Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Moses Gatotkaca adalah seorang mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di Universitas Sanata Dharma yang namanya diabadikan menjadi nama jalan di daerah Gejayan, Yogyakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bukan tanpa alasan penamaan jalan itu mengambil namanya. Pemuda kelahiran Banjarmasin itu tewas dalam aksi demonstrasi di Yogyakarta pada Jumat, 8 Mei 1998 yang menuntut turunnya Presiden Soeharto dan menggulingkan pemerintahan orde baru.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jl Moses Gatotkaca. Google
Moses Gatotkaca Korban Kekerasan Mei 1998 di Yogyakarta
Peristiwa bentrokan yang menewaskan Moses itu dikenal dengan Peristiwa Gejayan. Massa aksi yang tergabung terdiri dari berbagai perguruan tinggi di Yogyakarta, seperti Universitas Gadjah Mada, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Sanata Dharma, hingga UIN Sunan Kalijaga. Berbagai peristiwa sempat terjadi, mulai dari bentrok fisik, pengejaran, hingga penangkapan pada 20 orang demonstran pada 7 Mei 1998.
Puncak aksi terjadi keesokan harinya, 8 Mei 1998. Beberapa kampus sudah melakukan aksi damai sejak pukul 09.00. Sedangkan untuk aksi intinya baru dimulai setelah melakukan salat Jum’at, yang dilakukan oleh ribuan mahasiswa di depan kampus UGM.
Sementara tewasnya Moses diakibatkan oleh luka parah di kepalanya karena pukulan benda tumpul. Melansir kanal semanggipeduli.com, saat kejadian, Moses yang kala itu sedang mencari makan malam melintasi para demonstran yang ricuh dihajar aparat lantaran dikira massa demonstran. Sementara ia tinggal di Gang Brojolamatan No 9A, Mrican, Yogyakarta.
Moses ditemukan dalam kondisi sekarat oleh beberapa mahasiswa di posko PMI Universitas Sanata Dharma. Ia ditemukan tergeletak di jalan dengan kondisi tangan patah menelikung ke belakang, ditambah luka parah di bagian kepala dengan telinga dan hidung mengalir darah.
Belum sampai mendapat pertolongan, saat dibawa oleh ambulans menuju Rumah Sakit Panti Rapih sekitar pukul sepuluh malam, ia meninggal. Visum RS Panti Rapih menyatakan Moses mengalami pendarahan pada bagian telinga dan mulut. Ia diduga mengalami retak dalam tulang dasar tengkorak.
Sebelum Moses Gatotkaca meninggal, warga yang tinggal di sekitar lokasi demonstrasi tidak berani keluar rumah saat malam. Ketakutan warga ditambah dengan adanya korban sasaran aparat. Untuk mengenang kekejian kejadian yang menewaskan Moses, sejak 20 Mei 1998, Jalan Kolombo yang berada di sebelah kampus Universitas Sanata Dharma Yogyakarta diubah menjadi Jalan Moses Gatotkaca.
RISMA DAMAYANTI
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.