Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) menyatakan dukungannya terhadap pembangunan ibu kota baru Indonesia, Nusantara (IKN). Mereka juga mendesak kerja sama dalam mengatasi kekurangan dalam proyek tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kami suku Dayak melalui Dewan Adat Nasional Dayak telah mendeklarasikan bersama mendukung IKN di Kalimantan Timur,” kata Andersius Namsi, Wakil Ketua MADN Bidang Dalam Negeri, dalam keterangan yang dikeluarkan Otoritas Ibu Kota Nusantara (Otorita IKN). pada Sabtu, 23 Maret seperti dikutip dari Antara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Mungkin ada yang kurang atau bahkan salah; kita bisa memperbaikinya bersama. Kami mengingatkan pemerintah; kami ingatkan kepada aparat yang membangun IKN,” ujarnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, semua orang diperbolehkan berbeda pendapat dan kritis terhadap suatu hal. Namun, kritik tersebut harus bersifat membangun dan memberikan solusi.
“Kami menerima kritik yang membangun dan menghormati adat budaya Dayak,” kata Namsi.
Ia juga menyampaikan keprihatinannya terhadap seorang panglima suku Dayak yang menentang proyek pembangunan IKN.
“MADN sangat prihatin dengan adanya warga Dayak yang mengaku sebagai Panglima yang mengecam proyek pembangunan IKN di Kalimantan Timur,” ujarnya.
Namsi menekankan pentingnya menggunakan kritik yang membangun sesuai dengan adat dan budaya Dayak daripada menyampaikan kecaman. Dia mengatakan para panglima Dayak telah mengembangkan kemampuannya untuk membantu dan memberikan perlindungan kepada masyarakat adat Dayak bila diperlukan.
Mengenal Ikon Panglima-Panglima Suku Dayak
Suku Dayak adalah salah satu suku asli yang tinggal di wilayah Kalimantan, Indonesia. Suku Dayak terdiri dari beberapa sub-suku seperti Ngaju, Iban, dan Kenyah yang memiliki kebudayaan, adat istiadat, dan bahasa yang berbeda-beda. Suku Dayak dikenal sebagai suku yang memiliki kearifan lokal yang tinggi dan masih menjalankan tradisi dan adat istiadat nenek moyang mereka.
Selain itu, suku Dayak juga terkenal dengan panglima perangnya yang memiliki kekuatannya masing-masing. Dilansir dari berbagai sumber, berikut deretan panglima perang suku Dayak.
Panglima Burung
Nama Panglima Burung muncul ketika konflik di Sampit dan Sambas, seperti dilansir dari akun Facebook resmi Borneo dengan nama akun @Borneo8888, Panglima Burung diyakini sebagai suatu makhluk yang agung, sakti, dan berwibawa.
Sosok tersebut dipercaya menghuni gunung di pedalaman Kalimantan, terdapat cerita mengenai Panglima Burung, ada yang menyebut bahwa sosok tersebut telah hidup ratusan tahun dan tinggal di perbatasan antara Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah, ada pula kabar bahwa Panglima Burung berwujud gaib dan bisa berwujud laki-laki atau perempuan tergantung dengan situasi, ada pula yang menyebut bahwa sosok Panglima Burung merupakan bentuk penjelmaan dari burung enggang yang merupakan burung keramat dan suci di Kalimantan.
Panglima Burung dikenal sebagai sosok pelindung dan pemersatu suku Dayak, ketika dalam medan perang, Panglima Burung dipercaya memiliki kekuatan untuk mengendalikan Mandau terbang.
Panglima Naga
Dilansir dari kanal YouTube Alvino Adi, dengan judul video “Panglima Naga Suku Dayak yang Belum Diketahui Banyak Orang, Panglima Perang Legenda Dayak” menyebut bahwa Panglima Naga merupakan panglima yang paling susah ditemui dan menjadi panglima yang paling misterius. Konon tempat tinggalnya berada di gunung dan memiliki hidup secara berpindah-pindah atau nomaden. Selain itu, kekuatannya pun tidak diketahui karena kemisteriusan sosok tersebut.
Panglima Sumpit
Selain mandau, masyarakat suku Dayak juga memiliki senjata tradisional yang dikenal dengan nama sumpit. Senjata tradisional tersebut digunakan untuk membunuh secara diam-diam dengan jarak akurasi tembak hingga mencapai 200 meter. Senjata tersebut digunakan Panglima Sumpit yang dipercaya menggunakan senjata tersebut dalam medan perang sama halnya dengan Panglima Burung dan Mandaunya.
Panglima Api
Seperti namanya, Panglima Api merupakan sosok legendaris suku Dayak yang dipercaya hanya muncul ketika kondisi perang yang mendesak suku Dayak. Panglima legendaris tersebut dipercaya mampu membakar habis seluruh musuh yang berada dalam medan perang.
Panglima Guntur
Panglima Guntur dipercaya hadir awalnya dari Raden Sulaiman yang merupakan sultan pertama dari Kesultanan Sambas diberikan 3 meriam kecil oleh mertuanya, yakni Ratu Sepundak. Konon katanya ada meriam keempat yang datang dengan sendirinya, meriam keempat tersebut merupakan sosok Panglima Guntur yang menjelma sebagai meriam kecil atau dikenal dengan Meriam Beranak oleh masyarakat Sambas.
Cerita penjelmaan tersebut bermula ketika suatu waktu Panglima Guntur dan pasukannya sedang terbang di hutan hendak menyerang Kesultanan Sambas. Namun dengan bantuan kerajaan gaib Batu Bejamban Paloh dan ayat kursi, seketika pasukan tersebut runtuh. Dalam medan perang, kehadiran Panglima Guntur diawali dengan suara guntur yang menggelegar.
Panglima Kumbang
Jika panglima perang suku Dayak terkenal dengan kekuatannya yang bersifat mematikan bagi musuh, tetapi tidak dengan Panglima Kumbang. Panglima Kumbang dikenal sebagai panglima yang mencintai kedamaian dan sabar dan sering muncul untuk menyelesaikan konflik antar suku. Selain itu, Panglima Kumbang memiliki kekuatan untuk membuat prajurit kebal senjata.
HATTA MUARABAGJA | RENO EZA MAHENDRA