Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Politik

Pengamat: Cawapres Tokoh Muda Islam Diharapkan Redam Isu SARA

Tokoh Islam dinilai bisa mendampingi calon presiden, yang mungkin akan berasal dari kalangan nasionalis.

28 Januari 2018 | 15.47 WIB

Pengamat Politik Lingkar Madani Ray Rangkuti, Pakar Politik Universitas Airlangga Kacung Marijan, dan Peneliti LSI Taufik Febri dalam sebuah acara diskusi bertajuk di Menemukan Tokoh Muda dan Islami di Bakoel Koffie, Cikini, Jakarta Pusat, 27 Januari 2018. Dewi Nurita/Tempo.
Perbesar
Pengamat Politik Lingkar Madani Ray Rangkuti, Pakar Politik Universitas Airlangga Kacung Marijan, dan Peneliti LSI Taufik Febri dalam sebuah acara diskusi bertajuk di Menemukan Tokoh Muda dan Islami di Bakoel Koffie, Cikini, Jakarta Pusat, 27 Januari 2018. Dewi Nurita/Tempo.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Lingkaran Survei Indonesia (LSI) merilis lima tokoh muda Islam yang berpeluang melengkapi calon presiden nasionalis dalam pemilihan presiden atau pilpres 2019. Peneliti LSI, Taufik Febri, menyatakan calon presiden nasionalis yang dipasangkan dengan tokoh muda Islam dapat mengantisipasi maraknya isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) dalam pilpres 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Memang harapannya calon wakil presiden (cawapres) dari tokoh muda Islam dapat menyatukan umat," kata Taufik dalam acara diskusi Menemukan Tokoh Muda dan Islami di Bakoel Koffie, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu, 27 Januari 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Taufik mengatakan pemilihan kepala daerah Jakarta telah membangunkan lagi kebutuhan masyarakat atas figur pemimpin Islam. Artinya, pilkada Jakarta seolah-olah jadi momentum umat Islam untuk bersatu.

Sebelum mantan presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur meninggal, menurut Taufik, penduduk muslim di Indonesia merasa terwakili. Namun saat ini tak ada tokoh sentral yang dapat menyatukan umat Islam.

Peluang ini dapat digunakan calon presiden nasionalis untuk mengarahkan masyarakat agar tak menggunakan isu SARA. LSI berpendapat dua calon presiden terkuat saat ini, Joko Widodo alias Jokowi dan Prabowo Subianto, dinilai sebagai sosok nasionalis.

"Sentimen agama sudah menemukan momentum dan umat merasa tak ada lagi tokoh sentral yang mewakili mereka. Hal ini menuntut kedua tokoh mencari pendamping dari kalangan Islam," kata Taufik.

Dari survei LSI, tokoh muda Islam itu di antaranya Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar, Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Muhammad Romahurmuzy, Presiden Partai Keadilan Sejahtera Sohibul Iman, Gubernur Nusa Tenggara Barat TGB. M. Zainul Majdi, dan Ketua Umum Partai Amanat Nasional Zulkifli Hasan.

LSI tidak spesifik menanyakan figur pemimpin Islam seperti apa yang kini diperlukan masyarakat. Adapun peluang mendefinisikan tokoh Islam itu masih besar mengingat 76,1 persen dari 1.200 responden survei LSI belum memutuskan pilihannya untuk pilpres 2019. Survei ini menggunakan metode multistage random sampling pada Desember 2017 dengan margin of error lebih-kurang 2,8 persen.

Lani Diana

Menjadi wartawan Tempo sejak 2017 dan meliput isu perkotaan hingga kriminalitas. Alumni Universitas Multimedia Nusantara (UMN) bidang jurnalistik. Mengikuti program Executive Leadership Program yang diselenggarakan Asian American Journalists Association (AAJA) Asia pada 2023.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus