SEJUMLAH spanduk dan poster meramaikan halaman gedung Departemen Kehutanan, Manggala Wanabakti, Sabtu pagi pekan lalu. Pembawanya sekitar 50 mahasiswa dari Jakarta. Bogor, Bandung, Tangerang. dan Bandarlampung. "Tuan penguasa, bebaskan hutan Tangerang dari ketamakan," begitu tulisan sebuah poster. Aksi protes? Tampaknya begitu. "Perusakan hutan lindung di sana sudah meresahkan masyarakat. Kami berusaha menggugah perhatian Pemerintah terhadap kasus ini," kata Dido Guminda Sakti, mahasiswa Universitas Pakuan, Bogor, yang menjadi koordinator kegiatan ini. Niat mereka untuk menemui Menteri Kehutanan Hasjrul Harahap gagal. Sebab, selain Hasjrul sedang menghadiri peresmian gedung Perpustakaan Nasional, pintu kaca menuju lobi gedung tertutup rapat dan dijaga ketat. Maka, mereka cuma bisa bergerombol di pelataran depan gedung. Sebagian berteriak-teriak, memekikkan jargon-jargon tentang demokrasi, juga tentang pelestarian lingkungan. Nama seorang pengusaha terkemuka Indonesia mereka sebut pula. Hampir pukul 12.00, akhirnya Dido bersama lima rekannya diterima oleh Sekretaris Jenderal Departemen Kehutanan Ir. Sudjono Surjo di ruang kerjanya. Pada Sudjono, mereka minta Departemen Kehutanan menindak para perusak hutan lindung di Kecamatan Sepatan, Mauk, dan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang. Menurut mereka, hutan lindung seluas 1.500 hektar di tiga kecamatan itu dalam dua tahun terakhir telah dirambah untuk dijadikan tambak udang oleh orang tertentu. Sampai sekarang, menurut survei lapangan yang dilakukan para mahasiswa sudah 350 ha hutan pohon bakau, api-api, serta akasia dibabat atas perintah para juragan tambak. Akibatnya, angin Laut Jawa kini bebas tanpa penghalang menerpa rumah penduduk. Lebih parah lagi, limbah tambak udang itu, berupa sisa obat-obatan, mencemari air laut. Kini, ikan sudah sulit didapat sampai lima mil dari garis pantai, dan itu mematikan mata pencarian 3.000-an penduduk sekitar. Setelah menerima pernyataan mahasiswa, Sudjono memberi penjelasan. Katanya, sejak 1954 hutan itu telah diserobot oleh 104 kk penduduk. Ternyata, tanpa diketahui Departemen Kehutanan, mereka menjual arealnya kepada sejumlah investor tambak udang. "Sampai sekarang belum satu pun tambak udang itu yang punya izin operasi," kata Sudjono. Setelah berlangsung setengah jam, pertemuan ini bubar dengan tertib. Ketika para mahasiswa akan meninggalkan gedung itu, tiba-tiba Menteri Kehutanan Hasjrul Harahap muncul. Ia segera meladeni mahasiswa-mahasiswa itu. "Kami tak bisa bertindak begitu saja. Mereka itu kan rakyat Indonesia juga," katanya menyinggung investor tambak udang tanpa izin itu. Sebaliknya, ia menantang mahasiswa agar melakukan gerakan penyuluhan hukum dan lingkungan hidup. "Kalau masyarakat sudah sadar, soal itu tak akan ada," katanya. Mereka diajaknya pula melakukan tindakan nyata. "Kapan kalian bersedia, ayo kita sama-sama menanam pohon bakau di sana," katanya. Lalu, sembari berpegangan tangan dengan mahasiswa, Hasjrul ikut menyanyikan lagu Padamu Negeri dan Syukur, di pelataran gedung. "Kami puas kali ini. Sekarang yang ditunggu apakah pernyataan para pejabat itu akan menjadi tindakan nyata," kata Ali Akbar, mahasiswa Universitas Nasional Jakarta, salah seorang delegasi. Humas Pemda Tangerang Mochamad Ashari membenarkan, dari 1.000 ha lebih tambak udang di daerahnya, ada yang berlokasi di hutan lindung. "Kami segera mengamankan itu karena tambak itu mengancam sepanjang pantai Tangerang. Pantai itu bisa mengalami abrasi," katanya. Amran Nasution, Budiono Darsono
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini