Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Wafatnya Pramono Edhie Wibowo meninggalkan duka mendalam bagi para kader Demokrat, khususnya keluarga Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Semoga paman kami khusnul khotimah, segala amal ibadah dan pengabdian beliau diterima, diberikan tempat terbaik di sisi Allah SWT. Amin," ujar Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) lewat keterangan tertulis pada Sabtu, 13 Juni 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelum masuk dunia politik, adik kandung Ani Yudhoyono ini meniti karir di militer. Di kepemimpinan Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri, Pramono terpilih menjadi Ajudan Presiden pada 2001.
Setelah itu, karier Edhie makin moncer. Pada 2005, ia menjabat sebagai Wakil Danjen Kopassus. Selang dua tahun kemudian, ia menjadi Kasdam IV/Diponegoro.
Selanjutnya pada 2008 sampai 2009 menjabat sebagai Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD. Jabatan sebagai Panglima Kostrad, Pangdam III Siliwangi pun mudah ia raih pada tahun 2009.
Puncak karirnya, menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) di tahun 2011, menggantikan George Tisutta. Kendati, pengangkatannya sempat menuai kontroversi karena dianggap nepotisme sebab merupakan adik ipar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Pramono pensiun dari militer pada 2013 dan masuk ke dunia politik. Pada 2014, Pramono ikut konvensi Demokrat untuk berlaga menjadi calon presiden dari partai berlambang mercy itu.
Ketika itu, Pramono menyatakan dirinya juga tak keberatan jika menjadi pendamping Joko Widodo atau Jokowi, yang ketika itu calon presiden dari PDIP pada Pilpres 2014.
"Kalau itu membawa kebaikan untuk bangsa, kenapa tidak?" kata Pramono di markas pemenangannya di Jakarta, Senin, 14 April 2014.
Namun, Pramono gagal. Konvensi dimenangkan oleh Dahlan Iskan. Kendati, Dahlan pun tidak jadi diusung oleh Partai Demokrat karena partai ini gagal memperoleh cukup suara untuk dapat mengusung calon sendiri.
DEWI NURITA