Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Menduga-duga motif Soesdaryanto

Motif Susdaryanto membocorkan dokumen rahasia kepada agen uni soviet belum jelas. diantaranya dokumen data teknis tentang selat makasar. selama 5 tahun hanya menerima sekitar rp 2,5 juta. (nas)

6 Maret 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KASUS Soesdarjanto dan spionase Uni Soviet di Indonesia ternyata tetap menarik perhatian. Pers luar negeri sampai pekan lalu masih terus rnenulis mengenai perkara ini, sembari mengungkap berbagai hal yang belum sempat ditulis pers Indonesia sendiri. Dalam wawancaranya dengan kantor berita UPI pekan silam misalnya, Pangkopkamtib Sudomo menjelaskan Letkol (AL) J.B. Soesdarjanto hanya menerima sekitar Rp 250.000, setiap kali dia menyerahkan suatu rahasia militer pada pihak Uni Soviet. Selama 5 tahun, Soesdarjanto dikabarkan hanya menerima sekitar Rp 2,5 juta untuk "jasa-jasa" yang dilakukannya pada pihak Rusia. Rahasia militer terpenting yang diserahkan Soesdarjanto konon berupa data teknis tentang konsentrasi kandungan mineral dan garam serta sifat pantulan sonar di Selat Makasar. Peta kepekatan kandungan garam ini penting sekali buat kapal selam agar tidak bisa dideteksi bila lewat di perairan tersebut. Kapal selam Rusia dikabarkan memang lebih suka lewat Selat Makasar daripada Selat Malaka yang dianggap terlalu dangkal hingga terpaksa harus muncul di permukaan. Dengan mempunyai peta kepekatan kandungan garam ini, kapal selam bisa lewat di bawah lapisan air laut yang disebut scattering layer hingga bisa lolos dari deteksi peralatan sonar (Lihat Ilmu & Tenologi). Yang rupanya masih belum jelas: mengapa Soesdarjanto bisa sampai terlibat dalam kegiatan mata-mata untuk kepentingan Uni Soviet ini? J.B. Soesdarjanto, 47 tahun, dikenal oleh lingkungannya sebagai orang yang ringan langkah, gemar menolong dan pengunjung gereja yang rajin dan taat. Dia betah tinggal di rumah dan tak segan membantu istrinya di dapur (TEMPO, 2() lebruari 1982). Pangkopkamtib Sudomo Senin lalu tampaknya juga masih ragu, apa yang sebenarnya melibatkan Soesdarjanto: ideologi atau soal uang. "Tapi kalau ideologi kelihatannya tipis," ujar Pangkopkamtib seusai meresmikan pembukaan kursus Penataran Inspektur Opstib di Aula Kopkamtib Senin pagi. Bagaimana dengan motivasi karena mencari uang? Tampaknya juga bukan. "Uang yang diterima cuma sekitar dua ratus atau tiga ratus ribu rupiah. Kemungkinan ini juga kecil sekali," ujar Sudomo. Dus motif yang jelas masih terus diteliti. Soesdarjanto ternyata telah lima tahun "membantu" pihak Rusia dan keterlibatannya baru terungkap akhir tahun lalu dalam suatupengecekan sekuriti rutin. Soal kemungkinan orang lain yang terlibat selain Letkol Soedarjanto: "Itu juga sedang diteliti," kata Pangkopkamtib sambil melempar senyum. Kasus Soesdarjanto ini menurut dia sedang diproses. "Nanti kalau sudah siap akan diumumkan hasilnya". Ia memberi ancar-ancar sidang Mahkamah Militer yang akan mengadili Soesdarjanto mungkin akan- dilaksanakan tahun ini juga. Sebuah sumber TEMPO bahkan menduga, dalam waktu dekat ini Soesdarjanto akan disidangkan. Setelah beberapa waktu ditahan di Inrehab (,untur, Jakarta Pusat, kini Soesdarjanto dipindahkan ke Rumah Tahanan Militer (RTM) Jalan Budi Utomo, di samping Lapangan Banteng. Sampai awal pekan ini keluarganya belum diizinkan menengok namun bisa mengirimkan pakaian dan makanan. Senin lalu. Ny. Soesdarjanto datang membawa mete goreng kesukaan suaminya. Selama dalam tahanan, berbeda dengan tahanan lainnya, kabarnya Soesdarjanto setiap hari makan nasi padang bungkus . Berutang Budi Tatkala masih ditahan di Guntur, Soesdarjanto pernah mengirim surat -tanpa sampul--yang isinya minta dikirimi pakaian dan minta didoakan anak dan istrinya. Esoknya Ny. Soesdarjanto langsung mengirim piyama, sarung, pakaian dalam, sikat gigi dan pasta gigi disertai sepucuk surat. Isinya keluarga selalu berdoa untuknya. "Bapak itu orangnya terbuka dan mudah merasa berutang budi pada seseorang," kata Ny. Soes. Sebab itu kepada Finenko yang suka memberinya uang antara Rp 50 sampai Rp 100 ribu "Bapak merasa harus membalas kebaikannya". Pemberian uang yang terjadi tiap tiga sampai enam bulan itu selalu dilaporkanSoesdarjantokepada istrinya. Ny. Socs sendiri tidak tahu persis apa motivasi tindakan suaminya. "Barangkali hanya karena ia cepat merasa berutang budi itulah," katanya Senin lalu lewat telepon. Motivasi ekonomi? "Saya rasa tidak. Saya tidak pernah menuntut suatu kehidupan yang berlebihan," kata Ny. Soesdarjanto.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus