Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Palsu beranak-cucu

Komplotan pemalsu ijazah dibongkar. pemasarannya lewat perantara atau dari mulut ke mulut. ada kerja sama dengan biro lowongan kerja palsu.

29 Januari 1994 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBUAH komplotan pemalsu ijazah digulung lagi oleh polisi Semarang. Enam anggota komplotan Sunaryo Dargo Wiyono ditangkap berikut barang bukti berupa blanko ijazah berjumlah lebih dari 2.000, 1.600-an ijazah yang siap diedarkan, 7 sertifikat tanah, dan 320 stempel palsu dari berbagai instansi -- termasuk Polresta Yogyakarta -- dua pekan lalu. "Permainan komplotan ini dapat membawa dampak buruk bagi dunia pendidikan," kata Kepala Polda Jawa Tengah, Mayjen Pol. A.A. Soegiyo. Komplotan ini terungkap gara-gara Hermiyanto, seorang pengacara praktek di Semarang, yang lagi apes. Ia bermaksud menjadi anggota Ikadin Semarang. Rupanya, seorang pengurus Ikadin curiga dengan kopi ijazah sarjana hukum Universitas Janabadra, Yogya, milik Hermiyanto. Ijazah itu tak sama dengan yang dimilikinya -- kebetulan dari universitas itu juga. Maka, Samekto, Ketua Ikadin Semarang, lantas menunjukkan ijazah Hermiyanto itu ke almamaternya, Universitas Janabadra, Yogya. Dan ternyata, menurut Dekan Fakultas Hukum, Wiwoho Sudjono, ijazah "calon anggota Ikadin" itu palsu. Maka, Ikadin Semarang pun melaporkannya ke polisi. Polisi memang menemukan ijazah, skripsi, dan topi wisuda Universitas Janabadra -- semua palsu -- di rumah Hermiyanto. Bekas pedagang kelontong yang cuma lulus SMP dan selalu berpenampilan perlente ini pun mengaku pada polisi, ijazah sarjana hukum dan SMA Piri, Yogya, didapatnya dari Sunaryo tadi. "Saya beli ijazah SH Rp 3,5 juta," katanya. Polisi segera menangkap Sunaryo, yang ternyata sudah tiga kali dipenjara 49 bulan karena kasus serupa, pemalsuan ijazah. Dengan terus terang Sunaryo, pensiunan Biro Akuntan Yogya, mengaku bersama komplotannya telah menjual 10 ijazah dari SD hingga sarjana. Ia obral ijazah Universitas Janabadra, Universitas Atmajaya Yogya, Universitas 17 Agustus Jakarta, dan juga Universitas Terbuka. "Ijazah sarjana kami jual Rp 4 juta," katanya kepada TEMPO. Untuk sarjana muda, Rp 2,5 juta, dan SMA Rp 1,5 juta. "Itu harga bersih. Perantaranya harap cari untung sendiri." Hasilnya dibagi-bagi untuk "pembantu"- nya yang kini diperiksa polisi, yakni Sampurno, Citro Atmojo, Yakub H. Sely, Ali Djojo, dan Manase H. Sely. Kepada polisi, Sunaryo mengatakan, konsumen biasanya datang lewat perantara yang sekaligus berfungsi sebagai "salesman". Komplotan itu juga membantu konsumen yang duitnya cekak. Mereka bisa lebih dulu membeli sertifikat tanah -- tentu juga palsu -- dengan harga lebih miring, sekitar Rp 400 ribu. Dengan sertifikat itu, mereka lantas meminjam uang dari bank, untuk membeli ijazah. Nah, itulah kiat bisnis Sunaryo, sekali jual dua produknya laku. Ternyata, bisnis palsu-memalsu ini pun beranak-cucu. Hermiyanto "S.H." dan komplotannya, misalnya, setelah mengantongi ijazah palsu, berbisnis lowongan kerja bagi pemuda berijazah -- asli dan palsu -- SMA dan sarjana. Lapangan kerja yang ditawarkan ada di Departemen P dan K, pemerintah daerah Jawa Tengah, bank, dan lain-lain. Tiap orang dipungut Rp 2 juta sampai Rp 6 juta. Dari 250 pelamar yang "ditolong" Hermiyanto, menurut Kolonel Didi Widayati, Kepala Poltabes Semarang, yang memeriksanya, tak seorang pun yang berhasil mendapat pekerjaan. Kini polisi mencoba melihat hubungan komplotan Sunaryo dan Hermiyanto itu. Siapa tahu, ada kerja sama saling menguntungkan. Dan polisi juga tengah melacak, siapa saja yang menggunakan ijazah palsu itu dan apa dampaknya di masyarakat. Siapa tahu, ada yang sukses, walau dengan ijazah palsu.Bandelan Amaruddin (Semarang) dan Agus Basri (Jakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum