Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Mengumpan Petani Sidrap

Kab. Sidrap dijuluki kantong pangan Sul-Sel. Setelah irigasi bulu cenrana dibenahi, sistem pangairan sawah teratasi dan diperkenalkan traktor mini. Bagi yang hasilnya meningkat disediakan tiket ONH.(dh)

1 April 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KETIKA Sulawesi Selatan dibebani tugas membantu memenuhi persediaan pangan nasional, Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap)-lah yang memikulnya. Dan sejak itu Sidrap terkenal dengan julukan kantong pangan Sulawesi Selatan. Kabupaten Sidrap terletak 180 km di sebelah timur laut Kotamadya Ujung Pandang. Sekitar 95% dari 196.000 jiwa penduduknya bertani padi di atas tanah sawah 45.000 hektar. Tapi julukan sebagai kantong pangan taklah dicapai dengan begitu saja. Bupati Sidrap H. Arifin Nu'mang mengungkapkan bahwa tak sedikit areal persawahan yang terbengkalai di awal masa jabatannya, 8 tahun yang lalu. Penyebabnya tak lain karena sistem pengairan yang belum mampu membasahi seluruh areal persawahan. Baru setelah irigasi Bulu Cenrana dibenahi kesulitan itu dapat diatasi. Sesudah itu diperkenalkan pula cara-cara bercocok tanam baru. Melalui masa penyuluhan yang cukup panjang, akhirnya Bimas merata di kalangan seluruh petani. Namun usaha berikutnya, ialah menyingkirkan kerbau dan cangkul dari petak-petak sawah untuk mencukupi tenaga kerja yang kurang. Traktor mini diperkenalkan. Untuk ini Bank Kakyat Indonesia (BRI) setempat rupanya membantu merancarkan KIK sehingga para petani mudah memiliki kerbau bermesin itu. "Program ini di samping berhasil meningkatkan produksi, juga membantu mengatasi kekurangan tenaga kerja" tutur drs. Abdul Malik BM, Kepala Subdit Perekonomian Daerah Sulawesi Selatan. Dan ternyata produksi yang hanya 84.000 ton sewaktu tenaga kerbau masih diperas, menjadi 119.000 ton setelah traktor mini banyak dimiliki petani. Barlapis 1 K Emas Tak heran jika akhirnya Bupati Sidrap mengidam-idamkan panen 5 kali tiap 2 tahun di daerahnya. Gagasan ini rupanya memang masuk akal, lebih-lebih karena dari pihak PU Seksi Pengairan Sidrap sudah bersiap-siap. "Kami siap mensuplai air asalkan sistem pengelompokan dan serempak dalam pengolahan sawah bisa teratur" kata Thamrin Kuba B.I.E. dari PU Seksi Pengairan Sidrap. Dengan demikian aliran air ke petak-petak sawah mudah dikontrol. Dari pihak Dinas Pertanian setempat agaknya juga sudah berhitung. "Rencana itu bisa dilaksanakan dengan memakai bibit varitas unggul tahan wereng (VUTW), dengan umur hanya 115 hari, termasuk masa pembibitan" kata Ir. Akhmad dari Dinas Pertanian Sidrap. Meskipun demikian, Bupati Arifin masih ingin memancing gairah petani untuk meningkatkan hasil sawah mereka. Untuk ini ia telah membuat piala perak seberat 6 kg dilapisi 1 kg emas untuk diberikan kepada desa yang paling banyak menghasilkan padi. Selain itu juga diberikan hadiah keliling gratis melihat pertanian di Jawa serta tiket ONH ke Tanah Suci.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus