Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Protes si buldozer

Ketua ams dan ampi ja-bar, djadja subagdja husein, mengeluarkan pernyataan keras. daftar calon tetap anggota dprd ja-bar dianggap kurang beres. dpr golkar ja-bar minta agar pernyataan tersebut dicabut.(nas)

6 Maret 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DJADJA Subagdja Elusein, Ketua Angkatan Muda Siliwangi (AMS) yang merangkap Ketua Umum AMPI Ja-Bar, mendadak mengeluarkan pernyataan keras. Pernyataan yang dikeluarkan pertengahan Februari itu menuduh Daftar Calon Tetap (DCT) anggota DPRD JaBar bukan merupakan proyek prestasi untuk menciptakan lembaga Legislatif yang berkualitas dan berbobot. Tapi, hanya merupakan proyek prestise dari unsur penentu yang menghendaki tetap terciptanya kondisi status quo dan pola kompromistis. "Hal tersebut sangat memprihatinkan dan saya khawatir Golkar akan sulit mencapai hasil seperti Pemilu 1971," kata Djadja. Suara keras dari organisasi pemuda terbesar di Ja-Bar yang banyak menentukan kemenangan Golkar selama dua pemilu yang lewat, tampaknya mengguncangkan DPD Golkar Ja-Bar. Pada 23 Februari lalu, pengurus AMS dan AMPI Ja-Bar dipanggil untuk dimintai keterangan sekitar pernyataan itu. Kabarnya dalam pertemuan selama 2 jam yang juga dihadiri Sekwilda Ja-Bar itu Djadja diminta mencabut pernyataannya. Dua hari kemudian Rauf Effendi, Ketua DPD Golkar, memberi keterangan pers. Ia menilai spontanitas generasi muda dalam menyatakan pendapatnya merupakan "tindakan yang wajar dan merupakan ciri khas generasi muda yang dinamis". Namun keberanian mengambil sikap itu dianggapnya disalurkan secara salah. Rupanya DPD Golkar menyesalkan dilansirnya pernyataan AMS tersebut lewat media massa dan tidak rnembatasinya dalam intern Golkar saja. Namun rupanya AMS bertekad tidak akan mencabut pernyataannya dari mana pun perintah itu datang. "Ada yang menghendaki agar pernyataan saya itu dicabut kembali," Djadja Subagdja Husein mengakui pada Hasan Syukur dari TEMPO. Ia bahkan akan mengeluarkan pernyataan lain bila pernyataan yang telah dikeluarkan itu ternyata kurang efektif. "Bola sudah menggelinding, cepat atau lambat pasti sampai pada sasaran," katanya. Tampaknya pernyataan AMS itu dikeluarkan akibat keprihatinan mereka atas DCT DPRD Ja-Bar. Mereka rupanya melihat munculnya sejumlah nama yang kualitasnya "diragukan". "Seorang wakil rakyat haruslah berar-benar mempunyai pengaruh dan dukungan luas di masyarakat," kata Djadja. Ia menolak menyebut nama. AMS agaknya juga kecewa dengan kurangnya jumlah calon dari generasi muda. "Dilihat dari semangat regenerasi pun Daftar Calon Tetap itu kurang memenuhi," ujar Djadja. Namun ia membantah pernyataannya itu dikeluarkan karena merosotnya jumlah calon tetap dari AMS. "Orientasi kami bukan pada jumlah kursi, tapi pada nilai dan kualitas anggota Dewan." Karakter AMS Bagi Tato Pradjamanggala, bekas ketua AMS yang kini mewakili Golkar di DPR, keluarnya pernyataan AMS itu dianggapnya tidak aneh. "Hal ini justru membuktikan AMS bukan hanya sebagai buldozer di luar, tapi di dalam lun ia berani," katanya sambil memuji Djadja Subagdja Husein. Menurut Tato persoalannya adalah kurangnya komunikasi antara G olkar dengan generasi mudanya. Waktu proses pencalonan, AMS sebagai wadah kader Golkar tidak pernah diajak bicara. Sehingga karena tidak puas lalu menyampaikan pernyataan. "Itu sudah karakter AMS," kata Tato. Tjetje Hidayat Padmadinata, juga bekas ketua AMS, turut prihatin atas nasib organisasi pemuda yang mengaku punya sekitar satu juta anggota itu. Waktu Pemilu 1971, AMS di Ja-Bar mampu ikut dalam perencanaan dan sekaligus pelaksana. "Menjelang pemilu 1982 sudah merosot menjadi cuma semacam kuli angkut pasir ke atas truk," kata Tjetje. Dia menyebut Golkar di Ja-Bar meraih juara pertama dengan kemenangan 76% dalam Pemilu 1971, kemudian merosot menjadi hanya 66% pada Pemilu 1977. "Dan akibat ketidakberesan DCT, saya tak bisa membayangkan hasil Golkar pada Pemilu mendatang," kata Tjetje ragu. Alasannya "Para wakil rakyat untuk Pemilu 1982 tak lebih dari mereka yang ditunjuk oleh orang yang di atas. Namun "tarik urat" antara AMS dan DPD Golkar itu ternyata tak mempengaruhi sikap AMS: AMS tetap siap berkampanye untuk Golkar. "Kami masih tetap berada di barisan paling depan dalam memenangkan Golkar," kata Djadja Subagdja Husein. Namun satu hal tak diingininya. "Dalam kampanye nanti kontestan lain jangan dianggap musuh. Saya akan menginstruksikan agar massa AMS nanti jangan sampai bentrokan dengan massa kontestan lain," ujarnya. Benar tidaknya pernyataan ini tentulah harus dilihat nanti. Namun kampanye Pemilu 1971 dan 1976 di Ja-Bar diwarnai dengan berbagai bentrokan antara AMS dan kontestan lain.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus