Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Pelantikan

Deputi ketua BPPT, dilantik menjadi gubernur sulawesi selatan, menggantikan brigjen andi odang. (nas)

2 Juli 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GUBERNUR baru ini sipil. Lagi pula putra daerah. Dan profesor. Ia, Prof. Dr. Achmad Amiruddin, 50 tahun, yang Rabu pekan lalu dilantik Menteri Dalam Negeri Soepardjo Roestam sebagai Gubernur Sulawesi Selatan menggantikan Brigjen Andi Oddang. Suasana upacara di ruang sidang DPRD Sulawesi Selaun pagi itu akab. Barangkali lantaran Amiruddin dan Soepardjo teman lama. Ketika Amiruddin menjadi ketua Jurusan Kimia Uniersitas Kebangsaan Malaysia (1970-1973), Soepardjo menjabat Dubes RI di Kuala Lumpur. Tak heran bila seusai upacara, senyum dan tawa cerah sering muncul. Ketika Amiruddin mengganti pakaian upacara dengan seragam barunya sebagai gubernur, Soepardjo membantu membetulkan tanda jabatan sahabatnya itu. Dalam kata sambutannya Soepardjo menekankan hakikat kekuasaan. "Hakikat menjalankan pemerintahan ialah mengabdi rakyat. Bukan rakyat yang harus mengabdi pemerintah. Pemerintah daerah merupakan pamong, memberi pengayoman, perlindungan kepada seluruh rakyat," kata Menteri Dalam Negeri dengan nada suara tinggi melenghng, agak serak. Di lain bagian Menteri Dalam Negeri menilai kepemimpinan Oddang sebagai berhasil. Banyak kalangan di provinsi itu berusaha mempertahankan Oddang. Namun, seperti diungkapkan Ketua DPD Golkar Sulawesi Selatan H.M. Arsyad, karena daerah ini dinilai "cukup aman" maka sudah waktunya kepemimpinannya dialihkan ke tangan sipil. "Itulah sebabnya Golkar mencalonkan Prof. Dr. Amiruddin," katanya. Sebelumnya, sarjana kimia ITB yang pernah menjadi Rektor Unhas ini adalah Deputi Ketua BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi). Karir Amiruddin dari dunia ilmu meloncat ke bidang pemerintahan, tidak perlu mengagetkan. Sebelumnya sudah ada, misalnya, Almarhum Prof. Madjid Ibrahim (Daerah Istimewa Aceh). Bahkan kini Prof. Mantra pun masih Gubernur Bali. "Saya memang orang baru dalam kepamongprajaan. Tapi masalahnya kan hanya soal kepemimpinan," kata Amiruddin. Tampaknya ia optimistis. Meski begitu ia menyadari menghadapi tantangan berat. Beberapa aparat daerah ini -- yang terlibat manipulasi dana reboisasi -- telah "diobrak-abrik" oleh Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan Baharuddin Lopa yang dikenal dengan "Operasi November" itu. Namun dengan gaya seorang pendidik Amiruddin berkata: "Saya datang bukan mencari kesalahan dan menghukum, tapi untuk mendidik dan memperbaiki." Repotnya, daerah berpenduduk lebih dari 6 juta jiwa yang hendak diperbaiki Amiruddin ini, dananya banyak tergantun dari pusat. Pendapatan aslinya tak banyak. Komoditi ekspornya terbatas pada hasil tambak udang. Tak heran bila Andi Oddang pernah bertekad mengalihkan produksi pertanian daerahnya dari monokultur menjadi polikultur. Selain cengkih, dikembangkan tanaman keras lain seperti, cokelat, kapas, kelapa hibrida, kelapa sawit. Amiruddin sendiri belum bersedia membeberkan rencananya. "Kalau saya beberkan, jangan-jangan kelak tidak cocok dengan yang diinginkan rakyat," katanya. Ia ingin mempelajari dulu keinginan rakyat lantas menyelesaikannya dengan sumber daya yang tersedia. "Dalam hal ini saya ingin lebih mendayagunakan Bappeda, yang hendaknya dibantu sepenuhnya oleh perguruan tinggi," katanya lagi. Gubernur ahli kimia yang menggondol gelar doktornya di Universitas Kentucky, AS (1961), punya kesukaan baca buku, "terutama mengenai kepemimpinan dan manajemen", dan main tenis, tetap. Berasal dari Desa Gilirang, Kecamatan Wajo, cara hidupnya masih sederhana. Pukul 08.00 sudah berada di kantornya, Amiruddin masih merasa rikuh dibantu ajudan. Tas kerjanya masih dijinjingnya sendiri, pintu mobil dibuka dan ditutupnya sendiri. Ia nampaknya tak menyukai protokoler, sampai kini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus