Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto memerintahkan kepada prajuritnya untuk mengembangkan diri dengan menguasai teknologi seiring berkembangnya zaman. Perintah itu ia sampaikan saat berpidato dalam acara pelantikan 805 prajurit karier TNI di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur pada Kamis, 27 Maret 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kalian harus terus mengembangkan diri, meningkatkan profesionalisme, dan menguasai teknologi agar dapat menghadapi tantangan dengan baik," kata Agus dalam amanatnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Agus, di era sekarang ancaman terhadap kedaulatan negara semakin kompleks. Agus mengatakan ancaman itu kini bisa berasal dari multidimensi seperti ancaman siber yang bisa menggangu stabilitas bangsa.
Dia mengungkapkan tentara punya peran yang krusial untuk menjaga persatuan dan kesatuan negara. Karena itu, jenderal bintang empat ini meminta kepada prajuritnya untuk terus berlatih dan belajar. "Kalian sebagai generasi muda TNI harus menjadi pilar pemersatu bangsa," ucap Agus.
Perintah Panglima TNI kepada anak buahnya untuk menguasai teknologi itu sejalan dengan tugas pokok baru militer. Dalam draf Pasal 7 Undang-undang TNI yang sudah disahkan dalam rapat paripurna DPR pada 20 Maret lalu, ada dua tugas baru TNI ihwal operasi militer selain perang. Di antaranya ialah penanggulangan ancaman di ruang siber, serta penyelematan warga negara Indonesia dan kepentingan nasional di luar negeri.
Melalui beleid itu, TNI disebut akan melakukan operasi informasi dan disinformasi untuk menanggulangi ancaman kedaulatan negara di ruang siber. Kepala Biro Infohan Sekretariat Jenderal Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Brigadir Jenderal Frega Ferdinand Wenas Inkiriwang mengatakan operasi itu menargetkan pihak-pihak yang memiliki motif melemahkan kepercayaan publik terhadap institusi pertahanan dan pemerintah. "Hingga yang berpotensi memecah belah bangsa,” kata Frega saat dihubungi pada Ahad, 23 Maret 2025.
Selain itu, operasi militer di ruang siber itu diarahkan untuk pihak yang menyebarkan hoaks, sekaligus pihak yang memutarbalikkan fakta. Namun Frega menegaskan operasi itu bukan diarahkan kepada pihak yang memberikan kritik.
Dia juga menyebutkan militer akan menanggulangi penyerangan terhadap sistem pertahanan dan komando militer di ruang siber. Bentuk ancamannya seperti peretasan, sabotase digital, atau pencurian data strategis.
Militer juga akan menanggulangi ancaman terhadap infrastruktur kritis nasional, seperti serangan terhadap jaringan listrik dan telekomunikasi. “Penanggulangan juga terhadap transportasi dan beberapa lainnya yang dapat berdampak pada stabilitas negara,” ujarnya.
Frega menambahkan militer juga akan menanggulangi serangan siber dari aktor negara atau non-negara yang berdampak pada keamanan nasional. Serangan itu bisa dalam bentuk spionase maupun cyber warfare.
Hendrik Yaputra berkontribusi dalam penulisan artikel ini.