Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Komentar Joko S. pada dinding Facebook pendukung salah satu calon Wali Kota Palopo, Sulawesi Selatan, Sabtu dua pekan lalu, mengagetkan Ikhwan Ibrahim. Menurut manajer bisnis harian Palopo Pos itu, Joko—yang diduga bukan nama asli—menulis, "Tunggu semua gerakan besar. Sudah jatuh palu untuk hancurkan Palopo Pos."
Mulanya Ikhwan tak ambil pusing. Tapi ia kemudian melaporkan tulisan itu kepada Kepala Kepolisian Resor Kota Palopo Ajun Komisaris Besar Endang Rasyidin. Sebab, menurut dia, wartawan kantornya juga nyaris diserang massa demonstran di kantor Panitia Pengawas Pemilu pada hari yang sama.
Namun permintaan bantuan pengamanan untuk kantor Palopo Pos pada saat rapat pleno Komisi Pemilihan Umum Kota Palopo, sehari setelahnya, tak dipenuhi. Polisi memusatkan seluruh kekuatan untuk menjaga kantor penyelenggara pemilihan itu. Pada hari itu, sejak pukul 08.00, digelar rapat pleno penetapan hasil pemilihan wali kota yang diikuti pasangan Judas Amir-Ahmad Syarifuddin dan Haidir Basir-Thamrin Jufri.
Satu jam sebelum sidang dibuka, pendukung Haidir-Thamrin telah memadati kantor Komisi. Bukan hanya warga Palopo, simpatisan dari Luwu dan Luwu Utara, yang berjarak 80 kilometer dari pusat kota, juga berdatangan. Mereka ditandai dengan pita ungu di lengan.
Lewat tengah hari, pasangan Judas Amir-Ahmad Syarifuddin dinyatakan sebagai pemenang. Mereka unggul 738 suara atas pasangan Haidir-Thamrin, yang meraih 36.731 suara. Massa berpita ungu mulai beringas. Mereka berusaha merusak kantor KPU. Sebagian dari mereka menenteng parang, katana, busur panah, dan senjata rakitan. Aparat keamanan menghalau demonstran.
Tak berhasil merusak KPU, demonstran menuju kantor Partai Golkar Palopo, beberapa ratus meter dari situ. "Ayo bakar-bakar. Lempar semuanya," teriak seseorang—belakangan diketahui bernama Andi Taufik, 30 tahun—yang terekam kamera polisi.
Massa terbelah. Mereka yang bergerak ke selatan merusak kantor wali kota, sekitar 300 meter dari kantor KPU. Kantor dinas perhubungan, yang berseberangan dengan kantor wali kota, juga dirusak. Dua mobil dan puluhan sepeda motor dibakar. Kelompok yang bergerak ke utara merusak kantor harian Palopo Pos, kantor biro Fajar, dan Kantor Kecamatan Wara Timur. "Kami hanya bisa berusaha menyelamatkan diri," kata Himawan, redaktur Palopo Pos.
Demonstran juga menutup sejumlah ruas jalan. Mereka menghadang mobil pemadam kebakaran. "Kami tidak menyangka massa akanmembakar dan merusak berbagai fasilitas umum," ujar Ajun Komisaris Besar Endang Rasyidin.
Situasi panas di Palopo, 365 kilometer ke arah utara dari Makassar, terasa sejak satu pekan sebelumnya. Pada masa tenang, Ahad dinihari, 24 Maret 2013, ratusan pendukung Haidir mendapati kaus dan sarung beratribut pasangan Judas Amir-Ahmad Syarifuddin bertebaran di lomba kartu. Sekretaris Kota Palopo, Sjamsu Rijal, yang dituduh membagikan perangkat kampanye itu, hampir diamuk massa. "Kami akan melapor ke Panitia Pengawas Pemilu. Jangan ada kontak fisik," kata Haidir menenangkan pendukungnya.
Aparat Kepolisian Resor Kota Palopo mengevakuasi Sjamsu dan 14 pegawai Pemerintah Kota Palopo ke markasnya. Ketika dimintai konfirmasi tentang kejadian Ahad malam itu, Sjamsu mengatakan datang bersama Ahmad Syarifuddin karena diundang main kartu. "Tidak ada meminta memilih," ujarnya.
Tensi terus meningkat pada hari pemilihan, Rabu, 27 Maret 2013. Ada informasi, banyak pemilih gagal menggunakan haknya. Sehari sebelum rapat pleno penetapan hasil pemilihan, pendukung Haidir mendatangi kantor Panitia Pengawas Pemilu. "Kami meminta rapat pleno penetapan pemenang ditunda hingga pelanggaran diselesaikan," kata juru bicara tim Haidir, Abdul Hakim Jafar.
Massa lalu melempar bom molotov, kemudian menuju Kantor Kecamatan Wara Timur, daerah tempat tinggal Judas Amir. Mereka menuduh banyak kecurangan dilakukan di kecamatan ini. Tuntutan menunda sidang pleno tak dipenuhi Komisi Pemilihan Umum, hingga kemudian meledak kerusuhan yang menghancurkan pusat Kota Palopo itu.
Haidir membantah meminta pendukungnya merusak fasilitas umum. Ia menyebutkan kejadian itu "akumulasi kejengkelan massa kepada KPU yang tidak mendengarkan aspirasi mereka". Maksum Runi, Ketua KPU Palopo, membantah anggapan bahwa ia tidak mendengarkan aspirasi pendukung Haidir.
Aryani Kristanti (Jakarta), Muhammad Adnan Husain (Palopo)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo