Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Belum apa-apa, Marzuki Alie langsung memasang target tinggi setelah Susilo Bambang Yudhoyono secara aklamasi terpilih sebagai Ketua Umum Partai Demokrat. ¡±Tiga bulan lagi, elektabilitas partai jadi 15 persen,¡± katanya sehari setelah kongres luar biasa.
Sebelum kongres di Bali pada 30 Maret lalu itu, sejumlah lembaga survei memperkirakan elektabilitas Demokrat terus melorot. Pada awal Februari lalu, Saiful Mujani Research and Consulting, misalnya, merilis bahwa suara partai itu tinggal 8,3 persen. Angka ini jauh melorot dibandingkan dengan perolehan suara partai bentukan Susilo Bambang Yudhoyono itu pada Pemilihan Umum 2009 (20,85 persen).
Bagi Demokrat, Yudhoyono adalah simbol partai. Dengan mendudukkannya sebagai ketua umum, partai berharap tertular tuah sang pendiri. Sebab, seperti tergambar dalam survei Saiful Mujani awal Februari lalu, tingkat kepuasan publik terhadap pemerintahan Yudhoyono tetap tinggi (51,6 persen).
Di lingkup internal, Yudhoyono juga merupakan perekat faksi-faksi yang berseberangan. Para kader mengklaim, seusai kong¡©res luar biasa, tak ada lagi perkubuan. ¡±Kalau saya mencalonkan diri, akan ada resistensi,¡± ujar Marzuki kepada Wayan Agus Purnomo dari Tempo.
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat itu sempat berniat masuk bursa calon ketua umum untuk menggantikan Anas Urbaningrum, yang telah ditetapkan menjadi tersangka perkara korupsi. Marzuki mundur teratur menjelang kongres, ketika nama Yudhoyono makin santer disebut bersedia memimpin partai. Adapun kubu Anas Urbaningrum sejak awal melimpahkan dukungan kepada Yudhoyono. Menurut seorang politikus Demokrat, kubu Anas baru maju bila Keluarga Cikeas tak bersedia dicalonkan.
Kepada Tempo pada Jumat pekan lalu, Yudhoyono menceritakan alasannya bersedia memimpin partai. Ia mengatakan semula enggan maju. Namun, pada detik-detik terakhir, keadaan memaksanya maju. Bila ia tak bersedia jadi ketua umum, Demokrat terancam pecah. "Partai tak akan selamat," katanya.
Menjelang kongres, Yudhoyono mendengar manuver sejumlah kader. Mereka bersiap-siap mencalonkan diri sebagai pengganti Anas dalam kongres di Hotel Inna Grand Beach di Sanur, Bali, itu. "Tokoh X mengumpulkan kader di suatu hotel di Bali. Tokoh Y juga demikian," ujarnya.
Persoalannya, Yudhoyono—yang juga Ketua Dewan Pembina dan Ketua Majelis Tinggi Demokrat—tak bisa total mengurus partai karena harus bertugas sebagai presiden. Karena itu, ia menunjuk Syariefuddin Hasan sebagai ketua harian partai dan berencana menambah jumlah wakil ketua umum. Saat ini ada dua wakil ketua umum, yang dijabat Max Sopacua dan Johnny Allen Marbun.
Hingga pekan lalu, satu kursi wakil ketua umum dikabarkan bakal diduduki Nurhayati Assegaf, Ketua Fraksi Demokrat di DPR. Nurhayati dianggap bisa mengakomodasi kubu-kubu yang terserak. Selain itu, ia bisa diandalkan sebagai pengail suara kaum Hawa.
Diberi mandat oleh kongres untuk mengganti pengurus, Yudhoyono menyatakan tak akan melakukan "pembersihan". "Saya tak suka politik klik-klikan," kata Yudhoyono dalam pidatonya di kongres Bali. Ia mengatakan tetap akan menampung setiap kubu. Yang juga tak akan berganti adalah sekretaris jenderal. Jabatan ini tetap ditempati Edhie Baskoro Yudhoyono, putranya.
Wakil Sekretaris Jenderal Ramadhan Pohan menyebutkan para pengurus tak mempersoalkan bapak-anak berada di pucuk partai. Yudhoyono dipilih sebagai ketua umum karena partai sedang dalam keadaan darurat. Adapun menurut Yudhoyono, Edhie Baskoro telanjur menjadi salah satu motor partai. Penggantiannya bisa melemahkan Demokrat. Lagi pula, kata dia, sehari-hari sang putra akan lebih banyak berkoordinasi dengan Syariefuddin Hasan, ketua harian.
Sementara formasi pengurus diperkirakan tak akan banyak berubah, lain halnya struktur fraksi dan komisi di DPR. Sejak awal Maret lalu, partai sudah membahas rotasi di fraksi dan komisi. Perombakan tak buru-buru dilakukan karena ketika itu partai sedang menghadapi persoalan yang lebih gawat: tak punya ketua umum untuk meneken berkas daftar sementara calon anggota legislatif. Inilah yang mendorong partai menggelar kongres luar biasa.
Komisi Pemilihan Umum mematok tenggat penyerahan daftar calon pada 22 April. Setelah kongres usai, persoalan ini lebih penting ketimbang menyusun kepengurusan baru. Yudhoyono sebagai formatur membentuk tim untuk memilih pengurus. Namun tim yang antara lain terdiri atas Syariefuddin Hasan, Jero Wacik, Max Sopacua, dan Nurhayati Assegaf itu tak lekas-lekas memilih pengurus baru.
Menurut Nurhayati, hingga Jumat pekan lalu, formatur bahkan belum melakukan rapat soal reposisi. Sejumlah pertemuan pejabat teras Demokrat pekan lalu justru membahas daftar calon legislator. "Karena lebih mendesak, kami berfokus menyusun ini dulu," kata Nurhayati. Menurut Syariefuddin Hasan, pengurus baru bakal diumumkan pekan ini.
Di sini pula kekhawatiran sejumlah kader yang sebelumnya gigih menyokong Anas. Mereka cemas penyusunan daftar calon legislator jadi ajang bersih-bersih secara halus. Partai bisa saja memberi mereka nomor sepatu alias nomor urut bawah, bukan nomor peci atawa nomor jadi.
Salah seorang kader yang dikenal dekat dengan Anas, Saan Mustopa, memilih berprasangka baik. Saan yakin ia dan sejawatnya tetap mendapat nomor bagus di daftar calon. "Ketua Umum sudah memastikan tak ada gusur-menggusur," ujarnya. Nurhayati Assegaf menjamin Saan dan kawan-kawan tak akan ditendang dari daftar calon.
Berkas daftar calon itu diserahkan ke KPU setelah diteken Yudhoyono. Sebagai ketua umum, Yudhoyono memang jadi mengurusi hal-hal demikian. Namun urusan teknis yang lain telah dilimpahkan sepenuhnya kepada ketua harian. Menurut Yudhoyono, ia telah membuat deskripsi pekerjaan untuk Syariefuddin Hasan. "Isinya hampir seperti tugas ketua umum."
Menurut Yudhoyono, cuma tiga hal yang bukan tugas ketua harian, yakni meneken berkas daftar calon sementara anggota legislatif, daftar tetap calon anggota legislatif, dan calon presiden yang diusung Demokrat kelak. "Hingga 2014, tugas saya di partai sebenarnya cuma itu," katanya, tertawa.
Yudhoyono menyebutkan tak akan lama-lama mengurus partai. Tak perlu menunggu periode kepengurusannya berakhir, seusai pemilihan presiden pada 2014, ia akan menggelar kongres. Yudhoyono menyatakan masih berkepentingan dengan pemilihan presiden. Menurut dia, Demokrat akan mengusung calon presiden sendiri pada Pemilihan Umum 2014. "Bisa kader, bisa dari eksternal," ujarnya. "Yang jelas bukan istri saya."
Anton Septian
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo