Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Gempa Meninggalkan Pilek

Usaha menyelamatkan korban gempa bumi di Irian Jaya masih berlangsung. menurut penuturan seorang pejabat, 13 orang tewas, 4 lainnya dirawat di rumah sakit. bersamaan dengan itu wabah pilek juga melanda.

21 Februari 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BERITA dari daerah gempa bumi di Irian Jaya belum habis. Dua helikopter berpacu dengan cuaca untuk bisa mengangkat para korban hidup maupun mati. Mereka hanya bisa terbang mulai terang tanah sampai pukul 12 siang -- sebelum hujan badai melintasi perbukitan yang diguncang gempa, di Kecamatan Kurima, Kabupaten Jayawijaya. Belakangan, repotnya, hanya tinggal heli milik Penerbad (Penerbangan AD) saja yang mampu menembus cuaca buruk. Pekan lalu Menko Kesra Surono dan Mensos Sapardjo menjenguk ke sana. Bupati Jayawijaya, Albert Dien, melapor: 13 orang diketahui tewas, 4 orang dirawat di RSU Wamena dan hampir 1.300 orang yang telah diselamatkan. Laporan resmi Bupati tentang korban mati tersebut ternyata lebih kecil dari perkiraan selama ini. Sebelumnya ada yang mengemukakan tak kurang 300 orang yang mati. Memang gempa bumi itu termasuk yang hebat. Mula-mula bukit bergoyang pada 20 Januari lalu. Kemudian guncangan-guncangan berikutnya menyusul. Bukit-bukit retak, tanah mengelupas, lalu bersama batu-batu gunung longsor menimpa pemukiman penduduk. Usaha menyelamatkan penduduk sangat sulit dilakukan. Dua belas desa di Kurima memang terpencil letaknya dan cuaca buruk hampir selalu melingkupinya. Tak hanya medan dan cuaca yang merepotkan. Tenaga kesehatan juga kurang. Untuk merawat semua korban hanya ada seorang dokter: dr Tigor Silaban. Seperti halnya petugas Posko Wamena lainnya, dokter bujangan lulusan UI yang sudah setahun berada di Jayawijaya, bekerja siang-malam tanpa kenal capek. Padahal, di antara para korban kini berkecamuk penyakit pilek. "Gejala-gejalanya," kata Gubernur Ir-Ja yang belum sebulan menjabat, Busiri Surjowinoto, "cairan encer mengucur terus dari hidung mereka." Wabah menyerang terutama pada hidung anak-anak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus