Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Penelitian Internal: Radikalisme Tumbuh Subur di UIN Jakarta

Fundamentalisme dan radikalisme subur di UIN Syarif Hidayatullah sejak berubah dari IAIN. Ketika menjadi UIN, mahasiswanya berasal dari lulusan SMA.

2 Juli 2019 | 09.34 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Logo - UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Doc. KOMUNIKA ONLINE

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta -  Direktur Center for the Study of Religion and Culture (CSRC) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Idris Hemay mengatakan fundamentalisme dan konservatisme tumbuh subur di kalangan mahasiswa kampus itu. "Mahasiswa UIN Jakarta secara umum moderat, namun ada sebagian yang rentan terhadap fundamentalisme dan radikalisme," kata Idris saat dihubungi Tempo, Selasa, 2 Juli 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penelitian CSRC di lingkungan kampus menunjukkan pandangan fundamentalis tumbuh karena dampak berubahnya nama perguruan tinggi itu dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) menjadi UIN, pada 2002."Saat masih IAIN, mahasiswa kebanyakan dari pesantren dan madrasah.” Ketika menjadi UIN, kebanyakan mahasiswa dari sekolah umum.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mahasiswa dari sekolah umum inilah yang rentan disusupi paham keagamaan yang fundamentalis. “Bekal pengetahuan agamanya yang masih minim," ujar Idris.

Pihak kampus telah mengantisipasi suburnya fundamentalisme dan radikalisme itu. Rektor UIN, kata dia, saat ini mengembangkan moderasi keagamaan di UIN Jakarta. "Misalnya ulang tahun ke62 UIN kemarin, mengambil tema 'Meneguhkan Moderasi Islam menuju World Class University'," kata Idris.

Studi CSRC itu sejalan dengan survei SETARA Institute yang menyebut mahasiswa di Universitas Islam Negeri Jakarta dan UIN Bandung memiliki corak beragama paling fundamentalis dibandingkan 10 perguruan tinggi lainnya. SETARA menyebut faktor fundamentalisme  beragama ini dapat menjadi akar eksklusivisme dan perilaku intoleran.

Riset SETARA menemukan UIN Syarif Hidayatullah pada posisi kedua dari 10 perguruan tinggi paling fundamentalis yang diteliti. Pertumbuhan fundamentalisme di sana hingga 33 persen, kalah dari UIN Sunan Gunung Djati Bandung, yang mencapai 45 persen.

Di peringkat ketiga ada Universitas Mataram dengan skor 32 persen, lalu IPB 24 persen dan UNY 22 persen. Sedangkan Brawijaya 13 persen, UGM mendapatkan skor 12 persen, ITB 10 persen, Unair 8 persen dan UI 7 persen.

EGI ADYATAMA | ROSSENO AJI

Egi Adyatama

Egi Adyatama

Bergabung dengan Tempo sejak 2015. Alumni Universitas Jenderal Soedirman ini sejak awal meliput isu politik, hukum, dan keamanan termasuk bertugas di Istana Kepresidenan selama tiga tahun. Kini menulis untuk desk politik dan salah satu host siniar Bocor Alus Politik di YouTube Tempodotco

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus