MM-UGM ini sudah langsung dicaplok sejumlah perusahaan. Apalagi yang mengambil Jurusan Investasi dan Perbankan. Jauh sebelum dilantik, mereka sudah dipesan.YH, Priyono B Sumbogo, Slamet Subagyo, dan Wahyu Muryadi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini