DI musim barat (Desember-Maret) angin dan ombak besar sering
bertingkah di Laut Jawa. Bongkar muat dari kapal berbobot mati
di atas 3.000 dwt --yahg mesti berlabuh 3 mil dari dermaga
pelabuhan Semarang --jadi tersendat. Bila dipaksakan, "risikonya
barang bisa amblas ke dasar laut," tutur seorang pejabat
pelabuhan.
Bongkar muat di pelabuhan nusantara Semarang terus meningkat.
Arus barang tahun 1979 mencapai 980 ribu ton, meningkat drastis
menjadi 1,4 juta ton lebih tahun 1981. Dan tahun 2.000
diperkirakan mencapai 6,3 juta ton. Semuanya di luar minyak
bumi.
Tahun 2.000? Ya. Sejak awal tahun ini, Direktorat Jenderal
Perhubungan Laut memang tengah membenahi pelabllhan yang sering
dijuluki "gerbang tua Jawa Tengah," lewat proyek Samuderanisasi
Pelabuhan Semarang.
Japan International Cvrporation Agencies (JICA) telah melakukan
studi kelayakan pada 1978 dan berhasil membuat rencana induk.
Pihak Perhubungan Laut konon puas membaca hasilnya. Total biaya
samuderanisasi itu lebih US$ 281 juta atau Rp 182 triliun.
Penggarapannya, dimulai dengan tahap mendesak yang memakan 2
tahun. April proyek akan memulai pembangunan konstruksi. Dalam
tahap ini, akan dikerjakan, antara lain, pembuatan benteng
penahan gelombang sepanjang 6.250 m (kini baru ada 1.000 m).
Alur pelayaran yang 40 meter, akan diperluas menjadi 150 meter
dan lumpur sebanyak 5 juta m3, kiriman sungai Banjir Kanal Barat
dan Timur di kiri-kanan pelabuhan, akan dikeruk.
Dermaga pun akan diperluas menjadi 195 meter, sementara gudang
ditambah mencapai 12 ribu m3 plus gu-lang terbuka seluas 21.600
m2. Kesemuanya menelan biaya Rp 54,6 milyar. Selain dari
pemerintah, menurut sebuah sumber, dana itu berasal dari
pinjaman Overseas Economic Corporation Fund of Japan (OECF).
Gubernur Ja-Teng Supardjo Rustam, tentu saja senang. Proyek
samuderanisasi itu, sejalan dengan program pemerintah daerah
yang ingin menjadikan Semarang sebagai pelabuhan dagang dan kota
terminal distribusi. Adapun Cilacap akan diarahkan menjadi
pelabuhan industri.
Menghadapi hampir 2.000 buruh, pelabuhan Semarang mempunyai
areal kerja 375 ha. Ini akan diperluas menjadi dua kali lipaf.
Pihak BPP sendiri memiliki areal keseluruhannya 1.400 ha lebih.
Pada areal kerj yang 375 ha, ada 319 penduduk yang
memanfaatkannya untuk tambak ikan dan pemukiman, berupa warung,
gubuk dan rumah sederhana. Sejak beberapa tahun lalu, pihak BPP
memang memberi izin pada mereka menggunakan tanah tersebut. Dan
kepada mereka, kata Humas Ditjen Perla Zainal Abidin "diberi
penggantian Rp 10/m 2 dan bagi bangunan Rp 60.000. " Yang tak
bisa menunjukkan surat pernberian izin, hanya diganti 50%.
Ada 30 penduduk yang protes, meskipun kata Zainal "besarnya
ganti rugi sudah berdasar perundingan dengan wakil penduduk."
Untuk keperluan itu, telah dikeluarkan Rp 14 juta.
Bila pembangunan tahap mendesak itu selesai, kapal berbobot mati
maksimal 10.000 dwt akan hisa merapat ke dermaga. Maka bongkar
muat lewat kapal-kapal tongkapg tak perlu lagi, yang berarti
waktu dan tenaga bisa dihemat.
Beban pelabuhan Tanjungpriok dan Tanjungperak Surabaya-- yang
kini Iebih banyak digunakan para importir & eksportir--diharap
bisa berkurang. Juga lalu lintas utara P. Jawa, mudah-mndahan,
jadi agak longgar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini