KESIBUKAN Sipenmaru (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) sudah dimulai pekan ini, yakni tahap pendaftaran calon peserta. Awal bulan depan tes itu sudah dimulai. Ternyata, Sipenmaru bukan hanya untuk menyeleksi calon mahasiswa di perguruan tinggi negeri. Akademi-akademi kedinasan yang berada di bawah Departemen Kesehatan juga memanfaatkan sistem seleksi itu. Kebijaksanaan baru ini merupakan hasil kerja sama antara Departemen Kesehatan dan Departemen P & K yang sudah dijajaki sejak 1983. Menurut Junarsih Sudibjo, Ketua Panitia Seleksi Penerimaan Siswa dan Mahasiswa Baru di lingkungan Departemen Kesehatan, kerja sama ini untuk mencari mahasiswa yang berkualitas. Yang didompleng ujian tulisnya (dikenal dengan Utul Sipenmaru) saja. Setelah itu, masih ada tes kesehatan yang dilakukan Depkes. Akademi kedinasan di bawah Depkes berjumlah 39 buah. Akademi yang tersebar di berbagai kota itu terbagi menjadi Akademi Perawat (Akper), Akademi Gizi (Akzi), Akademi Penilik Kesehatan (APK), Akademi Penata Rontgen (Apro), Akademi Teknik Elektro Medik (ATEM), Akademi Fisioterapi (Akfis), dan Akademi Analis Kesehatan (AAK). Cara baru mencari mahasiswa baru ini disambut baik oleh pengelola akademi itu. "Kami senang, karena akademi ini menjadi makin penting dan bergengsi," kata Tanoe, B.Sc., Direktur Pelaksana Akzi Malang. "Mahasiswa juga merasa bangga, karena mereka bukan buangan yang tidak diterima di PTN," tambah Sarwoko, Kepala Tim Bina Diklat Kanwil Depkes D.I. Yogyakarta yang membawahkan Akzi, Akper, dan APK Yogya. Dan ini dibenarkan oleh Haryadi, seorang mahasiswa Akzi di Yogya. "Sekarang kami tak minder lagi dengan mahasiswa UGM atau UI," katanya. Semua ini, kata mereka, mengangkat citra akademi itu. Menurut Sarwoko, sistem penerimaan lewat Sipenmaru memang dimaksudkan agar mahasiswa kedinasan ini sejajar, "berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah" dengan mahasiswa PTN di bawah Departemen P dan K. Tujuan lainnya, tidak repot membuat soal ujian dan menyelenggarakan ujian tulis. "Semua soal disusun Departemen P dan K," kata Djasio Sanropie, M.Sc., Kepala Sub-Bidang Pendidikan Kesehatan Masyarakat Pusdiknakes (Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan) Depkes. Lagi pula, dengan jalur Sipenmaru ini, banyak hal bisa dihemat. Calon mahasiswa pun tak perlu mendaftar ke banyak tempat, karena sudah bisa menuliskan pilihan saat Sipenmaru itu. Dulu, tiap akademi itu malah membuat tes sendiri-sendiri. Kerja sama ini pun - yang sudah dijajaki Depkes dan Departemen P dan K sejak 1983 - tak cuma menyangkut Sipenmaru. Juga dalam sistem kredit dan administrasi akademis. Akademi kedinasan itu dianggap setingkat dengan program D3. Lulusannya disebut "ahli madya kesehatan". Ini menunjukkan bahwa keberadaan akademi-akademi itu diakui oleh Departemen P dan K. Ijazahnya bisa dipakai untuk penyesuaian kepangkatan di lingkungan pegawai negeri. Bahkan lulusan APK dan Akper, misalnya, kini bisa melanjutkan program sarjananya ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, yang sudah membuka Program Studi Ilmu Keperawatan. Menurut Sidharta Pramoetadi, Ketua Panitia Pusat Sipenmaru, kerja sama dalam hal seleksi calon mahasiswa itu bermula dari surat permohonan Depkes. Yang jelas, pembuatan soal dan tata cara testmg itu sepenuhnya wewenang Panitia Sipenmaru. Menurut Pramoetadi, pihaknya pernah melakukan kerja sama dengan departemen lain, tapi tak berlanjut. Ia tak menyebutkan departemen mana. Kesempatan kerja sama itu tetap dibuka untuk pihak lain, namun Departemen P dan K tidak menawarkannya. Termasuk untuk perguruan tinggi swasta (PTS). Asal mau menuruti persyaratan yang ditentukan. Kalau pihak yang mengajak kerja sama menyodorkan atau menyelipkan soal-soal testing, "Ya, itu tidak dapat kami terima," kata Pramoetadi. "Mereka itu yang harus ikut aturan yang dibuat Panitia Pusat Sipenmaru." Tapi tidak semua mahasiswa baru yang dicari akademi di bawah Depkes itu lewat Sipenmaru. Ada 25% (maksimum) yang disediakan untuk "jalur dinas". Yang terakhir ini diperuntukkan bagi calon tenaga kesehatan yang dikirim suatu instansi dalam rangka tugas belajar. Misalnya dari ABRI dan pemerintah daerah. Jalur ini hanya dikenai syarat umum, seperti lulus SMTA, tinggi dan berat badan, tes kesehatan. Sementara itu, setiap akademi hanya mencari 40 mahasiswa baru. Ini karena dikaitkan dengan program ketenagaan Depkes setelah menghitung-hitung berapa lowongan yang belum terisi dan berapa untuk mengganti tenaga yang pensiun. Sehingga, tamatan akademi itu - yang tugas belajar atau tidak -- semuanya tertampung. Sri Indrayati dan biro-biro
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini