Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tak semua orang bingung mencari Muhammad Nazaruddin. Ketika dua pekan lalu publik di sini ribut membahas kehengkangannya ke Singapura, koleganya di Partai Demokrat bisa menghubunginya dengan mudah.
Awal pekan lalu, misalnya, ketika pesan pendek yang mengancam elite Partai Demokrat beredar luas, Sutan Bhatoegana mengirim pesan singkat ke BlackBerry Nazaruddin. ”Lagi apa, Zar? Apa benar sms gelap tentang ancaman terhadap Partai Demokrat itu?” Sutan bertanya.
Selang sebentar, balasan muncul di layar telepon pintar Sutan. Ringkas saja, ”Itu fitnah, Bang. Yang sms itu bukan saya.” Lancarnya komunikasi antara Nazaruddin dan rekan-rekan separtainya terasa kontras dengan pernyataan resmi pemimpin Partai Demokrat di depan publik.
Dalam berbagai rilis, jajaran teras partai penguasa ini seolah-olah tak tahu-menahu keberadaan Nazaruddin. Tapi Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum mengirim tim khusus untuk mencari dan menjemput Nazaruddin di Singapura. Sebelumnya, Ketua Dewan Pembina Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono berkali-kali meminta politikus 32 tahun itu pulang untuk memenuhi panggilan pemeriksaan Komisi Pemberantasan Korupsi.
”Setiap hari saya bicara dengan dia lewat BlackBerry Messenger,” kata Sutan. Bukan hanya Sutan yang bisa ”ngobrol” dengan Nazaruddin. Sekretaris Fraksi Demokrat di Senayan, Saan Mustopa, juga bisa berkomunikasi dengan rekannya itu.
Ketika Nazaruddin tidak memenuhi panggilan KPK, dia sempat menegur koleganya itu. ”Katanya ente lagi di Singapura, benar itu?” Saan bertanya. Nazaruddin segera menjawab, menyatakan berobat di Singapura. Sayangnya, Nazaruddin tidak menyebut nama rumah sakitnya di Singapura.
Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat yang juga Ketua Dewan Perwakilan Rakyat, Marzuki Alie, juga menyatakan sering dihubungi Nazaruddin. Terakhir, Selasa pekan lalu. ”Saya menanyakan kondisi kesehatannya,” kata Marzuki. ”Saya juga bilang agar segera kembali ke Indonesia jika sudah sehat.”
Kepergian Nazaruddin ke Singapura pun bukannya tanpa setahu petinggi Partai Demokrat. Saan, misalnya, bisa menjelaskan kapan persisnya Nazar meninggalkan Bandara Soekarno-Hatta. ”Dia naik Garuda Indonesia yang pukul 19.37,” kata Saan.
Dua jam sebelum berangkat, Nazaruddin masih ada di gedung DPR. Dia bertamu ke ruang kerja Marzuki Alie, dan mengeluhkan nasib buruk yang menimpanya.
Marzuki membenarkan pertemuan itu. Katanya tak sampai sepuluh menit. ”Dia minta bantuan memperjuangkan nasibnya di Dewan Kehormatan Partai,” ujarnya. ”Dia juga kelihatan kurang tidur,” Marzuki menambahkan.
Tapi Marzuki menampik permohonan Nazaruddin untuk membelanya. ”Saya tidak bisa masuk ke urusan Dewan Kehormatan,” tuturnya. Dia lalu memberi nasihat, ”Ini cobaan Tuhan. Kamu masih muda, karier politikmu masih panjang.”
Hampir semua politikus yang dimintai tolong oleh Nazaruddin mengaku tak bisa berbuat apa-apa. Namun mereka seolah sepakat bahwa Nazaruddin belum tentu bersalah. ”Kalau terbukti salah secara hukum, dia siap dipecat,” kata Sutan Bhatoegana. ”Tapi, kalau dinilai bersalah secara etika dan moral, apa indikatornya?”
Tak hanya meminta bantuan dari rekan-rekan separtainya, Nazaruddin mencoba jalan lain. Pekan lalu, muncul sebuah blog di Internet atas namanya.
Tak hanya blog, sebuah akun Twitter juga mulai beredar pada akhir pekan lalu. Akun Twitter @mnazar78 ini rajin berkicau membantah semua berita miring tentang Nazaruddin, seraya menyerang balik politikus Partai Demokrat. Tapi, kepada sejumlah media, Nazaruddin membantah akun itu miliknya.
Fanny Febiana
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo