SEKITAR lima belas ribu penduduk Kecamatan Paga, Kabupaten
Sikka, Flores, kini tengah megap-megap dilanda kelaparan. Sebab
sudah 3 tahun berturut-turut penduduk yang tersebar di desa-desa
Renggarasari, Masabewa, Bu Utara dan Bu Selatan itu dihajar
kemalangan berupa terjangan angin kencang. Yang terakhir bahkan
menyebabkan hasil panen amblas seluruhnya. Angin dahsyat
terakhir menerjang Oktober tahun lalu itu, meluluhkan semua
yang ada di permukaan 4 desa di dataran tinggi dan jauh di
pedalaman serta kampung-kampungnya saling berjauhan itu. Bencana
kelaparan pun melanda penduduk tanpa pandang umur. Anak-anak,
ibu-ihu hamil dan orang-orang tua yang pucat pasi, kurus, lemah
tak berdaya serta rambut rontok dengan kaki, tangan serta
muka-muka bengkak jadi pemandangan biasa di sana.
Tinggal 1/10
Sebenarnya drs. Dan Woda Palle,Penjabat Bupati Sikka sudah
punya firasat sebelumnya. Sebab tatkala bencana tiupan angin
pertama terjadi di tahun 1976--waktu itu ia masih Sekwilda Sikka
--ia memperhitungkan panen yang bisa dipetik tinggal seperempat
bagian saja. Lalu di peristiwa tahun 1977 kembali bencana
mengamblaskan seluruh hasil panen. Waktu itu Bupati Palle
mengambil langkah cepat. Ada Rp 38 juta uang proyek padat karya
untuk anggaran dua tahun terakhir dialihkannya untuk
menanggulangi musibah itu.
Tapi peristiwa terakhir itu jauh lebih parah akibatnya. Kini
tinggal sepersepuluh bagian penduduk saja yang tak terkena wabah
busung lapar. Pertengahan Pebruari lalu dilaporkan 6 anak
meninggal dunia. Maka sekembalinya Palle dari raker para bupati
di Jakarta Pebruari lalu, cepat-cepat ia mendrop sepuluh ton
bahan makanan ke Desa Bu Utara dan Bu Selatan.
Perlu Waktu
Namun upaya itu tak mampu membendung wabah busung lapar. Dinas
Kesehatan Kabupaten yang diminta Penjabat Bupati Palle membuat
laporan, membenarkan keadaan tersebut. Dan data terperinci yang
dikumpulkan petugas gizi pimpinan M.J. Colson dari Biro Sosial
Maumere berdasarkan laporan Romo Lukas Bao Teluma, Pastor
Paroki Wolofeo, menyebutkan bahwa dari 542 anak sekolah usia 614
tahun, ada 114 anak (21,3% menderita kurang gizi. Lalu dari 645
anak usia 0 - 5 tahun yang bergizi kurang dipergoki sebanyak 304
anak (47,13%). Sedang selebihnya menderita buruk gizi. Laporan
itu berdasarkan pengamatan dan pemeriksaan keadaan gizi
anak-anak di Desa Renggasari meliputi Kampung-kampung Wolofeo,
Tubumuri, Peipenga, Ratekombo dan Masabewa. Tapi itupun bukan
dari jumlah keseluruhan anak sekolah desa itu. Sebab telah
berbulan-bulan sebagian anak-anak itu absen belajar karena harus
pergi ke hutan mencari umbi yang disebut ondo buat pengganjel
perut.
Tak ayal lagi penjabat Bupati Palle meninjau Wolofeo. Sepuluh
ton beras, jagung serta obat-obatan tak lupa dibawanya.
Sepanjang perjalanan dari Kaliwajo ke Wolofeo yang harus
ditempuh jalan kaki di siang terik itu, Bupati Palle sempat
memergoki penduduk yang berjaga-jaga di kebunnya. "Mereka adalah
sebagian dari yang sepersepuluh jumlah penduduk yang belum
terlalu menderita. Mereka khawatir hasil kebun mereka diserbu
mereka yang lapar. Dan akhir-akhir ini banyak hewan-hewan mereka
yang lenyap atau mati," tutur Bupati Palle kepada Pembantu TEMPO
di Maumere.
Bupati Palle juga menyaksikan sekitar 90 anak balita dan anak
sekolah yang menderita kurang gizi dan buruk gizi. Anak-anak itu
bersama ibu, bapak atau saudara-saudaranya yang bertindak
sebagai pengasuh sedang dirawat oleh para petugas gizi dari Biro
Sosial Maumere di bangunan darurat pastoran Wolofeo. "Suku ini
bisa musnah," gumam Bupati Palle kelahiran Kecamatan Paga itu
terharu. Sedang Camat Paga, Domi Djuang da Costa BA yang
mengantar rombongan menangis tersedu-sedu. Camat kelahiran Paga
itu sebelumnya tak menyangka sama sekali rakyat di wilayahnya
akan menderita begitu rupa.
"Perlu waktu 4 - 5 tahun untuk memperbaiki keadaan ini. Padahal
dana sangat terbatas," tutur Bupati Palle. Apa yang bisa
diberikannya hanyalah apa yang sudah disalurkan sebelumnya dan
yang dibawanya hari itu. Syukur gereja Katolik setempat yang
tengah melakukan Aksi Puasa tahun ini, sejak Pebruari lalu
berupaya pula mengumpulkan makanan, pakaian bekas dan uang. Tapi
Bupati Palle masih tetap repot mencari bantuan.Sebab selain
anak-anak dan para pengasuhnya mesti dikasih makan sehari 3
kali, jumlah yang memerlukan bantuan terus bertambah. Tambah
lagi di 3 desa lainnya perlu pula dibangun penampungan darurat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini