KGPH (Kanjeng Gusti Pangeran Haryo) Mangkubumi, akhirnya tidak jadi mengundurkan diri sebagai ketua DPD Golkar Daerah Istimewa Yogyakarta. Ditemui TEMPO di kolam renang Hotel Ambarrukmo, Senin lalu, Mangkubum menegaskan "Saya akan mencoba menjalankan tugas selama lima tahun." Toh wajah Mangkubumi putra sulung Hamengku Buwono IX, masih menyorotkan kekecewaan. Itu diakuinya "Wajar kalau saya kecewa. Apa memang harus begitu susunan pengurus itu." ujarnya. Rencana pengunduran diri Mangkubumi memang cukup mengagetkan Yogyakarta. Kisahnya diawali pada hari Minggu pagi, 29 Januari, tatkala pengurus DPD Golkar yang baru hasil Musda (musyawarah daerah) DIY diumumkan. Begitu nama-nama hasil susunan formatir itu diumumkan, Mangkubumi yang dalam susunan tersebut duduk sebagai ketua - lantas maju ke meja pimpinan, menyampaikan surat. Isinya: Mangkubumi menyatakan mengundurkan diri. Tapi surat itu "ditahan" Santosa, pimpinan Musda, dan tidak dibacakan kepada sidang. Yang mengherankan, Mangkubumi sendiri setelah itu bersedia dilantik. Sampai kemudian, lewat harian Kompas, Mangkubumi mengungkapkan rencana pengunduran dirinya. Apa sebenarnya yang terjadi? Mangkubumi kabarnya kecewa pada susunan DPD Golkar Yogyakarta yang baru. Orang-orang yang dipandangnya "berpotensl" dan akan diberi kesempatan olehnya ditolak kehadirannya oleh formatir. Konon dari 28 calon yang diajukannya, 12 diganti. Padahal, mereka, katanya, sudah dikonsultasikan dengan berbagai pihak dan disepakati "tiga jalur Golkar". Ia menolak mengungkapkan apa yang dimaksudnya tiga jalur ini. Sebuah sumber TEMPO menjelaskan, tiga jalur itu adalah wakil gubernur DIY Paku Alam VIII, komandan Korem Yogyakarta Kolonel Roni Sikap Sinuraya, dan Mangkubumi sendiri. Konon, pertemuan ketiga orang ini berlangsung di Kepatihan beberapa hari sebelum Musda Golkar berlangsung. Di situ, kabarnya, Mangkubumi mengajukan rancangan susunan DPD Golkar disertai permintaan agar ia menjadi formatir tunggal. Konon permintaan terakhir ini ditolak Kolonel Roni. Yang kemudian terjadi ternyata memangtak sesuai dengan keinginan-Mangkubumi. Musda ternyata memilih lima formatir, termasuk Soekardi dari DPP Golkar, tanpa Mangkubumi. Rupanya, pilihan kelima formatir ini tak diberitahukan lebih dulu kepada Mangkubumi, hingga mungkin ia kaget, kecewa, dan langsung berniat mengundurkan diri. Sebuah sumber TEMPO lain mengungkapkan, dalam pengurus "inti" - ketua, sekretaris, sampai wakil bendahara - tak satu pun calon Mangkubumi masuk. Apakah ini berarti Mangkubumi tidak akan bisa bekerja sama dengan pengurus DPD lainnya? Mangkubuml menolak menjawab. "Masalah itu sifatnya subyektif sekali," ujar ayah empat anak itu. Ia, katanya, akan mencoba melaksanakan amanat Musda. Toh ditambahkannya, kelanjutan kepemimpinannya juga ditentukan oleh Musda Tingkat II awal Maret nanti. Jika dalam kepengurusan DPD Tingkat II nanti terjadi hal seperti dalam Musda Tingkat I, "saya tidak tahu apa yang akan terjadi," kata Mangkubumi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini