Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Pesan Gelap dari Seberang

Pesan gelap dari Singapura menambah ruwet Partai Demokrat. Nazaruddin berjanji membuka diri.

6 Juni 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Subuh belum beranjak lama tatkala Indra Jaya Piliang meluncur dari rumahnya di bilangan Jalan Gajah Mada, Jakarta Barat, menuju sebuah stasiun televisi di kawasan Kebon Jeruk. Sabtu dua pekan lalu itu, ia diminta mewakili para pendukung klub Barcelona dalam acara bincang-bincang menjelang laga final Liga Champions melawan Manchester United, yang akan digelar esok diniharinya.

Dalam perjalanan itulah Ketua Departemen Kajian Kebijakan Partai Golkar ini menghidupkan telepon selulernya, dan menemukan pesan pendek itu. Dikirim dari nomor +6584393907, dan diterima pada pukul 00.14, isinya: ”Demi Alloh, Saya M. Nazaruddin telah dijebak, dikorbankan, dan difitnah…. Dari Singapore saya akan membalas....” Selanjutnya adalah sejumlah ancaman untuk membongkar berbagai skandal yang terkait dengan beberapa nama penting, termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Indra tak terlalu terkejut menerima pesan jenis itu. ”Sewaktu jadi juru bicara Jusuf Kalla-Wiranto dalam pemilihan presiden 2009, saya terbiasa menerima puluhan sampai ratusan sms setiap hari dengan berbagai macam nada, baik ancaman, pertanyaan, keluhan, maupun dukungan.” Tapi tak urung ia kirim pula satu kicauan melalui akun Twitter @IndraJPiliang pagi itu soal pesan tadi.

Seperti biasa, setiap kicauan tentang hal-hal ”unik” macam itu cepat menyebar dan beroleh tanggapan. Tapi Indra cukup kuat untuk tak mengirimkan kembali pesan itu, sampai sekitar tengah hari. Ketika itu seorang wartawan rekannya menanyakan apakah benar ia menerima langsung pesan itu dari nomor berkode negara Singapura. ”Lalu saya forward isi lengkap sms itu,” Indra bercerita ketika ditemui di kantor Indonesian Institute di Jalan Wahid Hasyim, Jakarta, Kamis pekan lalu.

Di dunia maya, pesan seperti yang diterima Indra berpindah dengan mudah dan segera ramai diperbincangkan. Sejumlah media online juga mulai memberitakan, bahkan beberapa dengan menampilkan utuh isi ”pesan gelap” itu, lengkap dengan reaksi silih berganti.

Puncaknya adalah pada Senin siang, ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menggelar jumpa pers khusus menyikapi beredarnya SMS tadi. Merasa difitnah, SBY membantah tuduhan-tuduhan tersebut dari Bandara Halim Perdanakusuma, sesaat sebelum berangkat ke Kalimantan Barat.

”Selama mengemban amanah melalui pemilu yang sah dan demokratis, saya kira ratusan fitnah datang kepada saya,” katanya. ”Selama ini saya memilih diam. Satu kali, dua kali, manakala fitnah itu keterlaluan, maka demi nama baik dan merupakan hak saya, saya perlu memberi penjelasan.”

Presiden mengeluhkan mudahnya pesan dari sumber yang tak jelas itu menyebar dengan bantuan teknologi informasi seperti SMS, Twitter, BlackBerry, dan sejenisnya. ”Fitnah yang dilemparkan oleh seseorang dari tempat gelap sangat luar biasa,” ujarnya.

”Itu seribu persen tidak mengandung kebenaran,” tutur SBY. ”Katanya ada megaskandal Bank Century, itu-itu lagi. Disebutkan tindakan saya yang tak terpuji. Ada lagi dikatakan Partai Demokrat punya tabungan Rp 47 triliun. Terbalik logikanya. Dia yang menuduh, dia yang membuktikan.”

Kritik juga dilemparkan ke sejumlah media yang memberitakan pesan-pesan itu begitu telanjang. ”Kalau sebuah sumber yang sangat tidak jelas diangkat menjadi sumber berita, rakyat kita ini dapat apa?” kata Presiden.

Tanggapan panjang-lebar yang secara langsung disampaikan Presiden itulah yang justru dinilai oleh berbagai pihak sebagai kerugian. ”Presiden lebih baik berkonsentrasi pada kepentingan yang lebih besar,” kata Roy Suryo, anggota Dewan dari Fraksi Demokrat. ”Presiden boleh gundah. Sampaikan saja melalui juru bicara, itu lebih elite.”

Roy, yang juga kerap disebut sebagai pengamat telematika, memastikan SMS bisa dikirim dari mana saja. Kode nomor Singapura dari si pengirim dengan mudah bisa dimanipulasi melalui teknologi pengiriman pesan via Internet ke telepon seluler. ”Sudah, biarkan saja, deh, tidak perlu berlebihan,” ia memberi saran. ”Saya akan sangat berterima kasih kalau ada yang mengaku pertama kali dapat SMS itu.”

Terprovokasi oleh pernyataan Presiden dan komentar Roy, Indra Piliang menyatakan di sebuah acara di televisi bahwa dia salah satu penerima langsung pesan itu. ”Saya ingin menunjukkan bahwa pesan itu tak berasal dari tempat yang gelap-gelap amat. Kalau mau, urusan ini bisa dibuat lebih terang,” Indra memberi alasan.

Pengakuan Indra ternyata berbuntut. Selang beberapa jam setelah acara di televisi pada Selasa pagi itu, ia menerima telepon dari Ajun Komisaris Sylvester Simamora. Sylvester memperkenalkan diri dari Badan Reserse Kriminal Markas Besar Polri yang diperintahkan menyelidiki SMS yang mengusik Presiden.

Hari itu juga Sylvester mendatangi Indra di kantor Indonesian Institute bersama Brigadir Satu Bambang Haryanto Siregar dan Brigadir Satu Aditya Cahya. ”Selama satu jam itu, saya tidak mendapat pertanyaan sebagaimana pemeriksaan biasa,” kata Indra. ”Apa yang mau ditanya? Saya berbohong pun tidak akan bisa, karena seluruh jejak digital ada di ponsel saya.” Data digital di Nokia E-7 Indra itulah yang siang itu disedot dan berpindah ke komputer jinjing polisi.

Sampai akhir pekan lalu polisi mengatakan telah memeriksa sejumlah orang sehubungan dengan SMS ini. Tapi belum ada kesimpulan mengenai siapa pengirim dan apa motifnya. ”Kami masih melakukan pendalaman,” kata Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Komisaris Jenderal Ito Sumardi.

l l l

NAMA Nazaruddin memang sedang meruap di langit pemberitaan. Bendahara Umum Partai Demokrat yang dipecat dua pekan lalu itu disebut-sebut terlibat dalam beberapa perkara. Ia pernah dikabarkan memperkosa seorang sales promotion girl pada 2010 di Bandung, ketika digelar Kongres Partai Demokrat. Nazar juga sempat disebut terlibat sengketa kasus pengadaan batu bara bagi Perusahaan Listrik Negara melawan mantan rekannya, Daniel Sinambela, yang kini meringkuk di tahanan.

Dalam skandal suap pembangunan wisma atlet SEA Games XXVI Jakabaring, Palembang, ia sempat disebut oleh Mindo Rosalina Manulang, salah satu tersangka kasus itu. Rosalina pernah mengatakan Nazaruddin atasannya di PT Anak Negeri, dan turut mendapatkan success fee Rp 25 miliar dari proyek Rp 191 miliar tersebut. Belakangan kesaksian dalam berita acara pemeriksaan itu dicabut, dan Rosa tiba-tiba mengaku tak kenal Nazar.

Kasus terakhir yang membuat kariernya tamat di Demokrat adalah dugaan penyuapan Sin$ 120 ribu terhadap Sekretaris Jenderal Mahkamah Konstitusi Janedjri M. Gaffar. Laporan atas dugaan suap yang disampaikan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud Md. ini menjadi semacam senjata pamungkas yang menghentikan perlawanan Nazar. Bersamaan dengan pengumuman pemecatannya, Senin, 23 Mei, Nazar terbang ke Singapura.

Kepergian itu satu hari lebih cepat dari surat permintaan cekal yang dilayangkan Komisi Pemberantasan Korupsi kepada Direktorat Jenderal Imigrasi. Lantaran itu pula Fraksi Demokrat memberi izin kepada Nazar, yang mengaku hendak memeriksakan jantungnya di Singapura. ”Seharusnya partai bisa melakukan pencegahan karena tahu Nazaruddin akan kami periksa,” kata Ketua KPK Busyro Muqoddas, menyesalkan keluarnya izin itu.

Merebak pula tudingan Demokrat sengaja mengatur ”pelarian” Nazar. Apalagi, sesaat sebelum terbang, Nazar masih sempat menemui Marzuki Alie, petinggi Demokrat yang juga Ketua Dewan Perwakilan Rakyat. Ketika itu Nazar ditemani dua tokoh Demokrat lainnya, Sutan Bhatoegana dan Max Sopacua.

Marzuki dan rekan-rekannya menepis tudingan dan mengaku tak tahu ihwal kepergian Nazar. Tapi Yudhoyono sebagai Ketua Dewan Pembina Partai memberi perintah jelas: partai harus mengupayakan kepulangan Nazar.

Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto juga ikut heboh. Ia memerintahkan Kepala Kepolisian RI Jenderal Timur Pradopo, Kepala Badan Intelijen Negara Sutanto, dan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa membantu membawa pulang politikus 32 tahun asal Simalungun itu.

”Pemerintah harus segera mengantisipasi,” kata Djoko. ”Paling tidak informasi sudah ditelusuri dan upaya-upaya dilakukan, sehingga apabila KPK memerlukan, yang bersangkutan segera bisa dihadirkan.” Satu lagi pesan Djoko, ”Keselamatannya harus dijaga.”

Satu sumber di Partai Demokrat mengatakan, soal keselamatan itu menjadi begitu penting untuk memastikan situasi tak bertambah ruwet. ”Bayangkan siapa yang akan dituding kalau tiba-tiba terjadi sesuatu yang buruk pada Nazar,” ujarnya. Apalagi sejak mula Nazar menunjukkan tak hendak lekas menyerah pada keputusan partai atas dirinya.

Sejak pergi ke luar negeri, sudah beberapa kali Nazar sesumbar akan membongkar borok partainya jika ia tetap ditendang. Ia, misalnya, sempat menyebut nama Andi Alifian Mallarangeng, politikus Demokrat yang menjabat Menteri Pemuda dan Olahraga, dan adiknya, Zulkarnain ”Choel” Mallarangeng, lebih banyak ”bermain” dalam proyek SEA Games. Kabar miring ini lekas dibantah Andi dan Choel.

Selasa pekan lalu, mestinya Nazar diperiksa bersamaan dengan pemanggilan Andi Mallarangeng sehubungan dengan suap proyek wisma atlet SEA Games. Tapi, meski pernah berjanji hendak pulang, Nazar tak muncul. Ia malah muncul di ranah maya melalui http://nazaruddin78.blogspot.com.

Di situ ia menulis sebuah testimoni, yang intinya menampik semua tuduhan yang mengarah kepadanya, dari kasus pemerkosaan, suap, sampai sengketa bisnis batu bara. Menurut dia, apa yang kini menimpa Demokrat pasti disambut sorak-sorai partai lain.

”Semua isapan jempol ini sudah menjadi bagian perusakan dan penghancuran Partai Demokrat melalui cara menembak secara amat kasar dan keji diri saya,” katanya. ”Dalam waktu dekat saya akan membuka diri, untuk menyampaikan apa yang sesungguhnya terjadi.” Kepada rekan-rekan separtai yang diutus menemuinya di Singapura, Nazar kembali berjanji, ia akan segera pulang.

Y. Tomi Aryanto, Bunga Manggiasih, Alwan Ridha Ramdani

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus