Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Mereka Terancam Musnah

Sekitar 15 ribu penduduk kec. Paga, kab. Sikka, Flores dilanda kelaparan. Sudah 3 tahun berturut-turut dilanda angin kencang. menyebabkan hasil panen amblas seluruhnya. (dh)

1 April 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEKITAR lima belas ribu penduduk Kecamatan Paga, Kabupaten Sikka, Flores, kini tengah megap-megap dilanda kelaparan. Sebab sudah 3 tahun berturut-turut penduduk yang tersebar di desa-desa Renggarasari, Masabewa, Bu Utara dan Bu Selatan itu dihajar kemalangan berupa terjangan angin kencang. Yang terakhir bahkan menyebabkan hasil panen amblas seluruhnya. Angin dahsyat terakhir menerjang Oktober tahun lalu itu, meluluhkan semua yang ada di permukaan 4 desa di dataran tinggi dan jauh di pedalaman serta kampung-kampungnya saling berjauhan itu. Bencana kelaparan pun melanda penduduk tanpa pandang umur. Anak-anak, ibu-ihu hamil dan orang-orang tua yang pucat pasi, kurus, lemah tak berdaya serta rambut rontok dengan kaki, tangan serta muka-muka bengkak jadi pemandangan biasa di sana. Tinggal 1/10 Sebenarnya drs. Dan Woda Palle,Penjabat Bupati Sikka sudah punya firasat sebelumnya. Sebab tatkala bencana tiupan angin pertama terjadi di tahun 1976--waktu itu ia masih Sekwilda Sikka --ia memperhitungkan panen yang bisa dipetik tinggal seperempat bagian saja. Lalu di peristiwa tahun 1977 kembali bencana mengamblaskan seluruh hasil panen. Waktu itu Bupati Palle mengambil langkah cepat. Ada Rp 38 juta uang proyek padat karya untuk anggaran dua tahun terakhir dialihkannya untuk menanggulangi musibah itu. Tapi peristiwa terakhir itu jauh lebih parah akibatnya. Kini tinggal sepersepuluh bagian penduduk saja yang tak terkena wabah busung lapar. Pertengahan Pebruari lalu dilaporkan 6 anak meninggal dunia. Maka sekembalinya Palle dari raker para bupati di Jakarta Pebruari lalu, cepat-cepat ia mendrop sepuluh ton bahan makanan ke Desa Bu Utara dan Bu Selatan. Perlu Waktu Namun upaya itu tak mampu membendung wabah busung lapar. Dinas Kesehatan Kabupaten yang diminta Penjabat Bupati Palle membuat laporan, membenarkan keadaan tersebut. Dan data terperinci yang dikumpulkan petugas gizi pimpinan M.J. Colson dari Biro Sosial Maumere berdasarkan laporan Romo Lukas Bao Teluma, Pastor Paroki Wolofeo, menyebutkan bahwa dari 542 anak sekolah usia 614 tahun, ada 114 anak (21,3% menderita kurang gizi. Lalu dari 645 anak usia 0 - 5 tahun yang bergizi kurang dipergoki sebanyak 304 anak (47,13%). Sedang selebihnya menderita buruk gizi. Laporan itu berdasarkan pengamatan dan pemeriksaan keadaan gizi anak-anak di Desa Renggasari meliputi Kampung-kampung Wolofeo, Tubumuri, Peipenga, Ratekombo dan Masabewa. Tapi itupun bukan dari jumlah keseluruhan anak sekolah desa itu. Sebab telah berbulan-bulan sebagian anak-anak itu absen belajar karena harus pergi ke hutan mencari umbi yang disebut ondo buat pengganjel perut. Tak ayal lagi penjabat Bupati Palle meninjau Wolofeo. Sepuluh ton beras, jagung serta obat-obatan tak lupa dibawanya. Sepanjang perjalanan dari Kaliwajo ke Wolofeo yang harus ditempuh jalan kaki di siang terik itu, Bupati Palle sempat memergoki penduduk yang berjaga-jaga di kebunnya. "Mereka adalah sebagian dari yang sepersepuluh jumlah penduduk yang belum terlalu menderita. Mereka khawatir hasil kebun mereka diserbu mereka yang lapar. Dan akhir-akhir ini banyak hewan-hewan mereka yang lenyap atau mati," tutur Bupati Palle kepada Pembantu TEMPO di Maumere. Bupati Palle juga menyaksikan sekitar 90 anak balita dan anak sekolah yang menderita kurang gizi dan buruk gizi. Anak-anak itu bersama ibu, bapak atau saudara-saudaranya yang bertindak sebagai pengasuh sedang dirawat oleh para petugas gizi dari Biro Sosial Maumere di bangunan darurat pastoran Wolofeo. "Suku ini bisa musnah," gumam Bupati Palle kelahiran Kecamatan Paga itu terharu. Sedang Camat Paga, Domi Djuang da Costa BA yang mengantar rombongan menangis tersedu-sedu. Camat kelahiran Paga itu sebelumnya tak menyangka sama sekali rakyat di wilayahnya akan menderita begitu rupa. "Perlu waktu 4 - 5 tahun untuk memperbaiki keadaan ini. Padahal dana sangat terbatas," tutur Bupati Palle. Apa yang bisa diberikannya hanyalah apa yang sudah disalurkan sebelumnya dan yang dibawanya hari itu. Syukur gereja Katolik setempat yang tengah melakukan Aksi Puasa tahun ini, sejak Pebruari lalu berupaya pula mengumpulkan makanan, pakaian bekas dan uang. Tapi Bupati Palle masih tetap repot mencari bantuan.Sebab selain anak-anak dan para pengasuhnya mesti dikasih makan sehari 3 kali, jumlah yang memerlukan bantuan terus bertambah. Tambah lagi di 3 desa lainnya perlu pula dibangun penampungan darurat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus