Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sepi menyelimuti Masjid Al-Muhajirin, Kamis pekan lalu. Tak terdengar suara orang mengaji selepas magrib atau isya dari masjid di Lorong Merpati, Kecamatan Poso Kota, Sulawesi Tengah, itu. Masjid di tengah permukiman itu hanya dipakai untuk salat lima waktu. Setelah imam masjid, Ustad Yasin, ditangkap Detasemen Khusus 88 Antiteror dan Brigade Mobil Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah pada 3 November 2012, seusai salat, tak ada lagi orang bertadarus.
Yasin dituduh polisi memimpin Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) di Poso—organisasi pimpinan Ustad Abu Bakar Ba'asyir, yang terlibat sejumlah aksi teror. Yasin kini mendekam di rumah tahanan Detasemen Khusus di Jakarta.
Menurut Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Ansyaad Mbai, JAT merupakan satu dari tiga kelompok jaringan pelaku teror Poso. Dua kelompok lainnya adalah Jamaah Islamiyah dan Negara Islam Indonesia. Menurut polisi, JAT merupakan organisasi baru yang masuk ke Poso setelah operasi keamanan besar-besaran di Tanah Runtuh pada 2007.
Kelompok JAT dan Jamaah Islamiyah, kata Ansyaad, memiliki agenda jangka panjang, yakni menjadikan Poso sebagai basis. “Tujuan mereka menegakkan syariah dan negara Islam," ujarnya.
Jejak JAT dalam aksi teror Poso diungkap polisi setelah dua personel Brigade Mobil terbunuh dan jasadnya ditemukan di Tamanjeka, Desa Masani, Poso, 8 Oktober tahun lalu. Kedua polisi saat itu tengah mengintai kamp latihan militer teroris di Tamanjeka. Pelaku pembunuhan telah ditangkap dan kepada polisi mereka mengaku sebagai anggota JAT.
Juru bicara JAT, Son Hadi bin Muhadjir, mengakui Poso merupakan wilayah rintisan dakwah mereka. Namun, kata dia, di Poso, JAT tidak memiliki anggota. “Mereka cuma mengaku-aku."
Menurut Son Hadi, JAT hadir di Poso atas permintaan masyarakat, termasuk mantan kombatan. Ustad Yasin disebut Son meminta pimpinan JAT datang ke Poso untuk mensosialisasi kegiatan mereka kepada masyarakat. Pemimpin sementara JAT selama Ba'asyir di penjara, Muhammad Achwan dan Son Hadi, baru berangkat ke Poso pada 2010.
Sekembali dari Poso, JAT mengirim beberapa mubalig untuk menyelenggarakan pengajian di Masjid Al-Muhajirin. Hingga kini, kata Son, baru sekitar sepuluh orang simpatisan JAT di Poso. Tak satu pun terdaftar sebagai anggota.
“Mereka membaca di media, organisasi yang didirikan Ustad Abu Bakar Ba'asyir bisa langsung angkat senjata," ujar Son. Setelah dijelaskan bahwa JAT tidak seperti itu, “Mereka bilang tidak tertarik."
Achwan membantah kabar bahwa JAT memiliki sayap militer bernama Laskar 99 seperti tudingan Amerika Serikat dua tahun lalu. “Kami sudah memprotes ke Kedutaan Amerika Serikat dan PBB, tapi protes kami tidak direspons," kata Achwan.
Direktur Riset Yayasan Prasasti Perdamaian Taufik Andrie menyangkal berita bahwa Poso merupakan basis JAT. Namun, untuk menjalankan misi jangka panjang, Poso dipandang memiliki posisi strategis. JAT, yang baru berdiri pada 2008, juga belum memiliki sayap militer.
Menurut Taufik, JAT sepertinya becermin pada kegagalan kelompok-kelompok sejenis di masa lalu di Poso. Dulu organisasi-organisasi sejenis terkesan keras, sedangkan JAT memilih pendekatan persuasif. “JAT melakukan transformasi dari cara keras dan brutal menjadi sejuk," ujar Taufik.
Maria Rita, Amar Burase (Poso)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo