Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Mari Menelan Dewey

Seorang anggota DPR, Yosuf Hasyim, mempersoalkan buku pedoman penyelenggaraan perpustakaan SLTA, yang berpedoman pada klasifikasi dewey. Soalnya buku itu dijiplak tanpa adaptasi hingga tak nasionalistik.

21 Februari 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MEMANG terasa janggal: buku Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan SLTA, Departemen P&K, 1980. Buku setebal 88 halaman itu, halaman 63-86-nya berisi nomor Klasifikasi Persepuluhan Dewey. Di halaman 67-69 Dicantumkan notasi subyek agama. Dan dari notasi agama itu -- bernomor 200-299 -- hanya satu nomor untuk Agama Islam: notasi 297. Sementara untuk Agama Kristen disediakan nomor-nomor 220-280. Jusuf Hasjim, anggota DPR dari FPP, adalah yang pertama kali mengingatkan kenyataan itu. Ia tidak mengatakan buku itu, misalnya, Kristen-sentris --melainkan "tidak nasionalistik". Klasifikasi Dewey di situ, sebagai pedomanperpustakaan, telah dijiplak mentah-mentah tanpa adaptasi. Sialnya, sambutan pihak P&K sendiri tampaknya dingin. "Lha masalah begitu saja diributkan, apa tidak ada pekerjaan lain?" kata Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Prof. Dardji Darmodihardjo -- seperti dituturkan harian Pelita. Prof. Dardji juga membayangkan tidak perlunya peninjauan. "Itu 'kan sudah merupakan sistem yang dipakai Pusat Pembinaan Perpustakaan," katanya. Barangkali memang, seperti dikatakan Soemarno, penyusun buku, kepada TEMPO, "buku itu hanya merupakan pedoman. Pelaksanaannya sangat tergantung pada guru yang menangani perpustakaan." Edisi Ke-18 Soemarno sendiri, drs., adalah karyawan Pusat Pembinaan Perpustakaan. Bukunya, yang telah disetujui Dirjen, sebenarnya merupakan buku petunjuk menyelenggarakan perpustakaan di SLTA dari soal mengatur ruang, cara menyetempel buku sampai cara memilih bahan koleksi. Diketahui, Departemen P&K merencanakan mewajibkan semua sekolah mempunyai perpustakaan (TEMPO, 8 November 1980). Hanya, perpustakaan yang bagaimana? Soal itu pun kemudian dipermasalahkan dalam rapat kerja Komisi IX (Agama, Pendidikan dan Kebudayaan) DPR dengan Menteri P&K, Senin pekan lalu -- dan kali ini oleh Drs. H. Asrul Sani, anggota Komisi. Padahal adaptasi itu memang ada. Bahkan sebenarnya sejak 1952. Beberapa usaha pengembangan telah dilakukan sehubungan dengan notasi 297 itu -- beberapa kali, bahkan juga dalam hal klasifikasi untuk Bahasa dan Sastra dan Geografi Indonesia (lihat box). Tapi yang jadi soal memang, hal itu tidak tercermin dalam buku pedoman untuk seluruh SLTA tersebut -- meski ada janji dari pihak Pusat Pembinaan Perpustakaan untuk mengirimkan diktat pengembangan tersebut sebagai kelengkapan, nantinya. Itulah agaknya yang menyebabkan Jusuf Hasjim menyangka, bahwa "Departemen P&K telah membuang produk berbagai tim sebelumnya dari pedoman yang dipakai sekarang." Jusuf agaknya bukan menolak Dewey serta-merta. Ia menyebut misalnya Perpustakaan Islam Yogya, perpustakaan IAIN, Pondok Modern Gontor, Pesantren Tebuireng yang memakai klasifikasi Dewey dengan adaptasi. Jadi soalnya memang adaptasi. Tetapi bahkan dalam materi pokoknya, "Dewey'-nya sendiri, cukup disayangkan satu hal. Yakni bahwa yang diambil sebagai bahan buku pedoman tersebut sebenarnya edisi Dewey yang ketinggalan zaman. Sebab dalam edisi ke-18, notasi 297 (Islam) telah dikembangkan menjadi delapan bidang -- sementara masing-masingnya dibagi lagi ke dalam bagian-bagian. Ini, meski mungkin tak menyelesaikan seluruh soal, rupanya terluput.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus