ANTREAN panjang diKantor Pos Besar Bandung pada I Mei itu mendadak bubar tatkala di muka loket muncul pengumuman "Formulir pendaftaran Universitas Terbuka habis. Jatah yang diterima dari Jakarta cuma 1.450 set. Harap mak lum". Semua pendaftar menggerutu. "Jauh- jauh datang ke sini ternyata cuma buang waktu dan biaya. Padahal, formulir baru dijual sejak kemarin," kata Herman, 19, yang datang dari Garut. Tahun lalu Herman gagal dalam testin masuk PPI. Kini ia mencoba masuk Universitas Terbuka (UT). Alasannya, "Biayanya murah, dan pelajarannya bisa diikuti dari mana pun tanpa harus tinggal di kota besar."Titel yang diincarnya: sarjana ekonomi. Di beberapa kota lain terjadi hal yang sama. Dalam dua hari, formulir pendaftaran seharga Rp 5.000 per set yang tersedia disikat habis pendaftar yang melimpah.Dan rupanya permintaan tambahan formulir tak bisa segera dipenuhi Sekretariat UT di Jakarta karena kabarnya formulir baru sedang dicetak ulang. Mengapa minat memasuki UT begitu besar? Zega, 35, yang ditemui di Kantor Pos Pasar Baru, Jakarta, mengaku ingin masuk UT dengan harapan ijazah sarjana yang kelak diraihnya bisa membuatnya memperoleh jabatan yang Iebih baik di tempat kerjanya. Telah 10 tahun ia bekerja di PLN, tapi golongan yang dicapainya baru Il B. "Disamping itu, di UT kita bisa belajar tanpa mengganggu pekerjaan rutin," tambahnya. Di Surabaya, Ny. Soedjio mcmbcli formulir pcndaftaran diantar suaminya. Ibu empat orang anak ini menamatkan IKIP Surabaya pada 1979. "Mencari ilmu tidak ada batasnya," ujarnya tatkala ditanya alasannya masuk UT. "Lagi pula, waktu yang luang harus saya gunakan," tambahnya. Sistem UT, yang bakal dimulai September mendatang, memang sangat luwes. Tidak diperlukan gedung dan tenaga tersendiri, karena para mahasiswanya tak perlu hadir dalam kuliah. Mereka harus.belajar sendiri Iewat modul yang dikirimkan Iewat pos. Mereka juga diminta membaca buku-buku yang dianjurkan. Di tempat-tempat tertentu, dibentuk kelompok belajar yang dipimpin seorang tutor, tempat berkonsultasi para mahasiswa itu. Tes akhir semester dan ujian lain diselenggarakan Pusat UT di beberapa kota. Untuk tahap pertama, UT akan membuka empat fakultas: Keguruan dan llmu Pendidikan, llmu Sosial dan llmu Politik, Ekonomi serta Matematika dan llmu Pengetahuan Alam. Ada 24 perguruan tinggi negeri di 21 Provinsi yang akan menangani UT ini. Tahun ini akan diterima 25.000 mahasiswa yang terbagi untuk Program Sl (Sarjana, untuk lulusan SMTA) 10.000 orang, Program Diploma I dan 11 (untuk guru sekolah menengah), 10.000 serta program Akta V (untuk dosen perguruan tinggi) 5.000 orang. UT, yang untuk pertama kali dibuka tahun Ini, tampaknya pada tahun-tahun pertama tidak ditujukan melulu untuk menampung ledakan lulusan SMA, tapi juga untuk meningkatkan kualitas guru dan pendidikan pada umumnya. Itu terlihat dari jumlah guru dan dosen yang diterima di UT tahun ini,yakni 15.000 dari 25.000 tempat yang tersedia. "Kami memang berharap adanya program diploma ini akan mendongkrak profesionalisme para guru sekolah menengah dalam mengajar," kata Prof. Dr. Setijadi, Ketua Panitia Persiapan Penyelenggaraan UT. Minat yang melimpah terhadap UT, yang masa pendaftarannya akan berlangsung dua bulan (sampai akhir Juni), rupanya menggembirakan Setijadi. "Sebetulnya, para pendaftar tak perlu antre di kantor pos. Semuanya pasti akan kebagian. Kami merencanakan akan mencetak 70.000 formulir.Jika masih kurang, kami akan menambahnya," katanya pekan lalu. Mereka yang tak diterima tahun ini, katanya, pasti akan mendapat kesempatan pada tahun-tahun berikutnya. Menurut Setijadi, pada dasarnya UT tak akan melakukan seleksi bagi para lulusan SMTA. Tapi karena pada tahun-tahun pertama diduga ada kesenjangan antara jumlah peminat dan tempat, seleksi terpaksa dilakukan. Kriteria seleksi memang belum ditetapkan. Tapi ancar-ancarnya, menurut Humas UT, berdasarkan nilai ijazah. Dan karena dianggap mutu sekolah belum merata, daerah asal sekolah calon juga dipertimbangkan. Adapun biaya kuliah UT tampaknya bisa Iebih murah dibanding kuliah biasa di perguruan tinggi negeri. Perhitungannya, dalam satu semester seorang mahasiswa boleh mengambil, maksimal, tiga unit paket kuliah (dihargai sama dengan enam SKS, satuan kredit semester). Harga per paket Rp 10.000 sudah termasuk ongkos kirim. Ditambah dengan bahan bacaan, per paket Rp 13.500.Total, dalam satu semester untuk meraih 18 SKS, mahasiswa UT harus mengeluarkan biaya Rp 70.500. Itu bila seorang mahasiswa memikul sendiri semua biaya itu. Sebab dan inilah salah satu keuntungan kuliah di UT biaya itu bisa dipikul secara berkelompok asal anggotanya rukun. Sehingga biaya untuk paket kuliah bisa ditanggung oleh Iebih dari satu orang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini